KUMPULAN ABSTRAK PENELITIAN KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KADER POSYANDU DENGAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU (Studi Di Desa Setren, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan Tahun 2007) OLEH: ALFIAH SETYO NUR HAYATI

Sikap tidak dapat dilihat secara langsung tapi ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku. Sikap kader yang baik misalnya dengan menunjukkan perhatian terhadap masyarakat dan mampu mendekati para TOMA untuk memanfaatkan Posyandu. Tingkat peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu merupakan keikutsertaan secara aktif sehingga mengurangi beban kader Posyandu dalam penimbangan bayi di Desa Setren, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan hanya mencapai 65,9 % dibandingkan dengan target tingkat peran serta masyarakat di kabupaten Magetan yaitu 70 %. Dari pernyataan diatas maka perlu dilaksanakan penelitian apakah ada hubungan antara sikap kader Posyandu dengan tingkat peran serta masyarakat dalam penimbangan balita di Posyandu. Penelitian ini merupakan analitik yang berbentuk survei dengan rancangan penelitian Cross sectional. Sampel penelitian daimbil secara total populasi. Variabel Independent yaitu sikap kader posyandu dan variabel dependent yaitu tingkat peran serta masyarakat dalam penmimbangan balita. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson product moment dengan tingkat hasil p = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berumur 30-39 tahun, pendidikan formal SMA dan berlatar belakang sebagai ibu rumah tangga. Rata-rata skor perolehan pernyataan sikap yaitu 49,87 berarti rata-rata kader Posyandu Desa Setren mempunyai sikap cukup. Rerata cakupan tingkat peran serta masyarakat menunjukkan kecenderungan menurun. Hasil analisa uji korelasi pearson product moment menunjukkan P=0,858 (>0,05) berarti H0 diterima. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap kader Posyandu dengan tingkat peran serta masyarakat sehingga disarankan bagi pelayan kesehatan di posyandu masih perlu melakukan kerja sama dengan TOMA dan kader Posyandu dalam menggerakkan peran serta masyarakat. Bagi masyarakat, perlu melakukan survei diri masyarakat dan perlu melaksanakan musyawarah masyarakat desa untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bagi peneliti lain, perlu meningkatkan pengetahuan tentang penelitian. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan atau diteliti kembali dari faktor pembentuk sikap atau faktor peran serta TOMA. Kata kunci : Sikap kader Posyandu, tingkat peran serta masyarakat dalam penimbangan bayi.

STUDI PERBEDAAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH DENGAN PADU DARI PLAY GROUP DAN TANPA PLAY GROUP (Di TK Dharma Wanita Ds. Tambakmas Kec. Sukomoro Kab. Magetan) OLEH: ANDRY PRASETYATNA SARI

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan perkembangan psikososial anak prasekolah dengan PADU dari playgroup dan tanpa playgroup. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan perkembangan psikososial anak prasekolah dengan PADU dan tanpa PADU dari playgroup. Jenis penelitian ini adalah survey analitik, dengan rancangan penelitian kasus kontrol (case control) dan menggunakan pendekatan retrospective. Populasi adalah anak-anak usia prasekolah (5-7 tahun) yang mendapatkan pendidikan di Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Desa Tambakmas Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan. Jumlah sampel 30 responden yang merupakan seluruh total populasi. Responden dibagi menjadi dua kelompok. Hasil penelitian pada kelompok anak prasekolah dengan PADU dari playgroup sebagian besar mempunyai perkembangan psikososial dengan kategori baik (60%). Pada kelompok anak prasekolah dengan PADU tanpa playgroup sebagian besar mempunyai perkembangan psikososial dengan kategori cukup (50%). Hasil uji Mann Whitney U Test antara kelompok anak prasekolah dengan PADU dari playgroup dan tanpa playgroup dengan derajat kemaknaan p < 0,05 didapatkan p = 0,021 yang berarti bahwa “ada perbedaan perkembangan psikososial anak prasekolah dengan PADU dari playgroup dan tanpa playgroup”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan psikososial anak prasekolah dengan PADU dari playgroup lebih baik daripada tanpa playgroup sehingga para guru lebih memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak pada masa prasekolah. Bagi orang tua lebih memperbaiki dan meningkatkan pola asuh anak di rumah Berta mengikutkan anak untuk masuk PADU di playgroup. Kata kunci : PADU, psikososial, anak prasekolah

HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA TRIMESTER I SAMPAI TRIMESTER II DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMSI PADA TRIMESTER III OLEH: ANING REZKI M.

Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan penyebab kematian ibu karena pre eklamsia adalah 16,3 %. Kejadian pre eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kenaikan berat badan berlebih. Kenaikan berat badan yang tidak sesuai tidak baik dan beresiko, misalnya kenaikan yang berlebih atau sangat cepat merupakan indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan (pre eklamsia). Untuk membuktikan bahwa kenaikkan berat badan selama trimester I sampai trimester II memiliki hubungan terhadap pre eklamsi maka ingin diteliti tentang adanya hubungan kenaikan berat badan pada trimester I sampai trimester II dengan kejadian pre eklamsi pada trimester III. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat case control. Dalam penelitian ini menggunakan total populasi, dengan populasi semua ibu bersalin di RSUD dr. Soeroto Ngawi untuk kurun waktu Januari-Desember 2006, jumlah sampel 193 responden. Variabel Independent adalah kenaikan berat badan pada trimester I sampai trimester II, variabel Dependent adalah kejadian preeklamsia pada ibu hamil trimester III. Pengumpulan data menggunakan lembar pengumpulan data, buku KIA. Untuk mengidentifikasi hubungan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan taraf signifikasi α = 5%, untuk analisa faktor risiko dengan menggunakan Ood ratio. Dari hasil uji statistik hasil x2 hitung (110,507) > x2 Label (3,841) dengan df 1 dan taraf signifikasi α = 0,05 sehingga Ho ditolak ; ada hubungan kenaikan berat badan pada trimester I sampai dengan trimester II dengan kejadian pre eklamsia pada trimester III. Hasil OR = 75. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kenaikan berat badan lebih dari 7 kilogram selama trimester I sampai trimester II berhubungan dengan pre eklamsi pada trimester III sehingga disarankan pada tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan untuk melakukan penimbangan berat badan pada setiap antenatal care. Kata kunci : kenaikan berat badan, preeklamsia

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU PURNAMA DAN MANDIRI OLEH: ARI DARMA MUNDISARI

Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam mensejahterakan ibu dan anak. Salah satu fungsi posyandu adalah sarana dalam deteksi dini tumbuh kembang anak. Deteksi dini bertujuan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umurnya, namun dalam kenyataannya kegiatan posyandu jarang melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-3 tahun di posyandu purnama dan mandiri. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Populasinya adalah anak balita usia 1-3 tahun di posyandu purnama dan mandiri di wilayah Desa Kepolorejo Kecamatan Magetan. Jumlah sampel yang diambil adalah 97 anak, 31 anak dari posyandu mandiri dan 66 anak dari posyandu purnama dengan teknik pengambilan sampel probability sample secara proportional. Pengumpulan data menggunakan format Denver II. Pengolahan data yang digunakan dengan distribusi frekuensi dan kemudian data ditabulasi. Hasa penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan di posyandu purnama dan mandiri pertumbuhan normal sebanyak 64,94% sedangkan pertumbuhan abnormal yang terdiri dari berat badan kurang sebanyak 31,95% dan berat badan buruk sebanyak 3,01%. Untuk perkembangan di posyandu purnama dan mandiri perkembangan normal sebanyak 63,91% sedangkan perkembangan suspect sebanyak 36,69%. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak di posyandu purnama dan mandiri baik. Sehingga disarankan dalam kegiatan posyandu lebih ditingkatkan dalam deteksi dini tumbuh kembang dan memberikan penyuluhan kepada ibu balita tentang deteksi dini tumbuh kembang. Kata kunci : pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-3 tahun, posyandu purnama dan posyandu mandiri

HUBUNGAN PERILAKU (PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK) IBU DALAM STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-3 BULAN (Di Desa KepolorejoKecamatan Magetan) OLEH: BERNADETA YENI WIDYA DIANTI

Salah satu cara agar anak dapat berkembang optimal adalah dengan pemberian stimulasi. Namun demikian dari hasil survei terhadap 10 ibu balita didapatkan 4 ibu balita tidak mengerti tentang stimulasi dan dari data Dinkes Magetan terdapat 3 balita mengalami masalah dalam tumbuh kembang di Desa Kepolorejo. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku (pengetahuan, sikap, dan praktek) ibu stimulasi dengan perkembangan anak usia 0-3 bulan. Jenis penelitian ini adalah survei analitik, dengan rancangan penelitian Cross sectional. Populasi adalah semua pasangan ibu dan bayi usia 0-3 bulan yang sehat, status gizi baik dan tidak memiliki cacat bawaan yang ada di Desa Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Besar sampel 44 responden yang diperoleh dengan teknik sampling simple random sampling. Variabel bebas adalah perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) ibu balita dalam stimulasi. Variabel terikat adalah perkembangan bayi usia 0-3 bulan. Analisa data untuk statisrik deskriptif variabel bebas menggunakan tendensi sentral (mean, median, dan modus) untuk variabel terikat menggunakan distribusi frekuensi. Analisa data statistik analitik menggunakan koefisien korelasi Eta (ђ), menggunakan uji statistik Uji F. Hasil analisa data statistik deskriptif didapatkan nilai mean untuk pengetahuan 8,59, sikap 49,98, dan praktek 8,16, nilai median pengetahuan 9,00, sikap 51,23, dan praktek 8,00, nilai modus pengatahuan 9, sikap 51,23, dan praktek 8. Hasil analisa statistik analitik didapatkan antara pengetahuan dengan perkembangan Fo (3,917) > F (3,23), antara sikap dengan perkembangan Fo (29,575) > F (3,23), antara praktek dengan perkembangan Fo (7,131) > F (3,23) dari ketiga hasil tersebut maka Ho ditolak (HI diterima). Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara perilaku (pengetahuan, sikap, dan praktek) ibu dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia 0-3 bulan. Disarankan agar setiap ibu balita senantiasa melaksanakan stimulasi perkembangan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, emosional, maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Kata kunci : stimulasi, perilaku, pengetahuan, sikap, praktek, perkembangan, korelasi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK PGRI 3 WALIKUKUN, KECAMATAN WIDODAREN, KABUPATEN NGAWI OLEH: BINTI MASRUROH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di SMK PGRI 3 Walikukun, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi “ dengan masalah penelitian adanya perilaku seksual remaja yang tidak sehat sehingga dapat mengakibatkan semakin merejalelanya PMS, terutama dikalangan remaja dan Aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan. Jenis penelitian adalah deskriptif untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di SMK PGRI 3 Walikukun, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X sebanyak 178 siswa. Sampel diambil menggunakan teknik proportional simple random sampling sebanyak 124 siswa. Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja dengan subvariabel faktor pengalaman seksual, pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan, berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai-nilai moral dan keterbukaan komunikasi, serta pengetahuan tentang KRR. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang hasilnya diolah dalam bentuk persentase yang disajikan dalam distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa kelas X SMK PGRI 3 Walikukun, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi berjenis kelamin perempuan (80%). Mayoritas berpengalaman dalam hal mendengar pengalaman pacaran teman (98,4%), melihat teman pacaran (74,4%), berpacaran (69,6%), dan berkencan berduaan saja (56,8%). Mayoritas siswa memiliki pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan baik (78,4%). Mayoritas siswa dikontrol oleh keluarganya (77,6%) dan mayoritas berpengetahuan tentang KRR baik (56%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa SMK PGRI 3 Walikukun, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi berpengalaman dalam hal perilaku seksual remaja, memahami dan menghayati nilai-nilai keagamaan, dikontrol oleh keluarga, dan berpengetahuan baik tentang KRR. Untuk itu diperlukan pembinaan tentang pengendalian diri, kerjasama semua pihak baik orang tua, sekolah serta masyarakat untuk mencegah perilaku seksual yang tidak sehat. Bagi penelitian selanjutnya diperlukan untuk menggali lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, hubungan antar faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja siswa SLTA dan sekolah yang berbeda sehingga dapat mewakili remaja pada umumnya. Kata kunci: Faktor-faktor, perilaku seksual, Remaja

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KONTRASEPSI DARURAT DI BPS SULASMININGSIH DESA BALEREJO KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN OLEH: DANIK NUR’AFNI Y.T.

Penelitian ini dilakukan di BPS Sulasminingsih Amd. Keb, Desa Balerejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi darurat. Masalah dalam penelitian adalah masih tingginya angka kejadian aborsi akibat kegagalan pemakaian KB. Selain itu kehamilan karena kegagalan KB juga masih tinggi sehingga akan berakibat pula dengan masalah kependudukan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat hanya menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi darurat.Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi darurat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta KB di wilayah BPS Ny. Sulasminingsih Amd. Keb. sejumlah 150 orang. Jumlah sampel adalah 93 orang dihitung menggunakan Nomogram Harry King, dan diambil dengan menggunakan teknik Quota sampling dalam kurun waktu 6 April-6 Mei. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Jumlah sampel yang didapat 94 orang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi darurat dengan hasil baik 17,02%, cukup 31,92% dan kurang 51,06%. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi darurat berdasarkan kelompok umur dengan hasil baik presentase terbesar pada usia 20-30 tahun.(24,24%), berdasarkan tingkat pendidikan pada tingkat pendidikan PT (58,33%), sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan PNS (75%). Kesimpulan penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi darurat sebagian besar kurang. Sehingga disarankan pada para praktisi kebidanan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kontrasepsi darurat. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut. Kata kunci : tingkat pengetahuan, kontrasepsi darurat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN USIA DENGAN FREKUENSI PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI GEDUNG PKK NGAWI OLEH: DEWI WULANDARI

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan, usia dengan frekuensi pemeriksaan pap smear di Gedung PKK Ngawi. Masalah utama penelitian ini adalah belum semua wanita yang pernah berhubungan seksual melakukan pap smear. Mengingat pemeriksaan pap smear yang sangat penting untuk mendeteksi dini adanya kanker leher rahim maka pap smear sebaiknya dilakukan setiap enam bulan sampai satu tahun sekali secara teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan usia dengan frekuensi pemeriksaan pap smear. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik yang bersifat cross sectional di mans populasinya adalah seluruh wanita yang melakukan pap smear ulang di Gedung PKK Ngawi. Jumlah sampel 37 yang diambil dengan teknik probability sampling dengan metode simple random sampling. Variabel independen adalah pengetahuan dan usia sedangkan variabel dependen adalah frekuensi pemeriksaan pap smear. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan untuk membuktikan hubungan antara pengetahuan dan usia dengan frekuensi pemeriksaan pap smear dengan menggunakan uji statistik Pearson Product Moment dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi pemeriksaan pap smear dengan tingkat signifikansi 0,884 dan korelasi hipotesis dengan kriteria hubungan sangat rendah (0,025). Selain itu didapatkan juga bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan frekuensi pemeriksaan pap smear dengan tingkat signifikansi 0,122 dan korelasi hipotesis dengan kriteria hubungan rendah (0,259). Untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya diperlukan jumlah responden yang lebih besar dan karakteristik yang lebih banyak. Kata kunci: pengetahuan, usia, frekuensi pemeriksaan pap smear

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 18-24 BULAN DI KELURAHAN KARTOHARJO MADIUN OLEH: DIANITA EKA OKTAVIANI

Usia kehamilan ternyata amat menentukan kualitas tumbuh kembang, bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan dini berpotensi mengalami kesulitan tumbuh kembang. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa adakah hubungan usia kehamilan dengan perkembangan anak usia 18-24 bulan. Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Kartoharjo Madiun. Jenis penelitian ini adalah analitik, dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah semua anak yang berumur 18-24 bulan di Kelurahan Kartoharjo Madiun sejumlah 30 anak. Jumlah sampel 30 anak yang diambil secara total populasi, dengan kriteria anak dalam keadaan sehat, tidak mengalami cacat fisik, status gizi baik, diasuh oleh kedua orang tua, lahir pada usia kehamilan kurang bulan dan cukup bulan. Variabel bebas adalah usia kehamilan pada waktu anak dilahirkan. Variabel terikat adalah perkembangan anak. Instrumen penelitian menggunakan buku KIA, lembar KPSP, lembar formulir Denver II, menggunakan uji Fisher Exact. Hasil uji statistik membuktikan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan dengan perkembangan anak usia 18-24 bulan di Kelurahan Kartoharjo Madiun, dengan tingkat hubungan sedang. Kesimpulan penelitian bahwa anak usia 18-24 bulan di Kelurahan Kartoharjo Madiun lebih banyak yang lahir pada usia kehamilan cukup bulan daripada kurang bulan, perkembangan anak di Kelurahan Kartoharjo Madiun lebih banyak yang normal daripada yang suspect, ada hubungan antara usia kehamilan dengan perkembangan anak usia 18-24 bulan tanpa memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan. Disarankan pada ibu-ibu yang mempunyai anak yang lahir pada usia kehamilan cukup bulan maupun kurang bulan untuk memperhatikan perkembangan anaknya dengan memberikan stimulasi internal dan eksternal. Bagi peneliti selanjutnya untuk tidak berhenti dalam melakukan penelitian tentang usia kehamilan dan perkembangan anak dengan menggunakan sampel yang lebih besar, teknik sampling yang lain. Bagi posyandu disarankan untuk memberikan deteksi dini dan stimulasi perkembangan anak. Kata kunci : usia kehamilan, perkembangan anak usia 18-24 bulan.

PENGARUH PELATIHAN PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DI MEJA 4 POSYANDU OLEH: EKO YUNI HARDANINGRUM

Penyuluhan di meja 4 posyandu diberikan sesuai dengan kondisi dari sasaran berdasarkan buku KIA. Namun dalam pelaksanaannya kader menemui kesulitan-kesulitan diantaranya rasa tidak percaya diri dalam memberikan penyuluhan perorangan di meja 4 posyandu karena kurangnya penguasaan terhadap materi. Maka perlu diadakan penelitian untuk menganalisis pengaruh pelatihan penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap kader di meja 4 posyandu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan rancangan penelitian One Group Pre test-Post test Design. Penelitian dilaksanakan di Posyandu Desa Geneng, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi dengan responden 39 kader akfif. Data yang diperoleh akan diuji statistik paired t-Test dengan derajat kemaknaan p=0,05. Hasil penelitian membuktikan adanya peningkatan pengetahuan dari pre test ke post test. Ini dapat dilihat dari peningkatan rerata dan simpangan baku nilai pengetahuan tentang materi-materi penyuluhan di meja 4 posyandu yaitu pre test 18,6667 menjadi post test 29,2308. Sedangkan simpangan baku dari 4,80314 menjadi 4,74320. Selain itu juga terdapat peningkatan pada sikap kader dpelaksanaan perannya di meja 4 posyandu dari pre test ke post test. Ini dapat dilihat dari peningkatan rerata dan simpangan baku nilai sikap tentang pelaksanaan peran kader di meja 4 posyandu dari pre test 21,4444 menjadi post test 36,7778. Sedangkan simpangan baku dari 1,33333 menjadi 0,44096. Hasil uji paired t-Test pada analisis statistik hasil uji penelitian pengetahuan didapatkan p=0,000 (p<0,05). Sedangkan pada analisis statistik hasil uji penelitian sikap tentang pelaksanaan peran kader di meja 4 posyandu didapatkan p=0,000 (p<0,050). Ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan dari hasil uji statistik adalah ada pengaruh antara pelatihan penyuluhan dengan peningkatan pengetahuan dan sikap kader di meja 4 posyandu. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan mutu kerja kader di meja 4 posyandu. Kata kunci: Pelatihan Penyuluhan, Pengetahuan dan Sikap kader di meja 4 posyandu

GAMBARAN CARA YANG DILAKUKAN OLEH REMAJA PUTRI UNTUK MENGATASI NYERI HAID OLEH: ENY RAHAYU

Haid adalah hal yang wajar atau normal dalam kehidupan seorang wanita, yang sering disertai perasaan tidak nyaman salah satunya adalah nyeri haid. Banyak cara atau terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri haid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran cara yang dilakukan oleh remaja putri untuk mengatasi nyeri haid. Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk menggambarkan cara yang dilakukan remaja putri untuk mengatasi nyeri haid. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri SMAN 1 Magetan kelas XI, menggunakan teknik sampling jenuh, dengan besar sampel 174. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner untuk mengetahui gambaran cara yang dilakukan remaja putri untuk mengatasi nyeri haid dengan skala nominal dan ordinal, kemudian diolah dengan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan persentase. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa remaja yang mengatasi nyeri haid dengan penanganan secara mandiri sebanyak 135 orang (77,6%), penanganan oleh dokter atau tenaga kesehatan sebanyak 25 orang (14,4%), penanganan dengan dukungan psikologis sebanyak 6 orang (3,4%), dan penanganan dengan cara lain sebanyak 8 orang (4,6%). Jadi mayoritas remaja mengatasi nyeri haid dengan penanganan secara mandiri. Dan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada siswa SMAN 1 Magetan kelas XI agar lebih menambah wawasan tentang nyeri haid dan cara untuk mengatasi nyeri haid sehingga diharapkan siswa memiliki wawasan tentang nyeri haid dan cara mengatasi nyeri haid. Pemberian informasi merupakan faktor penting dalam meningkatkan wawasan remaja putri tentang nyeri haid dan cara untuk mengatasi nyeri haid. Kata kunci: remaja, nyeri haid

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN SAAT MENARCHE OLEH: ETIK MURTAPI’AH

Menarche merupakan peristiwa penting bagi remaja putri. Pada saat ini sering timbul konflik-konflik batin yang lama-lama akan menjadi intensif dan akut yang timbul karena adanya kecemasan pada saat menarche. Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada saat menarche diperlukan dukungan sosial dari orang-orang terdekat. Untuk membuktikan tingkat dukungan sosial cenderung memiliki manfaat saat kecemasan timbul maka ingin diteliti tentang adanya hubungan antara tingkat dukungan sosial dengan tingkat kecemasan saat menarche. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik proportionate stratified random sampling sejumlah 195 responden. Variabel independent adalah dukungan sosial dan variabel dependent adalah tingkat kecemasan. Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner baik untuk tingkat dukungan sosial maupun tingkat kecemasan. Uji statistik penelitian menggunakan Spearman Rank untuk mengetahui hubungan antara tingkat dukungan sosial dengan tingkat kecemasan saat menarche. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 195 responden, 82,6% mengalami kecemasan sedang dan 50,7% mendapatkan dukungan tinggi. Hasil analisis menggunakan Sperman Rank menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif antara tingkat dukungan sosial dengan tingkat kecemasan saat menarche, setelah diperoleh hasil nilai r : 0,146 dengan nilai P = 0,04 < α = 0,05 dengan kriteria penerimaan hipotesis alternatif (H1) nilai probability < α = 0,05 dan koefisien korelasi nilainya negatif sehingga H1 ditolak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat dukungan sosial tidak berhubungan dengan tingkat kecemasn remaja putri dalam menghadapi menarche. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai penyebab kecemasan dari faktor-faktor lain, misalnya umur, pendidikan, sikap, dan pengetahuan. Kata kunci : tingkat dukungan sosial, tingkat kecemasan.

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN BIDAN DALAM PENERAPAN DOKUMENTASI KEBIDANAN OLEH: FAULINA ARISKA YANI

Dokumentasi kebidanan adalah sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan, dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya). Pelaksanaan dokumentasi asuhan kebidanan selama ini kurang lengkap dan ada bidan yang sama sekali tidak melaksanakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan bidan dalam penerapan dokumentasi kebidanan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif observatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan yang obyektif. Populasi penelitian ini adalah semua bidan yang ada di Kota Madiun sejumlah 22 orang yang seluruhnya dijadikan subyek penelitian (total populasi). Variabel penelitian ini adalah gambaran tingkat kepatuhan bidan dalam penerapan dokumentasi kebidanan. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dalam bentuk checklist, skala pengukuran menggunakan skala ordinal dengan kriteria patuh, cukup patuh, kurang patuh dan tidak patuh. Kemudian dilakukan tabulasi data. Hasil penelitian menggambarkan bahwa hanya delapan (36,4%) bidan yang patuh dalam penerapan dokumentasi kebidanan dan selebihnya tidak patuh. Dari 22 responden terdapat 4 (18,2%) bidan yang patuh dalam pendokumentasian data subyektif dan selebihnya tidak patuh, 10 (45,5%) bidan yang patuh dalam pendokumentasian assessment dan selebihnya tidak patuh. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kepatuhan bidan dalam penerapan dokumentasi kebidanan adalah tidak patuh. Upaya pemecahan masalah untuk meningkatkan kelengkapan dokumentasi kebidanan diantaranya adalah meningkatkan motivasi bidan untuk meningkatkan kelengkapan dokumentasi kebidanan, pengadaan supervisi dan evaluasi kelengkapan dokumentasi secara periodik, serta mengadakan sosialisasi kepada para bidan dalam rangka peningkatan sistem dokumentasi khususnya SOAP notes. Untuk penyempurnaan lebih lanjut diperlukan jumlah populasi yang lebih banyak dengan mengambil wilayah yang lebih luas. Kata kunci: kepatuhan, dokumentasi kebidanan, bidan

GAMBARAN KRITERIA KEGIATAN DESA SIAGA TAHAP TUMBUH DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI (Di Desa Geneng Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi) OLEH: FITRI PITASARI

Desa Siaga adalah desa yang telah menjalankan Sistem kesehatan yang adil bagi masyarakat bersama masyarakat. Masalah utama penelitian ini adalah tingkat keberhasilan Program Desa Siaga di Desa Geneng yang belum sesuai target. Hal ini akan menjadi kendala pengembangan Desa Siaga lain di tahun 2007 karena memandang Desa Geneng sebagai salah satu Desa Siaga Percontohan di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Kriteria Kegiatan Desa Siaga Tahap Tumbuh dan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi. Lokasi yang diambil adalah Desa Geneng, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Populasi penelitian ini adalah Desa Geneng dan semua Posyandu di wilayah Desa Geneng yang berjumlah 9 posyandu. Penelitian ini menggunakan total populasi. Instrumen yang digunakan adalah Format Pengukuran Kriteria Desa Siaga Tahap Tumbuh dan Format Pengukuran Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi yang diisi oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengambilan data sekunder. Selanjutnya dari data yang diperoleh dilakukan konversi dengan standar nilai yang ditetapkan. Kemudian dilakukan analisis data melalui penghitungan nilai berdasarkan rumus yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kriteria Desa Siaga Tahap Tumbuh di Desa Geneng telah mencapai Kriteria Baik (82,8%), namun pelaksanaan Forum Masyarakat Desa dan Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat masih perlu koordinasi. Sedangkan untuk Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi hanya mencapai Kriteria Cukup (77, 69%). Hal ini terkait dengan kegiatan yang belum berhasil sesuai target antara lain: Pencatatan Register ibu, Identifikasi golongan darah, Tabulin, Ambulan Desa, AKIB, ASI Eksklusif, Sistem Pendidikan Kepada Masyarakat dan Sistem Kelompok Donor Darah. Kesimpulan penelitian bahwa tingkat keberhasilan kegiatan Desa Siaga Tahap Tumbuh di Desa Geneng sudah sesuai target yang diharapkan, hanya untuk Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi masih perlu dikembangkan dan diperbaiki. Masih diperlukan kerjasama antara tokoh masyarakat, tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan demi tercapainya Desa Siaga yang lebih baik di tahun mendatang Kata kunci : Desa Siaga Tahap Tumbuh, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA (Penelitian Di SMAN 1 Magetan) OLEH: FITRIANI EKA KURNIAWATI

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental, dan kehidupan putri yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. Kesehatan reproduksi erat hubungannya dengan remaja, yang merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa. Pada remaja baik laki-laki maupun perempuan terjadi perkembangan fisik maupun psikis. Perkembangan fisik mencakup juga seksualnya, yaitu ditandai dengan perubahan organ-organ reproduksi sudah mulai berfungsi. Oleh karena itu remaja harus mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar. Akan tetapi pada kenyataan masih banyak remaja yang belum mendapatkan informasi yang benar mengenai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan mengambil sampel siswa kelas 2 SMAN 1 Magetan, Sampel yang diambil sebanyak 195 siswa dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data dengan kuesioner. Hasil penelitian dilakukan analisa data secara uji analitik dan uji korelasi tata jenjang dari Spearman Rho. Selanjutnva disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian uji analitik tentang pengetahuan menunjukkan sebagian besar siswa kelas 2 SMAN 1 Magetan memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi baik (92,3%). Mean 8,33, modus 8. Dan uji analitik tentang perilaku menunjukkan sebagian besar siswa memiliki perilaku seksual yang baik (90,3%), mean 24,33, modus 28. Kemudian dari hasil uji korelasi tata jenjang dari Spearman Rho diperoleh nilai probability (p) = 0,00 ( ≤ 0.05) berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja dengan tingkat hubungan sedang (r = α 580). Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar institusi yang terkait dengan segera mengambil langkah-langkah konkrit terhadap siswa yang memiliki perilaku seksual yang kurang baik agar segera diketahui faktor penyebabnya, agar dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perilaku seksual pada remaja, mengetahui kesehatan reproduksi sehingga dapat berperilaku seksual yang sehat yang sesuai dengan norma agama yang dianut. Kata kunci : Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi, Perilaku Seksual Remaja

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN MAKANAN PENDAMPING ASI LOKAL (PMT MP-ASI LOKAL) DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN ANAK BALITA (Di Puskesmas Panekan, Puskesmas Candirejo, dan Puskesmas Ngariboyo) OLEH: GALUH PRITA RETNA

Banyaknya kasus gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia, berdasarkan data dari Lipi bahwa hingga 10 Maret 2006 jumlah kasus gizi buruk dan gizi kurang yang dilaporkan dari 24 propinsi di Indonesia masing-masing sebanyak 6.847 kasus, dan 27.455 kasus, dari jumlah tersebut 39 pasien diantaranya meninggal dunia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan tambahan makanan pendamping ASI lokal (PMT MP-ASI lokal) dengan kenaikan berat badan anak balita. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Panekan, Puskesmas Candirejo, dan Puskesmas Ngariboyo, Kabupaten Magetan tahun 2007. Jenis penelitian adalah surve analitik. Populasi adalah anak balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Panekan, Puskesmas Candirejo dan Puskesmas Ngariboyo, Kabupaten Magetan pada bulan Januari-Februari tahun 2007 sebanyak 270 balita dengan kriteria diberikan PMT MP-ASI lokal selama 8 minggu dan tidak diberikan PMT MP-ASI lokal. Sampel menggunakan total populasi sebanyak 270 balita. Variabel bebas adalah pemberian makanan tambahan makanan pendamping ASI lokal dan variabel terikat adalah kenaikan berat badan balita. Alat ukur adalah daftar PMT MP-ASI lokal dari Puskesmas dan KMS balita. Analisa adanya hubungan digunakan uji statistik chi-square (x2) dengan α = 0.05 dan df = 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita usia 6-24 bulan yang mendapat PMT MP-ASI lokal yang naik berat badannya 206 (95,8%) dan yang tidak naik berat badannya 9 (4,2%), sedangkan yang tidak mendapat PMT MP-ASI lokal yang naik berat badannya 26 (47,3%) dan yang tidak naik berat badannya 29 (52,7%). Nilai chi-square (x2) hitung = 85.333 > harga Chi-square (x2) tabel = 3.841, nilai koefisien kontingensi (C) = 0.490. Dari penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian makanan tambahan makanan pandamping ASI lokal (PMT MP-ASI lokal) dengan kenaikan berat badan anak balita, dengan tingkat hubungan sedang. Untuk itu disarankan bagi praktisi pelayanan agar hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai keterampilan mengenai pentingnya pemberian makanan tambahan pada balita serta agar dapat dijadikan bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan selanjutnya guna mengatasi masalah kekurangan gizi yang terjadi pada anak balita. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan dan menyempurnakan penelitian dengan menghilangkan kelemahan dan keterbatasan pada penelitian ini. Kata kunci : pemberian makanan tambahan makanan pendamping ASI lokal, berat badan anak balita.

GAMBARAN TINGKAT PERKEMBANGAN POSYANDU DAN FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN PERKEMBANGAN POSYANDU (di Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi) OLEH: HELLY ROCHMADHONA R

Tingkat perkembangan Posyandu di bagi menjadi empat, yaitu Posyandu pertama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Madiri. Sedangkan faktor yang terekait dengan perkembangan posyandu tersebut meliputi dukungan pembina, keaktifan kader, fasilitas Posyandu dan peran serta pengguna. Diharapkan untuk akhir 2010 bisa mencapai target Standar Pelayanan Minimal untuk Posyandu Madiri sebanyak 40 %. Hasil penilaian Posyandu di Kecamatan Geneng pada tahun 2006 diperoleh hasil bahwa sebagian besar merupakan Posyandu Madya dan belum ada Posyandu Posyandu yang bisa mencapai tingkat Mandiri. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat perkembangan Posyandu dan faktor yang terkait dengan perkembangfan Posyandu di Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi. Jenis penelitian adalah penelitian diskriptif, populasi Posyandu sebanyak 70 sebagai jenis total populasi, sedangkan populasi untuk kader Posyandu aktif sebanyak 158 diambil dari sampel dengan cara simple random sampling data yang diperoleh selanjutnya diolah dalam bentukpresentase. Hasil penelitian dari tingkat perkembangan Posyandu didapatkan Posyandu Pertama sebanyak 10 %, Posyandu Madya sebanyak 68,57%, Posyandu Posyandu Purnama sebanyak 21,43%, dan Posyandu mandiri 0 %. Hasil penelitian faktor yang terkait dengan perkembangan Posyandu didapatkan dukungan Pembina sebagian kader cukup, keaktifan kader sebagian besar baik, fasilitas Posyandu sebagian besar cukup, dan peran serta pengguna sebagian besar cukup. Diharapkan untuk meningkatkan perkembangan Posyandu dilakukan perbaikan pada Input, proses Output. Pembina Posyandu dilakukan pembagian tugas, untuk kader perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi keaktifannya. Posyandu diberikan biaya operasionaluntuk melengkapi sarana dan prasarana Posyandu, serta diadakan penggerakan peran serta masyarakat untuk ikut berperan serta dalam kegiatan Posyandu Kata kunci : Tingkat perkembangan Posyandu, faktor yang terkait dengan perkembangan Posyandu.

HUBUNGAN IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BBLR DAN MEMBUKTIKAN BERAPA KALI RESIKO IBU HAMIL PRE EKLAMSI MELAHIRKAN BAYI BBLR (di RSUD dr Sayidiman Magetan) OLEH: IKA RATNA NORNANINGTIAS

Pre Eklamsi merupakan, komplikasi kehamilan yang menjadl penyebab utama morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayinya. Pada ibu hamil dengan Pre Eklamsia terjadi spasme pembuluh darah arterial menuju plasenta, akibatnya terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim yaitu BBLR. Bayi BBLR diklasifikasikan bayi resiko tinggi dengan adanya patofisiologi yang menyertai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan ibu hamil Pre Eklamsi dengan kejadian BBLR dan membuktikan berapa kali resiko ibu hamil Pre Eklamsi melahirkan bayi BBLR. Penelitian ini mengambil lokasi di RSUD dr Sayidiman Magetan. Jenis penelitian ini adalah survey analitik yang bersifat case control. Populasi adalah semua bayi dari ibu hamil yang melahirkan di RSUD dr. Sayidiman Magetan dari bulan Januari 2004 – Februari 2007 yang dikelompokkan menjadi bayi BBLR dan bayi tidak BBLR. Sampel vang digunakan adalah total populasi, berjumlah 346 subjek. Variabel bebas adalah kejadian Pre Eklamsi, variabel terikat adalah kejadian BBLR. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar pengumpulan data. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder dari rekam medik RSUD dr. Syidiman Magetan. Untuk menganalisis hubungan ibu hamil pre eklamsia dengan kejadian BBLR menggunakan uji statistik “chi-square” dengan taraf signifikasi 0,05. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara ibu hamil pre eklamsi dengan kejadian BBLR dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan taraf signifikansi = 0,00 < 0,05 berarti Ho ditolak dimana ada hubungan antara ibu hamil preeklarnsi dengan kejadian BBLR. Berdasarkan basil perhitungan odd ratio didapatkan ibu hamil pre eklamsi beresiko 12,57 kah melahirkan bayi BBLR. Berdasarkan basil penelitian disimpulkan bahwa ibu hamil pre eklamsi mempunyai angka kejadian yang masih tinggi dengan berbagai resiko yang menyertai, salah satunya BBLR. Disarankan bagi profesi kebidanan dapat meningkatkan pelaksanaan strategi program ANC (Ante Natal care) pada sasaran dan mernberikan informasi tentang faktor predisposesi pre eklamsi serta pemeriksaan kehamilan secara teratur agar pre eklamsi dapat dideteksi secara dini sehingga akibat buruk pre eklamsi yaitu BBLR dapat ditekan. Kata kunci : lbu hamil Pre eklamsia, Kejadian BBLR.

GAMBARAN PERUBAHAN PERAN IBU MULTIGRAVIDA PADA MASA KEHAMILAN TRIMESTER I DALAM KELUARGA (di Bidan Praktek Swasta, Ny. Sri Iswahyuni Ermawati Desa Kleco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan) OLEH: IRMA DESTYA PUTRI NATALIA

Penelitian ini diambil dari adanya perubahan fisik dan psikologi yang dialami ibu multigravida, khususnya trimester I, sehingga menimbulkan perubahan peran dalam keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perubahan peran ibu multigravida pada masa kehamilan trimester I dalam keluarga di Bidan Praktek Swasta, Ny. Sri Iswahyuni Ermawati Desa Kleco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan populasi semua ibu multigravida trimester I yang periksa, ke Bidan Praktek Swasta Ny. Sri Iswahyuni Ermawati selama bulan Maret-Mei 2007. Sampel diambil menggunakan tehnik kuota dengan tehnik waktu. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup yang diberikan secara, langsung. Hasil kuesioner selanjutnya dianalisa guna mengetahui perubahan peran yang terjadi menggunakan statistik diskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ditinjau dari aspek biologis ibu yang mengalami perubahan sebanyak 20 orang (66,67%) dan tidak mengalami perubahan 10 orang (33,33%). Ditinjau dari aspek psikologis, ibu yang mengalami perubahan sebanyak 17 orang (56,67%) dan tidak mengalami perubahan 13 orang (43,33%). Ditinjau dari aspek ekonomi, ibu yang mengalami perubahan sebanyak 17 orang (56,67%) dan tidak mengalami perubahan 12 orang (43,33%). Ditinjau dari aspek ekonomi, ibu yang mengalami perubahan sebanyak 20 orang (66,67%) dan tidak mengalami perubahan 13 orang (33,33%). Ditinjau dari aspek pendidikan keluarga, ibu yang mengalami perubahan sebanyak 17 orang (56,67%) dan tidak mengalami perubahan 13 orang (33,33%), Dari penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu multigravida, pada masa kehamilan trimester I mengalami perubahan peran baik ditinjau dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, maupun pendidikan keluarga.Untuk meminimalisir efek merugikan dari stres kehamilan yang dalam hal ini berdampak pada perubahan peran di dalam keluarga, maka diperlukan metode koping yang tepat sasaran, waktu, tempat, dan situasi. Kata kunci : ibu hamil, multigravida, perubahan peran

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI (Di Rumah Bersalin Tiyanti, Maospati ) OLEH: JUWITA AGIL ROSANTI

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkenaan dengan penyulit kelahiran dan terjadinya infeki khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal. Pada RB Tiyanti Maospati, diketahui bahwa insiden ketuban pecah dini pada bulan Juli 2006 sampai dengan Desember 2006 sebesar 19% yang banyak pula terjadi pada bulan Oktober 2006 yaitu sebanyak 26%. Ketuban pecah dini dapat terjadi karena berbagai faktor. Untuk mengetahui penyebab dari tingginya ketuban pecah dini di RB Tiyanti Maospati maka ingin diteliti tentang faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini di RB Tiyanti Maospati pada bulan April sampai bulan Juni 2007 dengan karakteristik populasi yaitu ibu hamil trimester III yang mengalami ketuban pecah dini dan ibu primipara dan multipara. Jumlah responden adalah 16 orang yang diambil secara total populasi. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup kemudian ditabulasi dan selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus p= f/N x 100% untuk menghasilkan prosentase yang ditampilkan dengan distribusi frekuensi yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya kejadian ketuban pecah dini di RB Tiyanti Maospati tahun 2007 berdasarkan peringkatnya dipengaruhi oleh aktivitas berat sebesar 43,75%, Coitus saat hamil baik dari frekuensi yang lebih dari 3 kali seminggu, posisi Coitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar 37,50%, infeksi genetalia baik ringan, sedang maupun berat sebesar 37,50%, paritas yaitu pada multipara sebesar 37,59%, riwayat ketuban pecah dini sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun infeksi Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disarankan mengembangkan promosi kesehatan di tingkat masyarakat melalui penyuluhan kesehatan, penyebaran poster-poster dan leaflet, yang semuanya itu tentang bagaimana cara mencegah ketuban pecah dini serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketuban pecah dini. Kata Kunci : Ketuban pecah dini (KPD), aktivitas, Coitus, infeksi, genetalia, paritas, riwayat KPD, usia ibu.

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATAS IBU HAMIL UMUR KEHAMILAN 28 MINGGU DENGAN TAFSIRAN BERAT JANIN OLEH: KRISTANTI MEIGAWATI

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Pertumbuhan janin dapat dideteksi dengan menghitung tafsiran berat janin dan status gizi ibu hamil dapat diukur salah satunya dengan LILA. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis hubungan antara lingkar lengan atas ibu hamil umur kehamilan 28 minggu dengan tafsiran berat janin. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan umur kehamilan 28 minggu pada periode April-Mei 2007 yang berkunjung di Puskesmas Geneng Ngawi dengan perkiraan populasi sejumlah 36 orang. Jumlah sampel 34 responden dan teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah lingkar lengan atas ibu hamil umur kehamilan 28 minggu dan variabel terikat penelitian ini adalah tafsiran berat janin. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah pita LILA dari fiberglass dan metelin. Analisa statistik menggunakan uji statistik korelasi Product Moment Pearson dan untuk mengukur tingkat hubungan digunakan koefisien korelasi Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata LILA ibu hamil umur kehamilan 28 minggu adalah 23,824 dan rata-rata TBJ ibu hamil umur kehamilan 28 minggu adalah 1864,56. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan positif antara lingkar lengan atas ibu hamil umur kehamilan 28 minggu dengan tafsiran berat janin. Hasil r hitung = 0,635 lebih besar dibandingkan dengan r tabel (α : 0,05 = 0,339. Berdasarkan hasil angka koefisien korelasi 0,635 berada antara 0,60-0,799 dalam kategori hubungan kuat. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan kuat antara lingkar lengan atas ibu hamil umur kehamilan 28 minggu dengan tafsiran berat janin. Bagi ibu hamil disarankan untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi ibu hamil dan memotivasi peningkatan gizi pada ibu hamil. Kati kunci : LILA, TBJ, Korelasi

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA PUTRI KELAS VII-VIII SMP NEGERI 4 MADIUN TENTANG KEPUTIHAN OLEH: KRISTINA EKASARI

Keputihan merupakan gejala yang Bering dialami oleh sebagian besar wanita remaja yang telah mendapatkan menarche yaitu berupa cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa darah (Wiknjosastro, 2005: 271) dan kadang tidak dihiraukan oleh remaja putri, namun keadaan ini bisa membuat remaja putri merasa tidak nyaman dan mempengaruhi subjek baik secara fisiologis maupun psikologis. Tidak adanya pengetahuan dan informasi yang memadai tentang keputihan, dapat menyebabkan kesulitan besar. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap siswa putri kelas VII-VIII SMP Negeri 4 Madiun tentang keputihan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Populasi adalah semua siswa putri kelas VII-VIII SMP Negeri 4 Madiun sebanyak 230 siswa putri. Sampel pada penelitian ini menggunakan total populasi sejumlah 230 siswa putri. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap siswa putri tentang keputihan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk Label distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswa putri kelas VII-VIII SMP Negeri 4 Madiun tentang keputihan adalah 42,61 % termasuk kategori cukup dan sebanyak 57,39 % siswa putri termasuk dalam kategori kurang sedangkan sikap yang ditunjukkan siswa putri kelas VII-VIII SMP Negeri 4 Madiun tentang keputihan yaitu 1,3 % mempuyai sikap yang positif, sebanyak 22,6 % mempunyai sikap netral dan sebagian besar (76,1 %) mempunyai sikap negatif. Berdasarkan hasil penelitian diatas disimpulkan bahwa pengetahuan siswa putri kelas VII-VIII SMP Negeri 4 Madiun tentang keputihan yaitu kurang dan sebagian besar sikapnya adalah negatif. Sehingga disarankan pada siswa putri kelas VII-VIII SMP Negeri 4 Madiun agar lebih termotivasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang keputihan yaitu dengan cara memperbanyak membaca buku, mendengarkan atau melihat informasi tentang keputihan dari media massa maupun media elektronik sehingga siswa dapat menerima datangnya keputihan yang merupakan hal yang normal dialami oleh setiap wanita. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada saat mengalami keputihan hendaknya dengan menjaga kebersihan organ genetalia, cara ganti celana dalam minimal dua kali sehari, penggunaan panty liners, dll. Kata kunci : pengetahuan, sikap, siswa putri, keputihan

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATAS IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR(di RB Yanti Haryono Desa Gulun Kecamatan Maospati dan BPS Sri Iswahyuni Desa Kleco Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan) OLEH: MAMIK ENDANG RATNAWATI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara lingkar lengan atas ibu dengan berat badan bayi baru lahir di RB Yanti Haryono Desa Gulun Kecamatan Maospati dan BPS Sri Iswahyuni Desa Kleco Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Masalah utama penelitian ini adalah masih tingginya kasus berat badan lahir rendah, yang mengalami peningkatan dari 110 pada tahun 2005 menjadi 148 ditahun 2006. Penelitian ini merupakan penelitian analitik, yang bersifat cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu inpartu kala I/II dan bayi baru lahir di RB Yanti haryono Desa Gulun Kecamatan Maospati dan BPS Sri Iswahyuni Desa Kleco Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan dari tanggal 1 April sampai dengan 19 Mei 2007. Sampel diambil dengan teknik quota sampling dengan kurun waktu 1 April sampai dengan 19 Mei 2007. Variabel independent adalah lingkar lengan atas ibu, sedang variable dependent adalah berat badan bayi baru lahir. Pengumpulan data menggunakan pita pengukur lingkar lengan atas ibu yang terbuat dari fiber glass, baby scale, alat tulis dan lembar formulir. Untuk menganalisis adanya hubungan digunakan korelasi product moment dengan taraf signifikasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan usia paling banyak 20-30 tahun, pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga, 70,21% ibu mempunyai lingkar lengan atas > 23,5 cm dan 93,62% bayi baru lahir mempunyai berat badan > 2500 gram. Hasil uji statistik menggunakan korelasi product moment, diperoleh nilai r hitung sebesar 0.426 sedangkan r table sebesar 0,288 dengan nilai probabilitas 0,003 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain ada hubungan antara lingkar lengan atas ibu dengan berat badan bayi baru lahir. Hubungan antara lingkar lengan atas ibu dengan berat badan bayi baru lahir dari 47 responden mempunyai tingkat hubungan sedang. Kesimpulan penelitian adalah sebagian besar ibu inpartu kala I/II mempunyai lingkar lengan atas > 23,5 cm dan hampir semua bayi baru lahir mempunyai berat badan > 2500 gram. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil pada pemeriksaan antenatal care dilakukan pengukuran lingkar lengan atas. Kata kunci : Lingkar lengan atas ibu, berat badan bayi baru lahir

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK OLEH: NOVI WINDA ASTARI

Judul penelitian ini adalah gambaran tingkat pengetahuan Ibu balita tentang Alat Permainan Edukatif (APE) untuk stimulasi tumbuh kembang anak di desa Bedagung, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan. Penggunaan alat permainan edukatif yang benar berguna untuk pengembangan semua aspek yang mencakup peningkatan kemampuan dasar, namun survey awal dilapangan 2 dari 10 ibu balita tidak tabu tentang APE. Jenis penelitian ini adalah deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang alat permainan edukatif untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Penelitian ini menggunakan total populasi yaitu seluruh Ibu balita sejumlah 117 orang. Instrumen penelitian adalah kuesioner tertutup dengan cara menjawab pertanyaan yang disediakan. Dan hasilnya dengan skor : baik 76-100%, cukup 56-75%, kurang <56%. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita tentang APE mayoritas berpengetahuan cukup (68,37%), Mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan baik tentang Alat Permainan Edukatif ditinjau dari jumlah responden terbanyak berdasarkan usia adalah 25-29 tahun, ditinjau dari Tatar belakang pendidikan terdapat pada jenjang pendidikan SMP, serta ditinjau dari jenis pekerjaan terdapat pada ibu yang tidak bekerja (IRT). Kepada seluruh bidan diharapkan memberikan pembinaan kepada kader posyandu yang lebih terarah dan berkualitas sehingga kader dapat memberikan penyuluhan kepada ibu balita. Dengan demikian ibu-ibu balita yang telah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan tentang alat permainan edukatif diharapkan dapat menstimulasi tumbuh kembang anak secara optimal. Kata kunci : Tingkat pengetahuan, APE,Stimulasi

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS PADA BALITA USIA 12-36 BULAN(Di Desa Ngiliran, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan) OLEH: NUR ROCHMATIN SHOLIKAH

Perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada balita usia 12-36 bulan sangat berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya. pada hasil survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 balita usia 12-36 bulan terdapat 1 balita yang masuk dalam kategori suspek pada sektor perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Mengingat pentingnya perkembangan pada masa balita akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya, maka perlu disiapkan dan dilakukan pemantauan secara dini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada balita usia 12-36 bulan di Desa Ngiliran, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif populasi dalam penelitian ini vaitu seluruh balita usia 12-36 bulan di Desa Ngiliran, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan yaitu sebanyak 48 balita. Seluruh anggota populasi dijadikan subjek penelitian (total populasi). Variabel dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Pengumpulan data dengan menggunakan formulir Denver Developmental Screening Test (DDST) dan Alat Permainan Edukatif (APE). Analisis data dilakukan secara deskriptif berupa distribusi frekuensi. Selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dan 48 balita, terdapat 1,4% yang masuk dalam kategori penilaian terlambat pada perkembangan motorik kasar dan 1,4% masuk ke dalam kategori penilaian terlambat pada perkembangan motorik halus. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa mayoritas (95,1%) perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada balita, usia 12-36 bulan di Desa Ngiliran Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan masuk dalam kategori normal. Dari faktor-faktor yang dikaji diperoleh adanya suatu keterkaitan dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Faktor yang dominan adalah status gizi dan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka perlu dilakukan pemantauan perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak balita, untuk dapat dilakukan intervensi secara dini. Kata kunci : perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, balita usia 12-36 bulan.

HUBUNGAN STATUS MARITAL DAN PARITAS DENGAN RESPON WANITA DALAM MENGHADAI MENOPAUSE OLEH: ROCMA DESI ASTUTI

Menopause adalah berhentinya secara definitive menstruasi. Dengan kata lain bahwa seorang wanita yang telah mengalami menopause, berarti telah mengalami perdarahan uterus terakhir yang masih diatur fungsi hormonal ovarium atau suatu perubahan hidup di mana pada saat itu seorang wanita mengalami periode terakhir masa haid (Simpson dan Person, 1986:123). Dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis sebagai dampak terjadinya menopause, ada sebagian wanita yang menerima dan menganggap menopause sebagai suatu bentuk perubahan wajar yang harus dialami oleh setiap wanita. Namun ada pula yang menolak menopause dengan cara mempercantik diri secara berlebihan karena merasa cemas secara berlebihan akan kehilangan daya tariknya sebagai wanita dan menjadi tua. Atas dasar data tersebut, akan diteliti “Hubungan Status Marital dan Paritas dengan Respon Wanita dalam Menghadapi Menopause”. Penelitian ini menggunakan tehnik simple random sampling dengan jumlah wanita menopause sebanyak 122 orang yang terdiri dari wanita dengan usia 40 tahun keatas/wanita yang telah berhenti haid dengan status marital dan jumlah anak (paritas) yang berbeda-beda. Status marital dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu wanita yang tidak menikah, wanita yang menikah dan wanita yang menjanda. Sedangakan paritas dalam penelitian ini tidak dibatasi. Berdasarkan uji Spearman Rank didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status marital dengan respon wanita dalam menghadapi menopause. Namun untuk variabel paritas, mempunyai hubungan yang bermakna dengan respon wanita dalam menghadapi menopause. Setelah dilakukan penelitian diharapkan dapat dilakukan penyuluhan-penyuluhan, khususnya oleh bidan setempat agar para wanita yang telah menopause dapat menerima perubahan baik fisik maupun psikologis secara wajar Berta meminimalkan terjadinya perubahan-perubahan wanita dalam menghadapi menopause. Kata kunci : status marital, paritas, menopause, respon wanita dalam menghadapi menopause.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TOKOH MASYARAKAT SECARA MULTIATRIBUT DAN SECARA UMUM TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA (Di Desa Waduk Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan) OLEH: SUKMA AYU PUTRI S.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya sikap tokoh masyarakat terhadap pelaksanaan Desa Siaga. penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa Waduk Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah tokoh masyarakat di Desa Waduk Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan. responden adalah total populasi sebanyak 30 tokoh masyarakat. Variabel bebas adalah sikap tokoh masyarakat secara multiatribut terhadap pelaksanaan Desa Siaga sedangkan vafiabel terikatnya adalah sikap tokoh masyarakat secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga. Alat untuk mengukur sikap tokoh masyarakat secara multiatribut adalah kuesioner berformat semantic differential dan diukur menggunakan model sikap Fishbein, sedangkan untuk sikap secara umum menggunakan kuesioner berformat semantic differential dan diukur dengan menggunakan model sikap langsung. Untuk mengetahui hubungan sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara tunum terhadap pelaksanaan Desa Siaga menggunakan uji satatistik korelasi peringkat Spearman. Hasil penelitian membuktikan bahwa sikap tokoh masyarakat secara multiatribut adalah sangat positif (63,33%), positif (36,67%) dan sikap secara umum adalah sangat mendukung (20%), mendukung (63,33%), biasa (16,67%), dan ada hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga dengan signifikansi 0,05 dan nilai (r) hitung 0,65. Kesimpulan penelitian ini bahwa sikap tokoh masyarakat secara multiatibut dan secara umwn adalah positif terhadap pelaksanaan Desa Siaga. Sarannya perlunya sosialisasi, kerja sama dari tenaga kesehatan dan masyarakat dalam pelaksanaan Desa Siaga. Kata kunci : Sikap, tokoh masyarakat, Desa Siaga

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA SISWI SLTP DENGAN SIKAP DALAM MENGHADAPI MASA MENSTRUASI OLEH: SYLVIA MARLINDA SARI

Pada saat menstruasi, terjadi pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikologis, maka dari itu diperlukan pengetahuan yang baik tentang menstruasi selungga para remaja putri dapat menghadapinya dengan bijak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja siswi SLTP dengan sikap dalam menghadapi masa menstruasi. Jenis penelitian survey analink dengan rancangan cross sectional. Populasi seluruh siswi kelas VII SLTP Negeri 2 Madiun yang berjumlah 120, dengan kriteria sudah menarche. Dengan teknik sampling didapatkan 92 responden. Variabel bebasnya adalah pengetahuan remaja siswi SLTP sedangkan variabel tenkatnya adalah sikap dalam menghadapi menstruasi. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan tentang menstruasi dan kuesioner sikap dalam menghadapi masa menstruasi. Analisa hubungan pengetahuan remaja siswi SLTP dengan sikap dalam menghadapi masa menstruasi diuji dengan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian didapatkan nilai mean pengetahuan tentang menstruasi 88,097, sikap dalam menghadapi masa menstruasi = 75,88. Ada hubungan antara pengetahuan remaja siswi SLTP dengan sikap dalam menghadapi masa menstruasi dengan r = 0,452, sig (2-tailed) = 0,000. Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan remaja siswi SLTP dengan sikap dalam menghadapi masa menstruasi. Diharapkan remaja putri mendapatkan pengetahuan tentang menstruasi sejak dini, dalam menghadapi masa menstruasi. Kata kunci : pengetahuan, sikap, menstruasi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP KEHAMILAN REMAJA(Studi Pada Kelas XI SMA Negeri 1 Magetan) OLEH: TIGOR MAYLANI

Pengalaman seksual remaja Indonesia yang terjadi pada usia belasan tahun mengakibatkan tingginya angka kehamilan remaja. Hal ini disebabkan karena pengetahuan remaja Indonesia mengenai masalah kesehatan reproduksi masih sangat kurang, sehingga perlu diteliti adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja terhadap kehamilan remaja. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional simple random sampling sejumlah 195 responden. Variabel independent adalah pengetahuan remaja tentang kehamilan remaja, sedangkan variabel dependentnya adalah sikap remaja terhadap kehamilan remaja. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Untuk menganalisis adanya hubungan digunakan uji Pearson Product Moment dengan taraf signifikan 0,05. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata pengetahuan responden tentang kehamilan remaja adalah cukup, baik. Sedangkan rata-rata sikap responden adalah menolak terhadap kehamilan remaja. Dari hasil analisis statistik dengan tehnik korelasi Pearson Product Moment hubungan antara, pengetahuan dengan sikap remaja terhadap kehamilan remaja didapatkan p = 0,000 (<0,05) dan r product moment = 0,327 lebih dari r tabel (0,138), sehingga Ho ditolak dan H1 diterima berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja terhadap kehamilan remaja. Dari hasil interprestasi koefisien korelasi didapatkan hubungan yang rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara, pengetahuan dengan sikap remaja terhadap kehamilan remaja, artinya bila pengetahuan remaja baik maka sikapnya menolak terhadap kehamilan remaja. Diharapkan kepada remaja supaya menambah pengetahuannya agar dapat mengambil sikap yang terbaik. Kata kunci : pengetahuan, sikap, kehamilan remaja.

EFEKTIFITAS PENYULUHAN PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN IBU POSTPARTUM PRIMIPARA OLEH: ULYANA HIDAYATI

Ibu postpartum primipara adalah ibu yang telah melahirkan anak untuk pertama kalinya, sehingga perawatan payudara pada masa ini sangat diperlukan. Namun biasanya ibu postpartum primipara jarang melakukan perawatan payudara bahkan mungkin tidak pernah sama sekali. Penyebab dari kondisi tersebut adalah kurangnya pengetahuan, rendahnya sikap serta keterampilan tentang perawatan payudara. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya promosi kesehatan khususnya perawatan payudara dengan cara memberikan penyuluhan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas penyuluhan perawatan payudara terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu postpartum dalam melakukan perawatan payudara. Jens penelitian im adalah eksperimen dengan rancangan penelitian pre eksperimen one group pre test-post test. Populasinya adalah ibu postpartum primipara yang berada di BPS wilayah kecamatan Plaosan. Pengambilan sampel menggunakan teknik total populsi. Anallsis statistik data menggunakan uji Wilcoxon signed ranks test dengan tingkat signifikansi p = α <0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rerata nilai pengetahuan antara pre test-post test yaitu 54,04 menjadi 87,91. Selain itu juga didapatkan peningkatan rerata nilai sikap antara pre test-post test yaitu 73,30 menjadi 89,51. Begitu juga untuk keterampilan didapatkan peningkatan rerata antara pre test-post test yaitu 17,13 menjadi 62,77. Uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan mengenai pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang perawatan payudara pada ibu postpartum primipara antara pre test-post test karena dengan taraf signifikansi p = α < 0,000 ( p <0,05) berarti ada pengaruh. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa penyuluhan terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan ibu postpartum primipara dalam melakukan perawatan payudara. Untuk menyempurnakan penelitian lebih lanjut dapat menggunakan media promosi kesehatan yang lain, instrumen penelitian perlu di uji validitas dan reliabilitas, serta mengambil subyek penelitian yang mempunyai tingkat pendidikan yang sama sehingga hasil penelitian lebih baik. Kate kunci: penyuluhan, pengetahuan, sikap, keterampilan, perawatan payudara

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PESERTA KB SUNTIK 3 BULANAN DENGAN AMENOREA OLEH: WIDYA PUSPITANING P

Saat ini ada bermacam-macam kontrasepsi yang beredar di pasaran. Salah satunya adalah KB suntik 3 bulanan. Efek samping yang sering terjadi pada peserta KB suntik 3 bulanan adalah amenorea. Karena itu amenorea yang lama merupakan sebab dari ketidakpuasan dan kecemasan pada peserta KB suntik 3 bulanan karena menurut masyarakat darah haid berguna untuk menghilangkan darah kotor dan tubuh. Adapun kecemasan yang terjadi pada peserta KB suntik 3 bulanan adalah tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat. Dari survey awal yang dilakukan 70% dari peserta KB yang diwawancari mengalami kecemasan karena tidak bisa haid. Hal ini dapat menimbulkan penghentian dan ketidakteraturan pemakaian kontrasepsi. Dari permasalahan tersebut diadakanlah penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada peserta KB suntik 3 bulanan dengan amenorea . Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel diambil dengan total populasi dari 75 responden yang mengikuti KB suntik 3 bulanan dan mengalami amenorea. Penelitian ini menggunakan analisa data statistik deskriptif dengan penyajian data menggunakan distribusi frekuensi yang kemudian ditabulasi silang antara tingkat kecemasan dengan karakteristik. Hasil penelitian menunjukkan gambaran tingkat kecemasan peserta KB Aktif yaitu tidak ada kecemasan 17,3%, kecemasan ringan 48%, kecemasan sedang 32% dan kecemasan berat 2,7%. Hal ini menunjukkan perlunya konseling yang lebih aktif tentang efek samping KB suntik 3 bulanan terutama amenorea. Konseling juga harus lebih intensif pada peserta KB dengan kecemasan berat. Kata kunci : kecemasan, amenorea, peserta KB suntik 3 bulanan

HUBUNGAN ANTARA PERAN ORANG TUA DENGAN FOBIA SEKOLAH PADA ANAK PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) OLEH: YUNITA DIAH RAHAYU

Peran orang tua pada anak prasekolah (3-5 tahun) sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan anaknya masuk bangku sekolah. Peran orang tua yang kurang dalam mempersiapkan anaknya masuk bangku sekolah berakibat anak akan menjadi fobia untuk bersekolah. Menurut Nelson (2000) fobia sekolah merupakan suatu sindrom dimana tidak mau masuk sekolah karena berbagai alasan, dari penelitian yan telah dilakukan pada sekitar 100 anak 1-2 anak mengalami fobia sekolah, salah satu penyebabnya adalah karena hubungan yang tidak ramah antara ibu dan anak. Berdasarkan fakor-faktor penyebab, di atas, maka peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara peran orang tua dengan fobia sekolah pada anak prasekolah (3-5 th). Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional, dari 29 TK populasinya sebanyak 666 anak. Diambil sampel secara simple random sampling dengan teknik undian sebanyak 8 TK sebanyak 250 anak. Variabel independent adalah peran orang tua, sedangkan variable dependent adalah fobia sekolah. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diben-'kanpada orang tua (ibu) anak prasekolah di taman kanak-kanak. Untuk menganalisis adanya hubungan dan digunakan uji Kendal Tau dengan tingkat kemaknaan < 5 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 194 responden, 75,3% orang tua kurang berperan dan 73,2% anak mengalami fobia sekolah tingkat I. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa, dari analisa data diperoleh hasil ada hubungan antara peran orang tua dengan fobia sekolah pada anak prasekolah di taman kanak-kanak yaitu nilai p = 0.00 < 0,05. Berdasarkan basil penelitian yang didapat sebagian besar orang tua mempunyai peran yang kurang, dan sebagian besar anak mengalami fobia sekolah. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan anaknya masuk sekolah pada usia prasekolah (3-5 th) agar mereka tidak mengalami fobia sekolah. Sehingga disarankan orang tua memberikan motivasi, dorongan, sosialisasi dan mempersiapkan anak prasekolah untuk masuk bangku sekolah. Kata kunci : Peran orang tua, fobia sekolah

GAMBARAN KESIAPAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS KEHAMILAN (Di BPS Ny. S. Desa Kleco Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan) OLEH: YUSTIKA KINASIH

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kesiapan ibu primigravida dalam menghadapi perubahan fisiologis dan psikologis kehamilan di BPS Ny. S, Kec. Bendo. Masalah dalam penelitian ini adanya ketidaksiapan ibu primigravida dalam menghadapi perubahan fisiologis dan psikologis kehamilan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi pada penelitian adalah semua ibu primigravida sejumlah 35 orang. Teknik sampling adalah quota sampling, instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner, pengolahan data dengan tahap editing, coding, scoring, tabulating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon psikologis yang dialami meliputi respon menolak sebanyak 80%, marah 69%, depresi 94%, sedangkan perubahan fisiologis yang dialami meliputi sulit menelan sebanyak 0%, mual muntah 17%, berat badan bertambah 74%, sering kencing 74%, nafsu makan bertambah 49%, warna kulit berubah 14%, nyeri ulu hati 0%, sulit tidur 37%, kaki terasa kram 3%, gatal di daerah perut 43%, didapatkan 89% siap menghadapi perubahan selama hamil, sedangkan 11% tidak siap. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu primigravida siap dalam menghadapi perubahan fisiologis dan psikologis kehamilan. Diharapkan peningkatan penyuluhan dari tenaga kesehatan dan kader, dukungan dan motivasi dari keluarga serta diharapkan ibu dapat menambah pengetahuan tentang perubahan yang terjadi selama kehamilan. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan meneliti faktor lain yang mungkin mempengaruhi kesiapan ibu primigravida dalam menghadapi perubahan fisiologis dan psikologis kehamilan. Kata kunci: kesiapan primigravida, perubahan fisiologis, perubahan psikologis

FAKTOR PENYEBAB PENGGUNA SUSU FORMULA DI BIDAN PRAKTEK SWASTA KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2007 OLEH: HETTY RIANA

Menurunnya penggunaan Air Susu Ibu disebabkan karena ibu-ibu yang bekerja mencari nafkah, penggunaan susu botol, pengaruh dari iklan-iklan, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi ibu yang masih rendah. Meningkatnya penggunaan susu formula untuk makanan bayi dapat menimbulkan berbagai masalah kekurangan kalori tipe marasmus, monilliasis pada mulut dan diare karena infeksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor penyebab pengguna susu formula, dengan mengambil tempat di Bidan Praktek Swasta kota Magetan tahun 2007. Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan populasi sebanyak 228 ibu-ibu balita usia 0-6 bulan di kota Magetan yang menggunakan susu formula, sampel diambil menggunakan Non Probability Sampling dengan tehnik Quota Sampling. Variabel pada penelitian ini adalah pekerjaan, pendidikan, estetika dan iklan yang menyebabkan ibu memilih susu formula instrumen penelitian berupa kuisioner analisa dengan uji diskriptif. Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 228 responden, faktor pekerjaan mendapatkan persentase yang tinggi 41,2%, sedangkan faktor pendidikan 30,7%, sementara estetika 15,7% dan Man 29,8%. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah sebagian besar faktor pekerjaan ibu sebagai karyawan mendorong ibu menggunakan susu formula, selebihnya ibu yang berpendidikan SMA juga memilih susu formula disebabkan karena kesibukan orang tua dan budaya sosial, adapun sebagian kecil ibu memilih susu formula karena faktor estetika dan iklan. Berdasarkan hasil nilai tersebut sebaiknya para petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang Air Susu Ibu eksklusif dan juga memberikan motivasi pada ibu balita agar mau menyusui bayinya yang akan mengurangi resiko pemberian susu formula. Kata Kunci : Pendidikan, pekerjaan, susu formula

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI KURANG DAN BURUK PADA BALITA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN KADIPATEN KECAMATAN BABADAN KABUPATEN PONOROGO Ana Laily Riyantini

Status gizi kurang dan buruk merupakan masalah utama pada balita, mengingat status gizi balita merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi status gizi kurang dan buruk balita 1-3 tahun di Kelurahan Kadipaten. Jenis penelitian diskriptif, populasi ibu dan anak balita 1-3 tahun gizi kurang dan buruk. Sampel semua ibu dan balita 1-3 tahun gizi kurang dan buruk sebanyak 36 responden. Variabel penelitian faktor yang mempengaruhi status gizi kurang dan buruk balita 1-3 tahun antara lain penyakit kronis yang menyertai balita, pendidikan ibu balita, pengetahuan gizi ibu balita, pekerjaan ibu balita dan pendapatan keluarga balita. Pengumpulan data dengan mengukur BB, KMS dan kuesioner.Analisa data secara diskriptif, penyajian data dalam bentuk tabel. Hasil penelitian diperoleh, jenis kelamin status gizi kurang sebagian besar 54,54% perempuan 45,46% laki-laki. Penyakit kronis yang menyertai balita 54,54% tidak pernah sakit 45,46% pernah sakit. Pendidikan ibu balita 54,54% rendah 39,40% menengah 6,06% tinggi. Pengetahuan ibu balita 51,51% baik 48,49% cukup. Pekerjaan ibu balita 87,88% tidak terampil 12.12% terampil. Pendapatan keluarga balita 75,76% rendah 12,12% sedang 12,12% tinggi. Sedangkan jenis kelamin status gizi buruk sebagian besar 66,67% perempuan 33,33% laki-laki. Penyakit kronis yang menyertai balita 66,67% pernah sakit 33,33% tidak pernah sakit. Pendidikan ibu balita 100% rendah. Pengetahuan ibu balita 66,67% cukup 33,33% baik. Pekerjaan ibu balita 100% tidak terampil. Pendapatan keluarga balita 100% rendah Disimpulkan pada status gizi kurang sebagian besar jenis kelamin perempuan tidak pernah menderita penyakit kronis, pendidikan ibu balita rendah, pengetahuan ibu balita baik, pekerjaan ibu balita tidak terampil, pendapatan keluarga balita rendah. Pada status gizi buruk sebagian besar jenis kelamin perempuan pernah menderita penyakit kronis, pendidikan ibu balita seluruhnya rendah, pengetahuan ibu balita cukup, pekerjaan ibu balita seluruhnya tidak terampil, pendapatan keluarga balita seluruhnya rendah. Disarankan untuk perbaikan status gizi pada balita gizi kurang dan buruk dengan mengintensifkan program PMT penyuluhan, bagi ibu balita memberikan makan yang sesuai asupan gizi, bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. Kata kunci : Status gizi, Balita

PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SEKSIO SESAREA ANTARA TERAPI ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS DAN ANTIBIOTIKA TERAPEUTIK Dwi Ervin Seno Putri

Penyembuhan luka dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor lokal dan faktor umum. Data di lapangan menunjukkan angka kematian maternal masih tinggi yang disebabkan infeksi. Melihat hal tersebut di atas perlu dilakukan penelitian Perbedaan lama penyembuhan luka post operasi seksio sesarea antara terapi antibiotika profilasisi dan antibiotika terapeutik. Jenis penelitian ini adalah analitik, menggunakan rancangan penelitian cross secsional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post operasi seksio sesarea di RS Kota Madiun tanggal 27 September-17 Desember 2007 dengan besar populasi 40 orang, jadi besar sampel 36 orang. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan lama penyembuhan luka post operasi seksio sesarea antara terapi antibiotika profilaksis dan antibiotika terapeutik. Instrumen pengumpulan data berupa medical record dengan menggunakan uji statistik uji T. Analisis dengan statistik deskriptif rata-rata lama penyembuhan luka untuk antibiotika profilaksis 3,2 hari dan antibiotika terapeutik 3,7 hari. Bila dilihat dari uji T, diperoleh hasil 0,22 berarti α > 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada beda lama penyembuhan luka post operasi seksio sesarea antara terapi antibiotika profilaksis dan antibiotika terapeutik Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lama penyembuhan luka post operasi seksio sesarea antara terapi antibiotika profilaksis dan antibiotika terapeutik tidak ada beda, sehingga disarankan memilih obat secara rasional. Kata Kunci: Luka, antibiotika profilaksis dan antibiotika terapeutik.

HUBUNGAN ANTARA KPD DENGAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT DAERAH KABUPATEN MADIUN Dwi Umiyati

Ketuban pecah dini pada ibu bersalin dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan terpapar dengan infeksi atau sepsis neonatorum. Penanganan yang adekuat pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini serta penanganan pada bayi baru lahir dengan baik dapat menurunkan angka kejadianmortalitas dan morbiditas ibu dan bayi. Penelitian analitik, rancangan yang digunakan Case Control, dengan pendekatan retrospektife, populasi yang di pakai bayi baru lahir hidup. Pengambilan sampel total populasi, pengumpulan data berasal dari register ruang bayi dan ruang bersalin di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Madiun mulai tahun 2004 sampai tahun 2007, variabel bebas ketuban pecah dini variabel terikatnya sepsis neunatorum. Analisis hubungan menggunakanChi-Square dengan taraf signifikansi (a = 0,05), kemudian dibandingkan dengan X2 hitung. Analisis terhadap paparan menggunakan odds ratio. Uji hipotesis diterima apabila X2 hitung > dari X2 tabel (X2 a ) dengan df = k-1 yang artinya H1 diterima atau ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian sepsis neunatorum. Hasil penelitian didapatkan sampel sejumlah 1.100 bayi baru lahir, 366 (33,3 %) ibu bersalin didahului dengan ketuban pecah dini. Bayi yang dilahirkan dari 366 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini 92 (25,1 %) menderitasepsis neonatorum.Untuk mengetahui paparan dengan penghitungan odds ratio di dapatkan hasil 8,16 kali lebih besar ibu bersalin yang didahului dengan ketuban pecah dini bayi yang dilahirkan menderita sepsis neonatorum. Untuk mengetahui hubungan denga perhitungan X2 , didapatkan hasil 1,116 dan X2 tab (X2a) adalah 0,0039 artinya ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan sepsis neonatorum,atau H1 diteima karena X2 hitung > dari X2 tab. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin yang didahului dengan ketuban pecah dini akan berdampak pada bayi yang dilahirkan antara lain sepsis neonatorum, untuk mengurangi angka kejadian ketuban pecah dini dan mengurangi infeksi pada ibu yang ketuban pecah sebelum persalinan dimulai, maka langkah-langkah yang dapat diterapkan untuk menekan angka kematian dan kesakitan pada ibu dan bayi meliputi konseling saat kehamilan dan menjaga kebersihan saat persalinan dan perawatan bayi baru lahir Kata kunci : Sepsis neonatorum, ketuban pecah dini

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI I JIWAN Endah Wiendiarti

Obesitas merupakan suatu momok bagi setiap individu, selain berbahaya bagi kesehatan dapat mengakibatkan masalah baik fisik ataupun psikologis, antara lain body image. Pada penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan obesitas dengan body image pada remaja putri. Jenis penelitian adalah analitik bersifat cross sectional dengan populasi remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri I Jiwan. Teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling sejumlah 114 responden. Variabel bebas adalah obesitas pada remaja putri dan variabel terikat adalah body image. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Untuk menganalisa hubungan kedua variabel menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukan 36% responden mengalami obesitas dan 64% tidak mengalami obesitas. Pada remaja putri yang obesitas sebagian besar mengalami gangguan body image. Sedangkan pada remaja putri yang tidak obesitas semua tidak mengalami gangguan body image. Hasil uji statistik dengan chi square menunjukan r < 0,05 disimpulkan ada hubungan yang mantap antara body image dan obesitas. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan body image pada remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri I Jiwan. Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan pola hidup sehat, bagi remaja yang mengalami gangguan body image agar mendapat bimbingan dan konseling. Kata Kunci : Obesitas, Body Image

GAMBARAN CAKUPAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN PROFILAKSIS VITAMIN K1 PADA BAYI BARU LAHIRDI WILAYAH KOTA MADIUN Endang Winarti

Cakupan pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dipengaruhi oleh faktor-faktor pengetahuan, sikap Bidan, ketersediaan vitamin K1, alat dan sarana lain, serta dukungan orang tua bayi. Kurangnya dukungan orang tua bayi, persediaan alat dan obat yang tidak merata di tempat pelayanan menjadi salah satu penyebab masih adanya bayi baru lahir di wilayah Kota Madiun yang belum mendapat profilaksis vitamin K1. Untuk itu dalam penelitian ini ingin diketahui cakupan dan faktor yang mempengaruhi pemberian profilaksis vitamin K1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang cakupan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir. Populasi dalam penelitian ini adalah Bidan Praktik Swasta (BPS) penolong persalinan di wilayah Kota Madiun. Teknik pengambilan sampel dengan sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, pengumpulan data dengan kuesioner untuk menganalisis uji deskriptif dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan profilaksis vitamin K1pada bayi baru lahir pada kurun waktu Januari – Juni 2007 sejumlah 817 bayi yang mendapat profilaksis vitamin K1= 96,68% dan yang tidak mendapat vitamin K1= 3,32%, pengetahuan bidan yang baik (70%) dan cukup 30%, sikap bidan (100%) mendukung, orang tua (93,3%) mendukung dan 6,7% tidak mendukung, dan ketersediaan sarana (76,7%) baik, sedangkan 3,3% cukup. Dapat disimpulkan bahwa 96,68% bayi baru lahir sudah mendapat profilaksis vitamin K1 karena didukung oleh pengetahuan, sikap bidan dan orang tua bayi. Dan kurang meratanya distribusi obat sebagai penyebab masih adanya bayi yang tidak mendapat profilaksis vitamin K1. Saran untuk bidan yaitu tetap diberikannya profilaksis vitamin K1 secara berkesinambungan, untuk dinas kesehatan/instansi terkait yaitu diterbitkannya penuntun baku, ditertibkannya pencatatan dan pelaporan, koordinasi dengan direktorat pelayanan farmasi dan peralatan serta pembinaan yang berjenjang dan diperlukannya penelitian lebih lanjut. Kata kunci: profilaksis vitamin K1, bayi baru lahir, faktor yang mempengaruhi

PERBEDAAN KUALITAS HIS PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PEMBERIAN POCARI SWEAT DAN TANPA POCARI SWEAT Erma Kumarawati

Persalinan dengan his inadekuat di wilayah puskesmas Gemarang dalam satu tahun terakhir ± 40 % dari seluruh persalinan normal. Dampaknya, terjadi perpanjangan kala I sekitar 80 %. Untuk mengatasi ini bidan puskesmas Gemarang memberikan minuman pocari sweat pada ibu bersalin kala II. Penelitian ini bertujuan menganalisa perbedaan kualitas his persalinan pada ibu bersalin dengan pemberian pocari sweat dan tanpa pocari sweat. Jenis penelitian adalah pra-eksperimen dengan rancangan static group comparism penilaian kualitas his pada kala I fase aktif dilakukan dengan mengobservasi proses persalinan untuk mendapatkan data his persalinan dengan pemberian pocari sweat dan tanpa pocari sweat. Lokasi penelitian adalah polindes, puskesmas pembantu dan puskesmas induk kecamatan Gemarang kabupaten Madiun. Variabel independen adalah pemberian pocari sweat dan variabel dependen dalam adalah kualitas his persalinan pada kala I fase aktif. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang direncanakan bersalin di puskesmas Gemarang dengan sampel sebesar 26 orang. Data his diobservasi dengan partograf dan dianalisis menggunakan uji-t dengan α < 0,05. Hasil penelitian ibu dengan pocari sweat rata-rata frekuensi his 4 kali dengan intensitas baik selama 39,5 detik sedangkan ibu tanpa pocari sweat rata-rata frekuensi his 3 kali dengan intensitas baik selama 35, 08 detik. Rata-rata frekuensi observasi kelompok pocari sweat 7,54 kali dan kelompok tanpa pocari sweat 9,77 kali. Lama persalinan kala I kelompok pocari sweat 3,76 jam dan tanpa pocari sweat 4,9 jam. Hasil perhitungan uji t diperoleh thitung = 4,159 > ttable = 2,064, ρ = 0,010 (< 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan penelitian ada perbedaan kualitas his persalinan pada ibu bersalin dengan pemberian pocari sweat dan tanpa pocari sweat. Disarankan bagi ibu hamil dan bersalin untuk menjaga asupan makanan/minuman supaya kesehatannya tetap terjaga selama persalinan. Kata kunci : pocari sweat, his persalinan.

PERBEDAAN APGAR SKOR BAYI YANG DILAHIRKAN OLEH IBU TIDAK KPD, KEPADA KURANG DARI ATAU SAMA DENGAN 12 JAM DAN LEBIH DARI 12 JAM Eena Sugiharti

Data statistik Indonesia (2007) angka kematian bayi di Jawa Timur 47,69/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di kabupaten Madiun 43,69/1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi dalam masa neonatal adalah asfiksia sebesar 27%. Mengetahui perbedaan Apgar Skor bayi yang dilahirkan oleh ibu tidak KPD, KPD ≤ 12 jam dan KPD > 12 jam pada bulan Oktober - Desember 2007 Besar sampel 100 responden yang memenuhi kriteria tidak KPD, KPD ≤ 12 jam dan KPD >12 jam dengan umur kehamilan aterm. Penelitian analitik dengan desain cross sectional. Teknik sampling menggunakan probability sampling dengan teknik Simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar penilaian untuk KPD dan Apgar Skor. Dilakukan analisis Kruskal-Wallis untuk menunjukkan perbedaan. Pada penelitian ini didapatkan kecenderungan bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak KPD mayoritas mengalami asfiksia ringan, semakin lama kejadian KPD angka asfiksia ringan cenderung semakin kecil. Uji beda menunjukkan hasil 9,396 dengan signifikansi 0,009. Dalam penelitian ada perbedaan nilai Apgar Skor menurut kejadian KPD. Perlu dilakukan penelitian secara klinis untuk membuktikan bahwa salah satu sebab dari asfiksia pada bayi adalah KPD, guna mengurangi dampak KPD terhadap bayi baru lahir perlu modifikasi protap untuk penanganan bayi baru lahir dengan ibu KPD dan peningkatan ketelitian petugas dalam anamnesa. Kata Kunci : Ketuban Pecah Dini, Lama KPD, KPD ≤ 12 jam dan KPD > 12 jam Apgar Skor

POLA KONSUMSI MAKANAN SUMBER ZAT BESI PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 WUNGU Etik Sururin

Penelitian ini dilakukan dengan ditemukannya jumlah anemia di SMPN 2 Wungu ada 45% dari 245 siswa, yang berpengaruh pada prestasi belajar, salah satu penyebabnya adalah karena pola konsumsi makanan sumber zat besi yang kurang. Jenis penelitian ini adalah diskriptif, populasi kelas VII SMPN 2 Wungu Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Jumlah sampel 245 anak. Alat ukur menggunakan kuesioner. Cara analisis data adalah setelah data terkumpul dan diperiksa kelengkapannya kemudian ditabulasikan dalam tabel, kemudian dipersentase. Variabel yang diteliti adalah pola konsumsi makanan sumber zat besi dengan memperhitungkan frekuensi dan jumlah atau porsi. Hasil penelitian tentang karakteristik menggambarkan konsumsi nasi 85,71%, konsumsi sayur kangkung 10,61%, sayur bayam 6,53%, sayur lembayung 1,22%, sayur sawi 2,04%, sayur daun singkong 2,85%, tahu 6,93%, tempe 13,87%, kacang hijau 8,97%, kacang kedelai 2,04%, telur ayam 4,89%, telur bebek 15,91%, ayam 9,38%, daging 3,26%, ikan segar 3,26%, hati sapi 4,08%, ikan asin/ teri 16,3%, jambu biji 18,36%, pisang ambon 2,04%, pepaya 2,85%, gula kelapa 1,63%, keripik tempe 11,42%, susu sapi 4,48% dan karakteristik menurut jumlah rata-rata yaitu nasi 111,735 gr, sayur 25,96%, lauk nabati 51,92%, lauk hewani 54,54 gr, buah 117,78 gr, gula kelapa 6,67 gr, susu sapi 28 gr. Penelitian selanjutnya diharapkan siswa yang kurang mengerti tentang makan sumber zat besi menjadi mengerti dan melaksanakan pola makanan yang mengandung sumber zat besi yang benar. Kata kunci : pola konsumsi makan, sumber zat besi

ALASAN IBU POSTPARTUM DENGAN 3 ATAU LEBIH ANAK HIDUPYANG MENOLAK TUBEKTOMI SETELAH DIBERI MOTIVASI (Studi Di Ruang Bersalin RSU Dr. Soedono Madiun) GARWATI

Pengguna kontrasepsi mantap di Indonesia relatif menurun dari tahun ke tahun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran alasan ibu postpartum dengan 3 atau lebih anak hidup yang menolak tubektomi setelah diberi motivasi. Jenis penelitian adalah deskriptif populasi pada penelitian ini adalah ibu postpartum umur 35 tahun atau lebih dengan jumlah anak hidup 3 atau lebih yang menolak tubektomi setelah diberi motivasi di ruang bersalin RSU dr. Soedono Madiun Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi tersebut digunakan sebagai sampel (sampel jenuh). Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup kemudian data diolah dan dianalisa selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang, Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden tidak takut dengan tindakan tubektomi sebanyak 22 orang (73%), sebagian besar responden menyatakan alasan mengganggu pekerjaan/aktifitas sehari-hari sebanyak 15 orang (50%), sebagian besar responden menyatakan alasan tidak dilarang agama sebanyak 26 orang (86,7%), sebagian besar responden menyatakan alasan tidak ingin anak lagi sebanyak 27 orang (90%). Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur ibu 37 tahun, pekerjaan ibu sebagian besar sebagai buruh tani dan tani, pendidikan ibu sebagian besar pendidikan dasar, sedangkan jumlah anak hidup ibu sebagian besar berjumlah 3 orang, sebagian besar ibu-ibu menyatakan alasan tidak takut dengan tindakan tubektomi, sebagian besar ibu-ibu menyatakan alasan mengganggu pekerjaan/aktifitas sehari-hari, sebagian besar ibu-ibu menyatakan alasan tidak dilarang agama, sebagian besar ibu-ibu menyatakan alasan tidak ingin anak lagi. Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan memberikan informasi yang lengkap tentang tubektomi dan memberikan waktu yang agak lama untuk mengambil keputusan tentang tubektomi bagi ibu postpartum dengan jumlah anak hidup 3 atau lebih yang berumur 35 tahun atau lebih. Kata kunci : Ibu postpartum, tubektomi.

GAMBARAN FAKTOR YANG MENDORONG IBU BALITA UNTUK MEMBAWA ANAKNYA DATANG KE POSYANDU HARTINI

Masalah utama penelitian ini masih ada 20,9% balita yang tidak aktif ke Posyandu. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui gambaran yang mendorong ibu untuk membawa anaknya datang ke Posyandu. Penelitian ini mengambil lokasi di Posyandu Betek Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Jenis penelitian ini adalah diskriptif. Populasi adalah seluruh ibu balita baik yang aktif atau tidak di Posyandu Betek Kabupaten Madiun. Jumlah populasi 105 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (total populasi). Alat ukur menggunakan kuesioner. Cara analisis data adalah dengan pendekatan statistik diskriptif berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian didapatkan ibu berusia 20 – 35 tahun 76,2%, pendidikan terbanyak SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) 45%, pekerjaan ibu rumah tangga 76%, sosial ekonomi/ pendapatan dibawah 500 ribu setiap bulan 60%, ibu yang memiliki 1 (satu) anak 47,6%. Seluruh ibu balita di Posyandu Betek membutuhkan pelayanan Posyandu dan seluruh balita telah mendapatkan imunisasi. Posyandu sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang balita. Oleh karena itu diharapkan semua ibu bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu meskipun balitanya telah mendapatkan imunisasi lengkap. Kata kunci : Ibu balita, faktor pendorong datang ke Posyandu

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN MENSTRUASIDENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU BASYARIYAH DAGANGAN MEDIUM Ismijatun

Remaja putri mempunyai resiko tinggi menderita anemia, karena masa ini masih dalam masa pertumbuhan, diperberat mereka sudah mengalami menstruasi sehingga kebutuhan zat besi lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Selain itu remaja putri cenderung ingin tampil langsing dengan mengurangi konsumsi makan tanpa memperhatikan kebutuhan kecukupan gizi, sehingga pola makannya kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dan menstruasi dengan anemia pada remaja putri di SMU Basyariyah Dagangan Madiun. Jenis penelitian ini analitik untuk menganalisa hubungan pola makan dengan anemia dan hubungan menstruasi dengan anemia. Populasi dalam penelitiaan ini adalah siswa putri SMU Basyariyah yang berusia kurang dari 19 tahun dan sudah menstruasi. Besar sampel 39 orang, cara pengambilan sampel dengan tehnik simple random sampling Variabel bebas pola makan dan menstruasi, sedangkan variabel terikat status anemia. Pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara dengan panduan kuesioner dan pemeriksaan Hb dengan cara siamethemoglobin. Analisa penelitian menggunakan Fisher Exact Probability Test dengan taraf kesalahan 5 %. Hasil penelitian menunjukkan siswa SMU Basyariyah 53,85 % dengan pola makan tidak baik, 71,80 % mengalami menstruasi normal dan 71,80 % tidak mengalami anemia. Hasil analisa Fisher Exact Probability Test menunjukkan adanya hubungan antara pola makan dengan anemia dan tidak ada hubungan antara menstruasi dengan anemia pada remaja putri. Pola makan yang baik, meliputi jumlah, jenis dan frekuensi makan dapat mencegah terjadinya anemia. Anemia tidak mempengaruhi siklus menstruasi, tetapi anemia dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran darah menstruasi. Untuk itu perlu adanya penyuluhan tentang gizi seimbang dan pemberian tablet tambah darah saat menstruasi sebagai upaya pencegahan anemia pada remaja putri. Kata kunci : pola makan, menstruasi, dan anemia remaja putri

GAMBARAN,PEMILIHAN, ENGGUNAAN, PENYIMPANAN GARAM YODIUM DENGAN KEJADIAN GAKY PADA ANAK SEKOLAH DASAR Kartiningsih

GAKY terjadi akibat tubuh kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang berpengaruh pada aspek perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan sosial, dan aspek perkembangan ekonomi. Rendahnya konsumsi garam yodium di masyarakat menjadi salah satu pemicu terjadinya gangguan akibat kurangnya yodium. TGR anak SD Ngale tahun 2007 naik menjadi 10,91% dan konsumsi garam yodium dengan kadar yang baik hanya mencapai 24,31%. Sehingga desa Ngale termasuk daerah endemik gondok ringan. Untuk menggambarkan bahwa cara pemilihan, penggunaan dan penyimpanan garam yodium memiliki manfaat terhadap kejadian GAKY maka peneliti ingin mengetahui tentang gambaran cara pemilihan, penggunaan dan penyimpanan garam yodium dengan kejadian GAKY pada anak sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif. Populasi yang diteliti yaitu anak SD Ngale dan orang tua anak SD. Sampel diambil dengan tekniksimple random sampling sejumlah 122 responden. Variabel yaitu cara pemilihan, penggunaan dan penyimpanan garam yodium dan kejadian GAKY pada anak sekolah dasar. Pengumpulan data menggunakan formulir pemeriksaan gondok dan kuesioner. Untuk mendiskripsikan data yang diperoleh selanjutnya dianalisa. Analisa data dengan cara data yang telah terkumpul ditabulasi dalam bentu persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak SD yaitu 14 anak (11,48%) mengalami pembesaran kelenjar gondok grade Ia dimana orang tua anak SD salah dalam pemilihan, penggunaan dan penyimpanan garam yodium. Berdasar uraian dapat disimpulkan bahwa konsumsi garam yodium bermanfaat dalam mencegah kejadian GAKY. Sehingga disarankan pada masyarakat terutama ibu-ibu untuk mengkonsumsi garam beryodium dalam keluarga sehari-hari dengan cara pemilihan, penggunaan dan penyimpanan garam yodium yang benar. Kata kunci : GAKY, cara pemilihan, penggunaan dan penyimpanan garam yodium.

PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SIAGATAHAP TUMBUH MULAI APRIL – OKTOBER 2007 DI DESA KINCANG WETAN KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN Oleh : Lasri

Pemerintah saat ini sedang menggalakkan program desa, namun dalam pelaksanaannya belum berjalan sesuai dengan harapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa siaga tahap tumbuh mulai bulan April sampai dengan Oktober 2007, di desa Kincang Wetan kecamatan Jiwan kabupaten Madiun. Masalah utama dalam penelitian ini adalah masih terdapat 50% desa siaga pada tahun 2007, bisakah pada akhir 2008 seluruh desa menjadi desa siaga? Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan mengambil data primer yang berasal dari wawancara dengan pengurus desa siaga dan data sekunder yang berasal dari buku register yang ada di Pos Kesehatan Desa. Populasinya adalah seluruh pengurus desa siaga Kincang Wetan kecamatan Jiwan kabupaten Madiun. Alat ukur yang digunakan adalah cek lis yang diadop dari Evaluasi Pasca Pelatihan desa Siaga Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan menghitung persentase jenis kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan dibandingkan dengan kegiatan yang tidak dilaksanakan. Untuk mengetahui pencapaian keberhasilan pemberdayaan masyarakat menggunakan metode analisis diskriptif dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di bidang advokasi mendapat hasil 80,6%, sosialisasi paling rendah 69,5%, forum masyarakat desa 90%, pelaksanaan survei mawas diri 82,2%, musyawarah masyarakat desa 80,2%, penyusunan dan pelaksanaan rencana kegiatan 71,6% dan yang tertinggi adalah pembentukan Poskesdes dengan hasil 100%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sudah cukup bagus dengan rata-rata hasil 82,4%. Disarankan agar pada penelitian selanjutnya menggunakan sampel yang lebih besar dengan skala yang lebih luas sehingga hasilnya lebih representatif untuk dapat mewakili sebagian besar desa siaga. Pembinaan harus tetap dilaksanakan secara intensif agar kegiatan pemberdayaan masyarakat terus berkembang dan perlunya kerja sama lintas program serta lintas sektor agar dapat mewujudkan desa sehat. Kata kunci: pemberdayaan masyarakat desa siaga.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN HARGA DIRI IBU ANAK PENYANDANG AUTISME LISTYARINI

Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang ditandai adanya kelainan perkembangan. Peran ibu sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan anak autisme. Ibu yang memiliki perasaan rendah diri akan mengalami kesulitan dalam mendidik dan memelihara anak autisme sedangkan ibu yang memiliki rasa percaya diri akan mampu mendidik anaknya dengan baik. Peran ibu sangat dibutuhkan, dan dalam hal ini dukungan sosial suami akan membantu penerimaan kondisi yang diderita anak. Ibu yang mendapat dukungan sosial suami akan merasa percaya diri sehingga mempengaruhi perasaan harga diri.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami dengan harga diri ibu anak peyandang autisme. Subyek penelitian ini adalah orang tua yang menyekolahkan anaknya di Yayasan Cahaya Harapan Madiun sebanyak 19 pasangan suami istri (19 orang suami dan 19 orang istri). Variabel independent adalah dukungan sosial suami, sedangkan variabel dependent adalah harga diri ibu anak penyandang autisme. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner model skala Likert sedangkan metode analisa data dalam penelitian ini mengunakan teknik korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial suami dengan nilai mean 107,4211 dikategorikan sedang, sedangkan harga diri ibu anak penyandang autisme dengan nilai mean 102,4211 dikategorikan sedang. Dari hasil analisis data menunjukkan r=0,526 dengan nilai signifikansi 0,021 terdapat hubungan yang signifikansi antara dukungan sosial suami dengan harga diri ibu anak penyandang autisme. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial suami berpengaruh secara signifikansi terhadap peningkatan harga diri ibu anak penyandang autisme, sehingga diharapkan suami memberikan dukungan sosial terhadap istrinya agar mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri ibu. Kata kunci: Dukungan sosial suami, harga diri ibu anak penyandang autisme

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN RAWAT GABUNG DI PAVILIUN MERPATI RSU Dr. SOEDONO MADIUN Mirya Mahmudah

Rawat gabung merupakan sistem perawatan dimana bayi serta ibu di rawat dalam satu unit segera setelah lahir, sehingga memberi kesempatan ibu untuk menyusui seawal mungkin, serta dapat di manfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu. Berdasarkan survey tahun 2006 di dapat 72,4% yang rawat gabung. Pada awal peneliti terjadi penurunan 50% yang mau melaksanakan rawat gabung. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan rawat gabung di paviliun merpati RSU Dr. Soedono Madiun. Jenis penelitian yang dilakukan adalah diskriptif dengan pendekatancross sectional, populasi adalah ibu post partum dan bidan di paviliun merpati RSU Dr. Soedono Madiun dengan kriteria ibu nifas yang tidak di sertaiKomplikasi, dengan persalinan normal dan tindakan baik Primipara maupunMultipara, variabel penelitian adalah jenis persalinan, sosial ekonomi, perilaku petugas dan rawat gabung. Pengumpulan data dengan kuisioner dan observasi dengan analisa secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan jenis persalinan Sectio Cesaria dengan rawat gabung 64%, vaccum ekstraksi 50% dan persalinan normal 66,66%, faktor sosial ekonomi sebagian besar yang rawat gabung pada pendidikan tinggi 75% pekerjaan sektor terampil 71,24% dan yang berpenghasilan tinggi 80%.perilaku petugas pada pelaksanaan rawat gabung dengan pengetahuan baik 83,3%. Sikap negatif 100%, dan praktek pelaksanaan rawat gabung 80%. Kesimpulan penelitian jenis persalinan menentukan bentuk pelaksanaan rawat gabung, sosial ekonomi memerlukan perhatian khusus dan perilaku petugas menentukan keberhasilan rawat gabung. disarankan tempat pelayanan ibu post partum dan peranan bidan meningkatkan rawat gabung dengan seluruh aspek kegiatan di dalamnya. Kata Kunci : Ibu Post Partum, Bidan, Keberhasilan ,Rawat Gabung

SIKAP PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KREBETKECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN Moedjining Soegiharti

Pemerintah melalui Menteri Kesehatan mengeluarkan SK Nomor 1241 /Menkes/SK/XI/2004, tanggal 12 Nopember 2004, menugaskan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan berbasis asuransi sosial. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun yang mendapatkan kartu Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN) sebanyak 7679 jiwa. Dari penerima ASKESKIN tersebut Puskesmas Krebet rata-rata melayani 4% perbulan pada tahun 2006. Padahal target yang diharapkan adalah 15% perbulan, maka perlu adanya penelitian tentang bagaimana “Sikap Pengguna kartu ASKESKIN terhadap mutu pelayanan di Puskesmas Krebet”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat eksploratif dengan popu-lasi pengguna kartu Askeskin. Pengambilan sampel memakai teknikcluster sampling dengan deviasi standart 0,05 didapatkan 380 sampel/responden. Va-riabel penelitian ini adalah sikap responden terhadap mutu pelayanan di Puskes-mas Krebet. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, diukur dengan skala Likert dan penentuan rentang skala sikap menggunakan rumus Simamora. Sikap dalam penelitian dibagi menjadi tiga kategori yaitu sikap negatif, sikap netral dan sikap positif. Hasil penelitian terhadap komponen mutu meliputi komponen struktur menunjukkan bahwa 14 responden (3,68%) bersikap negatif, 146 responden (38,42%) bersikap netral dan 220 responden (52,89%) bersikap positif. Komponen proses menunjukkan bahwa 10 responden (2,63%) bersikap negatif, 169 responden (44,47%) bersikap netral dan 201 responden (52,89%) bersikap positif. Komponen out come menunjukkan bahwa 16 responden (4,21%) bersikap negatif, sejumlah 188 responden (49,47%) bersikap netral dan 176 responden (46,32%) bersikap positif. Hasil penelitian dari semua komponen mutu didapatkan 37 responden (9,74%) bersikap negatif, 218 responden (57,37%) bersikap netral dan 125 responden (32,892%) bersikap positif terhadap mutu pelayanan di Pus-kesmas Krebet. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa sikap pengguna Askeskin terhadap mutu pelayanan di Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabu-paten Madiun adalah sebagian besar netral. Peneliti menyarankan dilakukannya sosialisasi Askeskin kepada masyarakat dan ditingkatkan mutu pelayanan di Pus-kesmas Krebet. Kata kunci: Askeskin, sikap, mutu pelayanan

HUBUNGAN ANTARA LAMA KETUBAN PECAH DINI DENGANAPGAR SCORE BAYI BARU LAHIR DI RUANG BERSALIN RSU Dr. SOEDONO MADIUN M U R N I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama ketuban pecah dini dengan Apgar Score bayi baru lahir. Masalah penelitian ini adalah masih banyak kasus ibu inpartu dengan ketuban pecah dini sehingga dapat mempengaruhi bayi yang baru dilahirkan. Jenis penelitian ini adalah analitik, sedangkan desain penelitian yang digunakan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil dengan lama ketuban pecah dini yang datang di Ruang Bersalin RSU Dr. Soedono Madiun pada kurun waktu bulan Januari sampai dengan bulan bulan Juni 2007 sebanyak 240 responden. Besar sampel 150 responden, yang diperoleh dengan cara acak sederhana dan data yang diambil menggunakan dokumentasi register persalinan antara bulan Januari sampai dengan Juni 2007. Uji statistik untuk mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan Apgar Score bayi baru lahir menggunakan uji Kendal Tau dengan bantuan komputer. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,000, koefisien korelasi 0,881 yang artinya Ho ditolak dan HI diterima, berarti ada hubungan signifikan antara lama ketuban pecah dini dengan Apgar Score bayi baru lahir. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara lama ketuban pecah dini dengan Apgar Score bayi baru lahir. Semakin lama ketuban pecah dini semakin rendah Apgar Score bayi baru lahir. Disarankan bagi tenaga kesehatan yang menemukan ketuban pecah dini segera merujuk ke Rumah Sakit. Kata Kunci : Ketuban pecah dini, Apgar Score.

PENGARUH STIMULASI PERKEMBANGAN TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN BAYI USIA 9 – 12 BULANDI SAWAHAN MADIUN NURAINI

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan anak umur 0–6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Stimulasi yang dilaksanakan secara terarah dan teratur kepada anak akan mempercepatperkembangan dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Penelitian ini berjudul ”Pengaruh stimulasi perkembangan terhadap pencapaian tugas perkembangan pada bayi usia 9-12 bulan” di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun. Jenis penelitian ini adalah analitik yang bersifat cross sectional. Sampel 43 orang diambil dengan teknik simple random sampling Variabel independen adalah stimulasi perkembangan, sedangkan variabel dependen adalah pencapaian tugas perkembangan pada bayi 9-12 bulan. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan kartu Denver II. Uji analisis yang digunakan adalah Spearman rank test. Hasil penelitian menunjukkan pemberian stimulasi dengan kriteria baik ada 83,72% dan untuk kriteria kurang baik ada 14%, sedangkan pencapaian tugas perkembangan dengan hasil normal ada 83,33% dan pencapaian tugas perkembangan dengan hasil suspek ada 16,67%. Hasil uji analisis didapatkan p hitung = 0,859 yang berarti lebih besar dari pada α (0,000) dengan demikian hipotesis alternatif (H1) diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan pada pemberian stimulasi perkembangan terhadap pencapaian tugas perkembangan pada bayi usia 9-12 bulan. Sesuai dengan hasil penelitian disimpulkan bahwa stimulasi perkembangan sangat penting pada bayi usia 9-12 bulan, dimana bayi yang mendapat stimulasi dengan baik, hasil pencapaian tugasnya normal dan bayi yang mendapat stimulasi kurang baik hasil pencapaian tugasnya suspek. . sehingga disarankan pada orang tua terutama ibu atau orang yang paling dekat dengan bayi untuk memberikan stimulasi perkembangan secara optimal. Kata kunci: Stimulasi perkembangan, pencapaian tugas perkembangan, bayi usia 9-12 bulan.

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DALAMMENGHADAPI PERSALINAN MENURUT DUKUNGAN SUAMI SIAGA DAN SUAMI TIDAK SIAGA Nuryani

Peran suami siaga merupakan kunci sukses dalam proses persalinan sehingga ibu nyaman selama hamil dan bersalin. Studi pendahuluan September 2007 di Wayut terdapat 35 ibu hamil, yang bersuami siaga 48,57% dan yang tidak siaga 51,42% . Untuk membuktikan bahwa dukungan suami siaga memiliki manfaat maka akan diteliti tentang adanya perbedaan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan menurut dukungan suami siaga dan suami tidak siaga di Wayut, Jiwan, Madiun. Jenis penelitian analitik komparatif dengan desain penelitian cross sectional, populasi bumil trisemester III sampai bersalin di Wayut, Jiwan, Madiun sebanyak 35 orang. Besar sampel 32 orang menurut Tabel Krejcie Morgan. Tekniknya simple random sampling melalui undian. Variabel bebas dukungan suami siaga, variabel terikatnya tingkat kecemasan bumil dalam menghadapi persalinan. Alat ukur pada dukungan suami siaga lembar observasi dan pada tingkat kecemasan kuesioner menurut HARS. Uji statistiknya Mann-Whitney U-Test untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan bumil dalam menghadapi persalinan menurut dukungan suami siaga dan suami tidak siaga. Hasil penelitian yang bersuami siaga 56,25% dan yang tidak siaga 43,75%. Yang tidak mengalami kecemasan 21,8%, kecemasan ringan 46,8%, kecemasan sedang 28% dan kecemasan berat 3,1%. Hasil analisis dengan uji Mann Whitney U-Test nilainya 58,000 dengan probabilitas 0,005. Nilai (p) ≤0,05 berarti Ho ditolak atau H1 diterima. Kesimpulan ada perbedaan tingkat kecemasan bumil dalam menghadapi persalinan menurut dukungan suami siaga dan suami tidak siaga di Wayut, Jiwan, Madiun. Disarankan pada ibu-ibu hamil agar suaminya siaga saat bersalin untuk mengurangi kecemasan. Kata Kunci : Suami Siaga, Kecemasan

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2 – 4 TAHUN DI KELURAHAN TAMANKEC TAMAN KOTA MADIUN Puji Astutik

Saat ini masih banyak orang tua, kader dan pemerhati anak yang belum menyadari akan pentingnya stimulasi pada anak. Kurangnya stimulasi pada anak dapat menyebabkan keterlambatan dan gangguan perkembangan. Berdasar hal tersebut tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stimulasi dini dengan perkembangan anak usia 2 – 4 tahun. Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional di mana besar populasi 67 responden dengan jumlah sampel 58 orang pengambilan sample menggunakan tehnik simple random sampling. Variabel bebas adalah stimulasi dini dan variable terikat perkembangan anak usia 2-4 tahun. Pengolahan data menggunakan bantuan program komputer Uji Korelasi Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan p = α < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dan pekerjaan orang tua berpengaruh pada perkembangan anak. Uji Hipotesis dari data yang terkumpul didapatkan hasil yang signifikan yaitu p = α 0,000 (< 0,05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima berarti ada hubungan stimulasi dini dengan perkembangan anak usia 2-4 tahun. Sebagian besar orang tua sudah melakukan stimulasi dini terhadap anaknya dan sebagian besar perkembangan anak sudah sesuai. Hal ini menunjukkan adanya hubungan stimulasi dini dengan perkembangan anak usia 2-4 tahun. Dengan penelitian ini diharapkan orang tua, petugas kesehatan, kader maupun dinas instansi yang terkait dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap perkembangan anak dan lebih sering memberikan stimulasi dini agar anak dapat berkembang sebagaimana mestinya. Kata kunci : Stimulasi dini, perkembangan anak usia 2 – 4 tahun

KEMANDIRIAN IBU DALAM PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RUANG MAWAR RSU dr. SOEDONO MADIUN Oleh : Rumi Susilah
ABSTRAK

Infeksi puerperalis di negara sedang berkembang saat ini masih sangat besar, salah satunya disebabkan oleh infeksi luka jalan lahir. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka jalan lahir diantaranya perawatan luka perineum, Berdasarkan penelitian pendahuluan dalam 3 bulan terakhir terdapat 83-89 kasus dari 100 orang ibu nifes. PeneHtian ini bertujuan mengetahui tingkat kemandirian ibu post partum dalam perawatan luka perineum. Jenis penetitian ini adatah deskriptif. Populasi adalah ibu post pattum dengan heacting perineum derajad I-II setelah hari pertama perawatan. Sampel diambil secara tehnik purposive sampling dengan besar sampel sejumlah 30 orang. Variabel penelitian adalah kemandirian ibu dalam perawatan luka perineum. Pengumpulan data dengan tehnik observasi menggunakan check fist. Analisa data dengan persentase dan mengelompokkan hasil observasi dalam kategori kemandirian ibu yang dibedakan mandiri, dibantu dan tergantung. Hasil penelitian menunjukkan umur ibu sebagian besar 20-35 tahun (80%), pendidikan ibu sebagian besar pendidikan dasar 936,6%) dan menengah (46,7%), pekerjaan ibu sebagian besar ibu rumah tangga (83,3%), paritas ibu sebagian besar primipara (63,3%). Kemandirian ibu dalam perawatan luka perineum sebagian besar mandiri (66,7%), 23,3% dibantu dan 10% tergantung. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan faktor umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan ibu. Dari uraian di atas dapat disimpuikan sebagian besar ibu post partum mandiri. Untuk itu disarankan ibu post partum dapat mandiri dalam melakukan perawatan luka perineum dan petugas kesehatan wajib memberikan penyuluhan tentang pentingnya perawatan luka perineum khususnya dan perawatan nifas pada umumnya. Kata Kunci: Kemandirian, perawatan luka perineum.

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI IUD Cu T 380 A DENGANJUMLAH DARAH MENSTRUASI DI PUSKESMAS MADIUN SAHARIA

Keluarga Berencana merupakan upaya pencegahan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Salah satu alat kontrasepsi yang diterima oleh masyarakat adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), IUD Cu T 380 A merupakan alat kontrasepsi AKDR yang sering dipakai. Masalah yang sering mengganggu peserta KB IUD adalah bertambahnya perdarahan saat menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama pemakaian Alat Kontrasepsi IUD Cu T 380 A dengan banyaknya perdarahan menstruasi. Jenis penelitian ini analitik untuk menganalisa hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi Cu T 380 A dengan menstruasi. Populasi dalam penelitian ini peserta KB IUD Cu T 380 A di wilayah kerja Puskesmas Madiun. Jumlah sampel 141 orang diambil dengan tehnik simple random sampling. Variabel independent adalah lama pemakaian alat kontrasepsi IUD Cu T 380 A dan variabel dependent adalah banyaknya perdarahan menstruasi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa penelitian menggunakan uji chi square dengan taraf kesalahan 5%.Hasil penelitian menunjukkan peserta KB IUD Cu T 380 A lama pemakaian > 5 tahun sebesar 48,93%, dan banyaknya perdarahan menstruasi menunjukkan perdarahan banyak sebesar 61,70%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi Cu T 380 A dengan jumlah darah menstruasi. Dari penelitian ini disimpulkan lama pemakaian kontrasepsi IUD Cu T 380 A yang terbanyak lebih dari 5 tahun, sebagian besar peserta KB IUD Cu T 380 A mengalami jumlah darah menstruasi dengan kategori banyak.Tidak ada hubungan antara lama pemakaian kontrasepsi IUD Cu T 380 A dengan menstruasi. Saran bagi tempat pelayanan diharapkan meningkatkan mutu pelayanan terhadap peserta KB IUD agar KB IUD merupakan pilihan utama dalam ber KB, bagi peserta KB sebelum memilih suatu alat kontrasepsi harus melalui konseling terlebih dahulu sehingga pemilihan alat kontrasepsi lebih mantap. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap KB IUD. Kata Kunci: Lama Pemakaian IUD, Jumlah darah menstruasi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU INPARTU PRE EKLAMPSIA BERAT DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI SAMPAI HARI KE II POST PARTUM S E T Y A N I

Kehamilan yang disertai PEB dengan komplikasi merupakan salah satu penyebab Angka Kematian Ibu yang tinggi. Kejadian komplikasi yang dialami ibu sulit untuk diprediksi, berbagai faktor dapat mengakibatkan komplikasi. Diruang bersalin RSU Dr Soedono dalam tahun terakhir tercatat 192 ibu bersalin dengan pre eklampsia berat, terjadi kematian 2 orang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan ibu inpartu PEB dengan kejadian komplikasi sampai hari ke II post partum di ruang bersalin RSU Dr Soedono Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian kohort (prospektif) yaitu mengetahui gambaran variabel yang diteliti dan mencoba menganalisa hubungan antara 2 variabel tersebut. Responden diambil berdasarkan total populasi sebanyak 32 orang. Variabel independen adalah tingkat pengetahuan, sedangkan variabel dependen kejadian komplikasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi, penyajian data dalam bentuk tabel. Pengolahan data menggunakan analisis Chi-Square dengan tingkat kemaknaan P<0,05. Dari hasil uji Chi~Square didapatkan hasil x2 hitung < x2 tabel yaitu 0,006<3,8415 hal ini berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu inpartu PEB dengan kejadian komplikasi sampai hari ke II post partum. Dari hasil menunjukkan bahwa belum tentu tingkat pengetahuan yang baik tidak terjadi komplikasi dan tingkat pengetahuan yang kurang akan terjadi komplikasi. Pada penelitian diharapkan ibu hamil dengan pre eklampsia tetap mau menggali informasi yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan pre eklampsia berat. Karena dengan pengetahuan akan lebih mudah untuk menentukan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan.Peneliti memberi kesempatan pada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik pre eklampsia berat untuk mengembangkan ke arah yang lebih luas dengan memperhatikan faktor lain. Kata kunci: tingkat pengetahuan, kejadian komplikasi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEMASAN IBU TERHADAP EFEK SAMPING IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0 - 12 BULAN DI BPS ”TULUS’ KOTA MADIUN oleh SIAMIK

Masalah utama penelitian ini adalah masih terdapat bayi dengan imunisasi belum lengkap.Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan ibu terhadap efek samping imunisasi dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0 - 12 bulan . Lokasi penelitian ini dilaksanakan di BPS ”TULUS” kota Madiun. Jenis penelitian ini adalah survey analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional, dimana populasinya ibu - ibu yang mempunyai bayi usia 0 - 12 bulan yang berkunjung di BPS ”TULUS” kota Madiun. Jumlah sampel sebanyak 74 orang dengan memakai tehnik probability sampling pengambilan dengan tehnik simple random sampling dengan cara undian ( lottery technique ). Hasil uji statistik Spearman Rank diperoleh hasil α = 0,25 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan ibu terhadap efek samping imunisasi dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0 - 12 bulan di BPS ”TULUS” kota Madiun. Kata kunci : kecemasan ibu, pemberian imunisasi.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS DAGANGAN Oleh : SITI ROHMANI

Program ASI Eksklusif adalah salah satu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan pada bayi dan anak. Namun ternyata pencapaian program ini masih sangat rendah, hal ini kemungkinan karena kurangnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI secara eksklusif. Berdasarkan kenyataan ini, peneliti ingin meneliti tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan. Jenis penelitian ini analitik dan bersifat cross sectional dan pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling dengan 134 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Variabel bebas adalah faktor dukungan suami, sedangkan variabel terikat adalah pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan. Untuk menganalisa hubungan antara kedua variabel menggunakan uji Spearman dengan derajad kemaknaan P<0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dukungan suami sebagian kategori sedang 90 responden (67,2%), sedangkan pemberian ASI sebagian besar ASI parsial 72 responden (53,7%). Hasil analisis dengan menggunakan uji Spearman menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan <0,05 hasil 0,921. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan. Oleh karena itu disarankan peningkatan KIE dan motivasi kepada masyarakat luas khususnya ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki mengenai ASI eksklusif untuk meningkatkan kesadaran yang tinggi ikut mendukung program ASI eksklusif. Kata Kunci : Dukungan suami, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan.

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI, JENIS KELAMIN DAN URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERKEMBANGAN BICARA DAN BAHASA Sri Muryani

Kemampuan berbahasa merupakan indikator dari seluruh perkembangan anak. Banyaknya masyarakat yang mengalami kesulitan masalah ekonomi menyebabkan perkembangan anak mengalami keterlambatan. Di wilayah desa Bukur ada sekitar 45,2% yang mengalami keterlambatan pada aspek perkembangan bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara sosial ekonomi, jenis kelamin dan urutan kelahiran dengan perkembangan bicara dan bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional Sampel diambil dengan tehnik simple random sampling sejumlah 54 responden. Variabel independent adalah sosial ekonomi, jenis kelamin dan urutan kelahiran, sedangkan variable dependen adalah perkembangan bicara dan bahasa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan formulirDenver. Uji analisis untuk mengetahui adanya hubungan menggunakan uji statistik Mann-Whitney U-Test dengan signifikan p <0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara sosial ekonomi, jenis kelamin dan urutan kelahiran dengan perkembangan bicara dan bahasa. Hasil uji untuk sosial ekonomi /?= 0,042 artinya ada hubungan antara sosial ekonomi denganperkembangan bicara dan bahasa, jenis kelarnin p= 0,016 berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan perkembangan bicara dan bahasa dan urutan kelahiran p= 0,011 berarti ada hubungan antara urutan kelahiran dengan perkembangan bicara dan bahasa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sosial ekonomi, jenis kelamin dan urutan kelahiran dengan perkembangan bicara dan bahasa. Sehingga disarankan pada keluarga agar dipersiapkan lebih matang dalam membina suatu rumah tangga. Kata kunci: sosial ekonomi, jenis kelamin, urutan kelahiran, perkembangan bicara dan bahasa.

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEBERHASILANLAKTASI PADA IBU NIFAS PRIMIPARA Sri Widiastuti

Teknik menyusui merupakan hasil kesimpulan dari seluruh pernyataan empat variabel (hisapan bayi, cara menyusui, lama menyusui dan frekuensi menyusui). Menyusui merupakan pengalaman yang baru bagi ibu primipara sehingga teknik menyusui yang benar belum diterapkan yang dapat menyebabkan puting susu lecet dan berdampak ibu enggan menyusui yang pada akhirnya terjadi bendungan ASI. Apabila teknik menyusui diterapkan dengan benar maka akan tercapai keberhasilan laktasi yang ditandai dengan bayi akan kencing enam kali atau lebih dalam 24 jam, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara teknik menyusui dengan keberhasilan laktasi pada ibu nifas primipara yang bertujuan tercapainya program Pemerintah tentang ASI eksklusif. Penetitian ini merupakan penelitian anatitik yang bersifat cross sectional sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 34 responden. Variabel independen adaiah teknik menyusui sedangkan variabel dependen adaiah keberhasilan laktasi. Pengumpulan data menggunakan check lyst observasi dan chek fyst kuisioner. Untuk menguji adanya hubungan dengan uji statistik Chi-Square dengan taraf significant0,05 dengan bantuan alat komputer. Dari hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden 67,6% menunjukkan hisapan bayi benar, sebagian besar responden 79,4% menunjukkan cara menyusui yang benar, sebagian besar responden 67,6% menunjukkan lama menyusui yang benar, sebagian besar responden 76,5% menunjukkan frekwensi menyusui yang benar dan sebagian besar responden 85,3% berhasil laktasinya. Dari analisis Fisher's Exact Test didapatkan hasil nilai p < a atau 0,006 < 0,05 berarti Ho ditolak dan Hl diterima berarti ada hubungan antara teknik menyusut dengan keberhasilan laktasi. Berdasarkan uaraian diatas dapat disimpulkan teknik menyusui yang benar sangat menentukan keberhasilan laktasi yang sangat mendukung tercapainya ASI eksklusif sehingga disarankan bagi ibu nifas primipara untuk menerapkan teknik menyusui dengan benar dan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan lagi pemberian informasi/pendidikan kesehatan tentang manfaat ASI saat ANC dan lebih sering mempraktekkannya langsung teknik menyusui yang benar setelah melahirkan sehingga ibu post partum primipara tidak mengalami kesulitan dalam menyusui bayinya dan berkeyakinan untuk menyusui bayinya. Kata kunci: Teknik menyusui, keberhasilan laktasi, ibu nifas, primipara.

HUBUNGAN KETEPATAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN PERDARAHAN DI BPS WILAYAH MADIUN SELATAN SRI WURIYANI

Kematian ibu lebih dari 90 % disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan, infeksi dan eklamsi. Peyebab kematian ibu karena perdarahan termasuk perdarahan pada kala III. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian tentang ketepatan manajemen aktif kala III dengan perdarahan. Tujuannya ingin mengetahui hubungan ketepatan manajemen aktif kala III dengan perdarahan. Jenis penelitian ini adalah analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dan teknik sampling probability, simple random sampling. Populasi penelitian adalah bidan yang telah APN beserta ibu bersalin normal yang ditolong bidan sewilayah Madiun Selatan. Jumlah sampel 33 responden dan ibu bersalin yang ditolong. Variabel independen adalah ketepatan manajemen aktif kala III, dan variabel dependen perdarahan. Pengumpulan data dengan chek list untuk observasi bidan saat menolong persalinan dengan manajemen aktif kala III. Hasil penelitian dianalisa dengan uji Fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 bidan melakukan MAK III secara tepat sebesar 81,82 %, dan jumlah perdarahan < 250 cc sebesar 84,85 %. Hasil analisa uji Fisher exact diperoleh hasil signifikasi sebesar 0,031. Hasil ini lebih kecil dari harga a 0,05, menunjukkan adanya hubungan antara ketepatan manajemen aktif kala III dengan perdarahan. Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan sebagian besar bidan yang sudah APN melaksanakan MAK III dengan tepat dalam pertolongan persalinan, sebagian besar pada pertolongan persalinan perdarahan kala III < 250 cc dan terdapat hubungan ketepatan MAK III dengan perdarahan. Disarankan pada penolong persalinan bidan yang telah dilatih APN agar selalu menerapkan MAK III dengan tepat sehingga perdarahan pada kala III dapat ditekan seminimal mungkin. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian terhadap variabel lain yang dapat mempengaruhi perdarahan kala III serta melakukan penelitian terhadap persalinan pada ibu resiko perdarahan dengan menerapkan MAK III secara benar dan tepat. Kata kunci : ketepatan manajemen aktif kala III, perdarahan persalinan.

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK SRIATI

Kontrasepsi suntik banyak diminati oleh sebagian besar peserta KB yang ada di Bidan Praktek Swasta Desa Kebonagung, Balerejo, Madiun 37% dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain perilaku konsumen yaitu kekuatan produk, kekuatan social budaya, faktor psikologis Penelitian ini dibatasi kekuatan social yaitu paritas, umur, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, keluarga dan anutan. Penelitian ini merupaka penelitian deskriptif jenis survei (survey research method) suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dalam suatu komunitas atau masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan memberi kuesioner kepada semua peserta KB suntik yang ada di Bidan Praktek Swasta Desa Kebonagung, Balerejo, Madiun sebanyak 75 peserta KB yang kemudian dilakukan pengolahan atau analisis data da ditarik kesimpulan faktor yang dominan dalam pemakaian kontrasepsi suntik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang dominant pada pengaruh paritas, umur, pendidikan, penghasilan, pekerjaan adalah penghasilan sebanyak 93% dan di antara factor dukungan keluarga dan anutan yang dominant adalah keluarga sangat mendukung sebanyak 67%. Berdasarkan uraian tersebut di atas bahwa pemakaian kontrasepsi suntik dipengaruhi oleh factor penghasilan dan dukungan keluarga dari peserta KB sehingga perlu memodifikasi pelayanan konseling KB agar pelayanan menjadi kualitas dan mantap. Kata kunci : Perilaku konsumen, KB Suntik

PERAN IBU DALAM KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITA USIA 4 – 5 TAHUN DI POSYANDU SUDJIATUN

Peran ibu dalam kesehatan gigi dan mulut sangat penting, maka dari itu perawatan kesehatan gigi dan mulut harus dimulai sejak dini (usia balita). Masalah kesehatan gigi yang sering terjadi pada anak-anak adalah timbulnya karies pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam kesehatan gigi dan mulut anak balita usia 4-5 tahun di Posyandu. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan untuk program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dan sebagai pedoman pelaksanaan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut di Posyandu. Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan populasi sejumlah 50 ibu balita. Teknik pengambilan sampelnya adalah total populasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan jawaban tertutup. Pengolahan data dan analisa data menggunakan persentase dimana skor yang didapat dibagi skor maksimal kemudian dikalikan 100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran ibu dalam menggosok gigi secara teratur sebagian besar (60%) baik, peran ibu dalam pemilihan konsumsi makanan 66% adalah cukup, dan peran ibu dalam penggunaan fungsi gigi yang benar adalah 56% baik. Sebagian besar (54%) umur balita antara 48-54 bulan, jenis kelamin balita 56% adalah laki-laki. Sedangkan umur ibu balita 50% adalah 31-40 tahun, tingkat pendidikan ibu balita 48%, lulusan SMU dan sebagian besar (68%) ibu balita tidak bekerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar ibu mempunyai peran yang baik dalam menggosok gigi secara teratur, sebagian besar ibu mempunyai peran yang cukup dalam pemilihan konsumsi makanan dan sebagian besar ibu mempunyai peran yang baik dalam penggunaan fungsi gigi yang benar. Harapan dari penelitian ini adalah petugas kesehatan disarankan lebih meningkatkan penyuluhan di Posyandu dan ibu balita yang usianya lebih 40 tahun dan ibu balita yang sibuk disarankan lebih meningkatkan perannya dalam kesehatan gigi dan mulut anak balita usia 4-5 tahun dengan mengikuti penyuluhan di Posyandu dan menambah wawasan melalui media cetak maupun elektronik. Kata kunci : Peran ibu, kesehatan gigi dan mulut.

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA MELALUI HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI SUHARNI

Gizi merupakan salah satu faktor utama kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya memantau keberhasilan perbaikan status gizi adalah dengan dilakukan pemantauan status gizi (PSG). Masalah utama adalah masih tingginya status gizi kurang dan gizi buruk pada balita. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui gambaran status gizi balita melalui hasil PSG. Jenis penelitian deskriptif, populasi semua balita umur 0-60 bulan di desa Kedungrejo wilayah puskesmas Simo kecamatan Balerejo kabupaten Madiun sejumlah 199 balita dan semua menjadi subyek penelitian. Variabel penelitian status gizi balita melalui hasil PSG. Instrumen penelitian yang digunakan formulir F1/PSG/JTM/2007 dan formulir wawancara terstruktur. Teknik analisa data menggunakan tabulasi silang. Secara umum gambaran status gizi balita berdasarkan hasil PSG tahun 2007 status gizi lebih 2%, gizi baik 72,4%, gizi kurang 21,6%, gizi buruk 4%, dikelompokkan berdasarkan karakteristik balita yaitu umur, jenis kelamin dan karakteristik ibu yaitu paritas, pendidikan, penghasilan keluarga dan pola asuh. Gizi lebih banyak terdapat pada kelompok umur 0-12 bulan, laki-laki, paritas >2, tingkat pendidikan ibu perguruan tinggi, penghasilan keluarga >1juta, diasuh oleh ibu. Gizi baik banyak terdapat pada kelompok umur 0-12 bulan, laki-laki, paritas >2, tingkat pendidikan ibu tidak sekolah, penghasilan keluarga >1juta, diasuh oleh nenek. Gizi kurang banyak terdapat pada kelompok umur 13-60 bulan, perempuan, paritas >2, tingkat pendidikan ibu SD, penghasilan keluarga 500ribu-1juta, diasuh oleh nenek. Gizi buruk banyak terdapat pada kelompok umur 13-60 bulan, laki-laki, paritas < 2, tingkat pendidikan ibu SD dan SMA, penghasilan keluarga >1juta, diasuh oleh ibu. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tergolong masih tinggi. Saran khususnya untuk petugas kesehatan lebih proaktif memberikan penyuluhan pada ibu balita dan keluarga untuk meningkatkan upaya perbaikan status gizi dan status kesehatan keluarga. Kata kunci : Status Gizi, Pemantauan Status Gizi

GAMBARAN KEJADIAN GONDOK PADA ANAK SD DAN PERILAKU PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM PADA PROSES PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN SUHARTATIK

Gangguan akibat kekurangan yodium atau GAKY adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan karena tubuh kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama. Kekurangan yodium termasuk kekurangan unsur gizi, dimana status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik, mental, peningkatan produktifitas kerja yang selanjutnya akan berpengaruh pada kualitas manusia sebagai sumber daya pembangunan. Di wilayah Madiun khususnya di Desa Winong, Kecamatan Gemarang merupakan daerah pegunungan, angka kejadian gondok masih tinggi, sehingga Desa Winong termasuk wilayah endemis gondok. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kejadian gondok pada anak SD Winong 02 dan perilaku ibu dari anak SD yang bersangkutan dalam penggunaan garam beryodium pada proses pengolahan bahan makanan. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan teknik pengambilan sampel adalah total populasi, dengan jumlah responden 45, pengambilan data melalui pemeriksaan pada anak SD dan dilanjutkan isian kuisioner kepada ibu. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk diagram dan tabel, selanjutnya pengolahan data dengan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebesar 97,78% anak dengangrade IA dari 45 anak yang positif menderita gondok, sedangkan pada gradeIB didapatkan 2,2%, untuk grade II dan III tidak ditemukan. Hasil kajian melalui isian kuisioner tentang perilaku ibu dalam hal pengetahuan, sikap dan praktek dalam penggunaan garam beryodium dari ibu siswa yang positif menderita gondok diperoleh (44,45%) responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik. Didapatkan (80%) responden mempunyai sikap kurang mendukung dalam penggunaan garam beryodium, sedangkan (37,77%) responden mempunyai praktek kurang baik dalam penggunaan garam beryodium pada proses pengolahan bahan makanan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Desa Winong termasuk endemik gondok, tingkat pengetahuan, sikap dan praktek ibu dalam penggunaan garam beryodium masih rendah. Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan tentang garam beryodium, menghindari zat goitrogenik, serta menerapkan perilaku yang dapat mencegah terjadinya gondok dengan lebih memperhatikan dalam penggunaan garam beryodium pada proses pengolahan bahan makanan agar tidak banyak yodium yang terbuang. Kata kunci : Gondok, perilaku dan garam beryodium.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETRAMPILAN IBU NIFAS DALAM MERAWAT BAYI SUMIATUN

Neonatal dini merupakan masa-masa kritis bayi di awal-awal kehidupan beradaptasi di luar uterus. Dimana seorang ibu sangat diperlukan fungsinya dalam merawat bayi di masa-masa tersebut. Kurangnya peran seorang ibu merawat bayinya setelah lahir menjadi salah satu pemicu bertambahnya angka kesakitan neonatal dini (inborn) khususnya di rumah sakit. Di Paviliun Merpati RSUP Dr. Soedono Madiun banyak ibu-ibu yang enggan merawat bayinya sendiri, mereka banyak bergantung pada petugas maupun keluarganya / pembantu. Didapatkan data di NICU RSUP Dr. Soedono Madiun pada tahun 2006 kunjungan angka kesakitan neonatal (inborn) berkisar 43,17%, 29% diantaranya adalah neonatal dini dengan dehidrasi, febris dan diare yang pada waktu lahir sehat kemudian sakit setelah di RG dengan ibunya. Berdasarkan faktor diatas ingin diketahui adanya faktor yang berhubungan dengan ketrampilan ibu nifas merawat bayinya yaitu mengidentifikasi ketrampilan ibu nifas berdasarkan umur, pendidikan, paritas dan budaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel diambil dengan teknik non probability sampling dengan populasi sejumlah 35 orang ibu nifas dengan bayi sehat. Kriteria sampel yaitu umur, pendidikan, paritas, dan budaya. Variabel yaitu faktor yang berhubungan dengan ketrampilan ibu nifas dalam merawat bayi, meliputi cara memandikan, menyusui, merawat tali pusat dan mengganti popok. Pengumpulan data sub variabel menggunakan kuesioner dan jenis perawatan dengan checklist. Untuk menganalisa data digunakan data dasar kemudian diolah dan dibuat tabulasi silang. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel ataupun diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu nifas didominasi oleh umur 20 – 35 tahun dan sebagian kecil umur >35 tahun. Pendidikan yang terendah SLTP dan tertinggi PT. Paritas primipara lebih banyak dari multipara. Budaya sebagian besar modern. Tingkat ketrampilan responden merawat bayi banyak yang kurang trampil. Berdasarkan umur, responden yang trampil adalah umur 20 – 35 tahun. Berdasarkan pendidikan responden yang trampil berpendidikan sebagian besar PT. Berdasarkan paritas, yang paling trampil adalah multipara dan berdasarkan budaya yang trampil adalah yang berbudaya modern. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dominan dengan ketrampilan responden merawat bayi adalah faktor paritas. Sedangkan yang sedikit berperan yaitu umur, pendidikan dan budaya. Sehingga disarankan bagi masyarakat khususnya ibu nifas dengan primipara lebih banyak belajar dari segi informal misalnya baca tabloid / buku / majalah, melihat di media TV / internet, belajar dari pengalaman orang terdekat (orang tua, kakak, sahabat). Walaupun telah berpendidikan setingkat PT, berumur dewasa dan berbudaya modern, akan tetapi belum berpengalaman. Karena pengalaman adalah guru yang paling berharga. Kata kunci : Paritas multipara, ibu nifas trampil merawat bayi.

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN PERAWATAN PAYUDARADENGAN KEJADIAN BENDUNGAN AIR SUSU IBU PADA IBU POST PARTUM SUNARSIH

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan anak sampai umur 2 tahun. Masalah permberian ASI sering terjadi pada minggu pertama setelah melahirkan dan yang paling sering dijumpai adalah adanya bendungan ASI. Diperkirakan salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya perawatan payudara selama hamil dan pada saat proses laktasi setelah melahirkan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di BPS wilayah Puskesmas Balerejo, hampir 50% ibu post partum mengalami bendungan ASI. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti tentang hubungan ketrampilan perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI. Penelitian ini merupakan penelitian analitik bersifat cross sectional. Sample diambil dengan teknik simple random sampling dengan lottery technique sejumlah 39 responden. Sebagai variabel independen adalah ketrampilan perawatan payudara ibu post partum, sedangkan sebagai variabel dependen adalah kejadian bendungan ASI. Pengumpulan data dengan pengamatan/observasi pada variabel ketrampilan perawatan payudara ibu post partum dan pemeriksaan pada variabel kejadian bendungan ASI. Untuk menganalisa hubungan antara variabel menggunakan uji t dengan derajad kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan perawatan payudara ibu post partum yang tidak mengalami bendungan ASI lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang mengalami bendungan ASI, dan hampir separuh dari 39 responden mengalami bendungan ASI. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji t disimpulkan ada perbedaan bermakna antara ketrampilan perawatan payudara pada ibu post partum yang mengalami bendungan ASI dan yang tidak mengalami bendungan ASI. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara ketrampilan perawatan payudara dan kejadian bendungan ASI pada ibu post partum. Oleh karena itu maka disarankan pada para ibu, calon ibu, ibu post partum dan masyarakat luas untuk mengetahui manfaat perawatan payudara agar bendungan ASI dapat dihindari sehingga prosese menyusui menjadi lancar, pada para petugas/bidan disarankan untuk tak segan memberikan penyuluhan dan latihan tentang perawatan payudara dan ditunjang dengan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan ini. Kata kunci : Ketrampilan Perawatan Payudara, Bendungan ASI

GAMBARAN PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DIMONG SUTJI INDIARTININGSIH

Masih tingginya kejadian anemia pada ibu hamil merupakan suatu masalah yang harus segera diatasi. Anemia pada waktu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) menunjukan bahwa secara nasional prevalensi anemia masih tinggi yaitu ibu hamil 50,9%. Masalah penelitian adalah banyak wanita yang tidak mau minum tablet tambah darah secara rutin sebagai pencegahan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pencegahan anemia pada ibu hamil. Jenis penelitian ini adalah diskriptif, populasi seluruh ibu hamil di Puskesmas Dimong Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Jumlah sampel 40 orang. Variabel penelitian meliputi umur, pendidikan, pemberian Fe, keteraturan mengkonsumsi Fe dan kenaikan kadar Hb. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu dengan melakukan cek Hb dan data sekunder dari KMS ibu. Setelah data terkumpul dianalisa menggunakan persentase dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Hasil penelitian tentang karakteristik ibu menunjukan (90%) berusia 21–35 tahun, pekerjaan terbanyak (50%) adalah petani, pendidikan terbanyak sekolah menengah (60%), semua ibu mendapat Fe (100%), Hb yang naik ada 70%. Hasil tabulasi silang antara keteraturan minum Fe dengan kenaikan Hb, Hb naik 42,5%, Hb tetap 10%, Hb turun 7,5%. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan semua responden telah mendapat Fe, teratur mengkonsumsi Fe dan mengalami kenaikan Hb setelah diberi Fe. Diharapkan ibu hamil mengerti manfaat dari tablet tambah darah sehingga mau minum tablet tambah darah secara teratur dan mengalami kenaikan Hb, karena tablet tambah darah berfungsi untuk persalinan nantinya. Kata Kunci : pencegahan anemia, ibu hamil

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN LAMA PROSES PERSALINAN DI BPS MARANATHA DESA DIMONG KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN TITIK BUDI HARTINI

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan kecemasan dengan lamanya proses persalinan di BPS Maranatha Ny. Titik B Desa Dimong kec/kab Madiun. Masalah utama penelitian adalah dari 30 ibu bersalin di BPS Maranatha ada 33,3% yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinannya sehingga persalinan normal yang seharusnya ditempuh dalam waktu + 15 jam dapat berlangsung lebih dari 18 jam, bahkan 4 diantaranya harus mengakhiri masa persalinannya dengansectio caesaria. Jenis penelitian adalah analitik dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dalam kurun waktu 3 bulan yaitu bulan November-Desember 2007 sampai Januari 2008 dengan besar sampel 45 orang ibu bersalin. Pada penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner, lembar observasi dan partograf. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar ibu bersalin mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinannya (91,1%) baik cemas ringan, sedang maupun berat. Pada ibu Primipara yang cemas ringan (67%) lama proses persalinannya lebih cepat (< 14,45 jam) sedangkan ibu yang cemas sedang lama persalinannya 14,45 – 16,45 jam, dan yang cemas berat lama persalinannya > 16,45 jam. Pada ibu multipara yang cemas ringan hanya 14,3% dan lama persalinannya lebih cepat (< 7,5 jam), sebagian besar mengalami cemas sedang dan berat dengan lama proses persalinan 23,5% antara 7,45 jam sampai 9,45 jam dan 4,8 % lamanya lebih 9,45 jam. Kesimpulan : ada hubungan antara kecemasan dengan lamanya proses persalinan. Disarankan bagi ibu bersalin lebih mengurangi kecemasan dan lebih siap menghadapi persalinanya, bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan lebih berperan aktif memberikan penyuluhan dan penjelasan serta memberikan komunikasi therapeutik dalam setiap pelayanan yang diberikan. Kata kunci : kecemasan, lamanya proses ersalinan

PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI USIA 12 BULAN YANG DIBERI MAKANAN PENDAMPING ASI DAN ASI DI PUSKESMAS SIMO UPIK PAULINA

Umur bayi bertambah, kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi bertambah sedangkan produksi ASI tetap. Setelah bayi berusia 6 bulan harus mendapat tambahan makanan yang bergizi dan mengandung protein yang cukup. Diberikan MP ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pertumbuhan bayi. MP ASI harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pemberian MP ASI yang baik mutu dan jumlahnya akan meningkatkan status gizi bayi dan anak secara umum. Bayi yang berusia lebih dari 6 bulan yang diberi ASI saja akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk membuktikan bahwa pemberian MP ASI sangat bermanfaat maka ingin diteliti tentang adanya perbedaan status gizi bayi usia 12 bulan yang diberi MP ASI dan ASI saja. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 12 bulan dengan riwayat diberi MP ASI mulai usia 6 bulan dan bayi yang diberi ASI saja sejumlah 48 bayi. Sampel diambil dengan teknik simple random samplingsejumlah 43 responden. Variabel independent adalah pemberian MP ASI dan ASI saja, sedangkan variable dependent adalah status gizi bayi usia 12 bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan pedoman wawancara dan penimbangan. Untuk menganalisis adanya perbedaan digunakan ujiIndependent T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diberi MP ASI nilai mean 9,1633. Untuk bayi yang diberi ASI saja nilai mean 7,5462 . Dari hasil analisis menggunakan Independent T-Test dapat disimpulkan ada perbedaan status gizi bayi usia 12 bulan yang diberi MP ASI dan ASI saja. Untuk mendapatkan status gizi yang baik pada bayi dan anak sangat dianjurkan pemberian MP ASI mulai usia 6 bulan. Kata kunci: Status gizi, MP ASI

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH PUSKESMAS WONOASRI KABUPATEN MADIUN WULANMIATIN

Anemia adalah suatu kondisi sel darah merah kurang dari normal. Anemia ibu hamil berdampak pada besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin serta peningkatan resiko terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Penanganan anemia didasarkan pada faktor penyebabnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab anemia pada ibu hamil trimester III di Wilayah Puskesmas Wonoasri Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif, populasi penelitian ini ibu hamil trimester III yang anemia dengan menggunakan sampling total. Pengambilan data dengan kuesioner, data diolah dengan analisis diskriptif, selanjutnya hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Hasil penelitian tentang faktor penyebab anemia didapatkan sebesar 62.06% ibu mengalami kurang gizi, sebesar 58.62% ibu dalam mengkonsumsi tablet besi kurang mencukupi, dan sebesar 6.66% ibu menderita penyakit kronik (TBC). Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa, dari ketiga faktor penyebab anemia ibu hamil trimester III di Wilayah Puskesmas Wonoasri didominasi oleh adanya kurang gizi dan kurang asupan tablet besi. Untuk menurunkan angka kejadian kurang gizi ibu hamil dan kurang tercukupinya tablet besi pada ibu hamil maka diperlukan pemantauan. Mengingat penelitian ini hanya mengkaji beberapa faktor yang terkait dengan penyebab anemia maka apabila ada peneliti yang bermaksud melakukan penelitian selanjutnya dapat memperluas obyek kajian sebagai penyebab anemia. Kata kunci : Anemia, Ibu Hamil, faktor penyebab

EFEKTIFITAS PENYULUHAN KOGNITIF TENTANG AFTER PAINS TERHADAP PENINGKATAN RAWAT GABUNG PADA IBU POST PARTUM SESAR YANIK HANDAYANI

Penyuluhan kognitif tentang afterpains sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan rawat gabung. Dengan pemberian penyuluhan yang konsisten akan meningkatkan mekanisme adaptasi nyeri, sehingga ibu-ibu post partum dengan sesar akan berubah perilakunya dan bersedia untuk dirawat gabung dengan bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas penyuluhan kognitif tentang afterpains terhadap peningkatan rawat gabung. Jenis penelitian pra eksperimen dengan rancangan penelitian Static Group Comparism. Populasi adalah semua ibu post partum dengan sesar di ruang Bersalin Pavilliun Merpati yang diambil sejumlah 50 orang dengan tehnik quota sampling. Hasil penelitian didapatkan pada kelompok perlakuan yang mengalami nyeri ringan 16% dan nyeri sedang 80%. Kelompok kontrol didapatkan nyeri sedang 84% dan nyeri berat 16%. Yang bersedia dirawat gabung 80%, kelompok kontrol 100% tidak bersedia dirawat gabung. Dari analisa Chi-Square didapatkan X2 hitung (33,333) > X2 tabel (0,05)1 = 3,48 dengan tingkat kemaknaan p = 0,000 yang artinya ada perbedaan cakupan rawat gabung antara kelompok perlakuan dan kontrol. Kesimpulan penelitian adalah penyuluhan kognitif efektif dalam meningkatkan cakupan rawat gabung.

HUBUNGAN KEPUASAN MASYARAKAT SECARA MULTI ATRIBUT TERHADAP DESA SIAGA DENGAN KEPUASAN MASYARAKAT SECARA UMUM TERHADAP DESA SIAGA YUNIHARSIH PUSPITAWATI

Desa Siaga merupakan program baru yang saat ini sedang digalakkan pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB serta menjadikan masyarakat hidup sehat. Dalam pelaksanaannya pengembangan Desa Siaga dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah penerimaan masyarakat terhadap program ini. Hal ini dipengaruhi tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja dari Desa Siaga itu sendiri apakah telah memenuhi harapan masyarakat, maka peneliti ingin meneliti hubungan antara kepuasan masyarakat secara multi atribut terhadap Desa Siaga dengan kepuasan masyarakat secara umum terhadap Desa Siaga. Penelitian ini merupakan penelitian analitik bersifat cross sectionaLSampel diambil dengan teknik proportional stratifled random samplingsejumlah 285 responden. Sebagai variabel independen adalah kepuasan masyarakat secara multi atribut terhadap Desa Siaga, sedangkan sebagai variabel dependen adalah kepuasan masyarakat secara umum terhadap Desa Siaga. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Untuk menganalisa hubungan antara kedua variabel menggunakan uji Rank-Order Spearman dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan masyarakat secara multi atribut terhadap Desa Siaga adalah cukup puas, sedangkan kepuasan masyarakat secara umum terhadap Desa Siaga cukup puas dan puas. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Rank-Order Spearman disimpulkan ada hubungan antara tingkat kepuasan masyarakat secara multi atribut terhadap Desa Siaga dengan kepuasan masyarakat secara umum terhadap Desa Siaga. Berdasaikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepuasan masyarakat secara multi atribut terhadap Desa Siaga dengan kepuasan masyarakat secara umum terhadap Desa Siaga.Disarankan sosialisasi dan pembinaan dari pihak terkait lebih ditingkatkan ditunjang dengan pengadaan sarana dan personil yang cukup memadai baik kuantitas maupun kualitas sesuai dengan bidang dan keahliannya sehingga program Desa Siaga dapat berjalan dengan baik, berdaya guna dan lestari di masyarakat. Untuk peneliti selanjutoya diharapkan dapat meneliti pada aspek yang lebih luas. Kata Kunci: Kepuasan masyarakat, Desa Siaga

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN (Study di Puskesmas Jeruk Kabupaten Pacitan ) Oleh : Anik Sukarsih

Persentase pemeriksaan kehamilan di wilayah Puskesmas Jeruk tinggi, belum diketahui kepuasan ibu hamil saat mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kepuasan ibu hamil saat mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah Puskesmas Jeruk Kabupaten Pacitan. Penelitian ini merupakan studi prospektif. Populasi penelitian yaitu ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Jeruk dengan usia kehamilan 36 sampai dengan 40 minggu sejumlah 42 ibu, dengan sampel sejumlah 36 responden. Variabel bebas adalah kepuasan ibu hamil saat mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan dan Variabel terikat adalah pemilihan penolong persalinan. Untuk menganalisis adanya hubungan kedua variabel digunakan uji signifikasi Spearman’s Rho dengan taraf toleransi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan nilai probabilitas Spearman’s Rho terdapat hubungan antara kepuasan pelayanan ANC dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Jeruk Kabupaten Pacitan tahun 2007. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kepuasan ibu hamil saat mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan, maka semakin tinggi pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan daripada ke dukun bayi.

PREVALENSI BBLR DENGAN PERSALINAN USIA IBU KURANG 2O TAHUN DI DESA WORAWARI KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN Oleh : BINTI LUTFIANA

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gr. BBLR merupakan salah satu faktor yang meningkatkan angka kematian perinatal oleh sebab hypothermi, asfiksia serta aspirasi pneumonia. Salah satu faktor pemicu terjadinya BBLR adalah persalinan dari ibu dengan usia beresiko (£ 20 tahun). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan usia ibu £ 20 tahun dengan kejadian BBLR di Desa Wora Wari Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan rancangan penelitian case control. Populasi adalah seluruh ibu bersalin sejumlah 73 responden yang dikelompokkan dalam usia beresiko (£ 20 tahun) dan usia tidak beresiko (21-34 tahun) yang dijadikan sampel. Variabel independent adalah usia ibu £ 20 tahun sedangkan variabel dependent adalah kejadian BBLR. Pengumpulan data diambil dari data sekunder buku bantu persalinan, untuk menganalisis ada hubungan digunakan uji statistik chi-square dengan taraf signifikansi α < 0,05 dan odd ratio. Hasil penelitian menunjukkan jumlah persalinan pada usia beresiko sebesar 25 subyek dimana 13 diantaranya melahirkan bayi dengan BBLR. Sedang umur tidak beresiko melahirkan 4 bayi BBLR. Dari hasil analisis menggunakan uji statistik chi-square didapatkan taraf signifikansi = 0,000 < 0,05 berarti Ho ditolak dimana ada hubungan antara usia ibu £ 20 tahun dengan kejadian BBLR. Berdasar hasil penghitungan odd ratio didapatkan BBLR terpapar 11,917 kali lebih besar oleh usia ibu bersalin £ 20 tahun. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usia ibu bersalin yang £ 20 tahun berhubungan terhadap kejadian BBLR sehingga disarankan untuk tidak hamil dan bersalin sebelum usia mencapai 20 tahun.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BALITA KEKURANGAN ENERGI PROTEIN DI DESA KLESEM, KECAMATAN KEBONAGUNG, KABUPATEN PACITAN Oleh : Dwi Hartati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Faktor yang mempengaruhi terjadinya balita KEP di Desa Klesem Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan” dengan masalah penelitian masih tingginya kejadian balita KEP, yang bisa berdampak menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit dan rendahnya tingkat kecerdasan. Jenis penelitian ini deskriptif, untuk menggambarkan faktor yang mempengaruhi terjadinya balita KEP di Desa Klesem Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan. Sampel penelitian seluruh ibu balita KEP sebanyak 48. Variabel penelitian ini faktor yang mempengaruhi terjadinya balita KEP dengan sub variabel faktor tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Instrumen penelitian menggunakan dokumentasi register kohort balita dan kuesioner. Analisa data dalam bentuk persentase yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan diagram pie. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu balita KEP di Desa Klesem Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan tingkat pendidikannya (98%) rendah, sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang (60,4%), seluruhnya pekerjaannya tergolong tidak terampil yaitu sebagai petani, mayoritas pendapatannya rendah (86%), dan sebagian besar jumlah anggota keluarganya adalah sedang (41%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu balita KEP di Desa Klesem Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan berpendidikan rendah, pengetahuan gizi kurang, mempunyai pekerjaan tidak terampil, berpendapatan rendah dan mempunyai jumlah anggota keluarga sedang. Untuk itu diperlukan peningkatan pengetahuan gizi pada masyarakat, adanya kerja sama yang baik antara lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan balita KEP. Dan perlu dilakukan penelitian tentang faktor lain yang mempengaruhi terjadinya balita KEP dengan jumlah populasi yang lebih besar pada wilayah yang lebih luas, agar diketahui faktor penyebab yang lebih dominan, sehingga masalah tersebut bisa ditangani lebih efektif dan efisien. Kata kunci: faktor, KEP, balita

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN DESA SIAGA Oleh : Dwi Rahayu Rinto Siswati

Desa siaga merupakan upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Peran bidan dalam pengembangan desa siaga tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan, melainkan juga untuk memotivasi warga agar bisa mandiri menjaga kesehatan dan tanggap terhadap bencana. Peran bidan tersebut dapat ditingkatkan dengan adanya pelatihan dan juga perlu adanya evaluasi dari peran tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran bidan dalam pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Pacitan. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang telah mendapat pelatihan desa siaga di Kabupaten Pacitan sebanyak 84 orang. Teknik pengambilan sampel adalah total sampel. Data diolah dengan cara analisa tabel terhadap skor masing-masing kategori peran bidan dalam pelaksanaan program desa siaga. Hasil penelitian yang kami lakukan didapatkan peran bidan dalam promosi kesehatan dalam kategori baik 64,3%, cukup 35,7%; pengamatan kesehatan berbasis masyarakat dalam kategori baik 45,2% cukup 33,3% kurang 13,2% tidak baik 8,3%; program perencanaan persalinan berbasis masyarakat dalam kategori baik 13,1%, cukup 54,8%, tidak baik 32,1%; KADARZI kategori baik 31% cukup 41,6% kurang 1,2%, tidak baik 26,2%; sanitasi dasar dalam kategori baik 81%, cukup 6%, tidak baik 13%; pengelolaan obat dalam kategori baik 24%, cukup 24%, kurang 2%, tidak baik 50%; safe community dalam kategori baik 66,7%, cukup 17,8%, kurang 6%, tidak baik 9,5%. Kesimpulan peran bidan dalam pelaksanaan desa siaga pada promosi kesehatan sebagin besar baik, dalam pengamatan kesehatan berbasis masyarakat sebagian besar baik, dalam program perencanaan persalinan berbasis masyarakat sebagian besar cukup, dalam KADARZI sebagian besar cukup, sanitasi dasar sebagian besar baik,dalam pengelolaan obat sebagian besar tidak baik, safe community sebagian besar baik. Untuk mencapai hasil yang lebih baik perlu upaya meningkatkan peran bidan semaksimal mungkin dalam rangka mewujudkan desa siaga di Kabupaten Pacitan . Kata Kunci: Peran, bidan, desa siaga.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 13-36 BULAN (Di Desa Sidomulyo Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan) Oleh : ENDANG TISNAWATI

Status Gizi Balita akan berpengaruh pada pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak dan kecerdasan serta daya tahan tubuh terhadap infeksi. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita menjadi salah satu penyebab rendahnya status gizi balita. Untuk membuktikan bahwa tingkat pengetahuan itu cenderung berpengaruh pada status gizi anak maka ingin diteliti tentang adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penetian analitik yang bersifat crassectional sample diambil dengan teknik sample random sampling sejumlah 82 responden. Variable independent adalah tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita, sedangkan variable dependent adalah status gizi balita usia 13-36 bulan. Pengumpulan data menggunakan lembar pertanyaan dan pengukuran BB/TB. Untuk menganalisis adanya hubungan digunakan teknik analisa data Coralation Spearman Rho dengan bantuan komputer. Hasil penelitian menunjukkan dengan taraf signifikasi 0,03, itu berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita usia 13-36 bulan di Desa Sidomulyo Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa status gizi balita itu dapat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan konsumsi yang diberikan oleh ibu kepada anaknya. Sehingga pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap praktisi ibu dalam menyediakan konsumsi nutrisi kepada anaknya. Kata kunci : Pengetahuan ibu tentang gizi balita – BB balita

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN (Di Desa Wonodadi Kulon Wilayah Puskesmas Wonokarto Kabupaten Pacitan) Oleh : Reni Suciati

Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi merupakan akibat cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang masih di bawah target. Pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat berperan dalam memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di desa Wonodadi Kulon wilayah Puskesmas Wonokarto Kabupaten Pacitan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejumlah 40 orang dan semuanya dijadikan sampel (sampling jenuh). Variabel gambaran faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yang didapat dari regester Puskesmas Pembantu desa Wonodadi Kulon terhitung mulai bulan Januari sampai September 2007, data primer berupa kuesioner. Data diolah secara manual dan dianalisis dengan statistik deskriptif. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk menggambarkan pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pendidikan terbanyak adalah SMP/MTs yaitu 42,5%, pekerjaan terbanyak adalah kelompok terampil yaitu 57,5%, paritas terbanyak adalah primipara yaitu 52,5% dan pengetahuan terbanyak adalah baik yaitu 87,5%. Kesimpulan penelitian mayoritas berpendidikan dasar, pekerjaan mayoritas adalah kelompok terampil, paritas terbanyak primipara dan mayoritas pengetahuan adalah baik. Disarankan bagi petugas kesehatan agar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi bagi ibu dan keluarga dalam memilih penolong persalinan yang bersih dan aman dalam hal ini persalinan oleh tenaga kesehatan. Kata Kunci : Persalinan, Tenaga Kesehatan, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Pengetahuan.

FAKTOR PENYEBAB IBU POSTPARTUM TIDAK MELAKSANAKAN PERAWATAN TALI PUSAT SENDIRI DI POLINDES TANJUNGPURO NGADIROJO PACITAN SULISTIAWATI

Perawatan tali pusat merupakan perawatan pada bayi yang dilakukan secara rutin setiap hari. Pada kenyataannya tidak semua ibu postpartum mampu melaksanakan perawatan tali pusat sendiri sehingga minta pertolongan bidan untuk perawatan tali pusat. Untuk mengetahui penyebab ibu postpartum tidak melaksanakan perawatan tali pusat sendiri maka ingin diteliti tentang faktor penyebab perilaku dalam hal ini perilaku tentang perawatan tali pusat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab ibu post partum tidak melaksanakan perawatan tali pusat sendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu postpartum yang tidak melaksanakan perawatan tali pusat sendiri sejumlah 26 responden. Variabel pada penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu faktor penyebab ibu postpartum tidak melaksanakan perawatan tali pusat sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Analisa data dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama ibu postpartum tidak melaksanakan perawatan tali pusat sendiri adalah predisposing factors yang meliputi pengetahuan ada 17 (65,38%), kepercayaan ada 5 (19,23%), sikap ada 2 (7,69%), dan tradisi ada 2 (7,69%). Sedangkan enabling factors dan reinforcing factors dalam hal ini sarana dan perilaku petugas bukan merupakan penyebab ibu postpartum tidak melaksanakan perawatan tali pusat sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan faktor penyebab utama ibu postpartum tidak melaksanakan perawatan tali pusat sendiri sehingga disarankan pada petugas kesehatan untuk memberi penyuluhan dan latihan pada ibu hamil tentang perawatan tali pusat dan disarankan agar ibu postpartum belajar sesuai dengan ajaran petugas.

PENGARUH USIA IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN PERDARAHAN PADA PERSALINAN (DI PUSKESMAS GONDOSARI, KECAMATAN PUNUNG, KABUPATEN PACITAN) Oleh : Heni Nur Hastuti

Ibu bersalin dapat dikatakan mengalami perdarahan sesudah persalinan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml. Batasan tersebut dipakai karena wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah tanpa akibat buruk. Perdarahan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kelompok resiko tinggi kehamilan yakni usia kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil terhadap kejadian perdarahan pada persalinan di Puskesmas Gondosari Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik. Rancangan penelitian studi retrospektif, variabel bebas usia ibu hamil dan variabel terikat kejadian perdartahan pada persalinan. Cara pengumpulan data menggunakan data sekunder dengan partograf WHO, tehnik sampling menggunakan teknik simple random sampling, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek, antara faktor resiko, maupun antar faktor efek. Data diolah dengan cara analisa statistik chi – square, odds rasio, koefisien kontingensi. Sampel pada penelitian ini adalah ibu bersalin selama tahun 2007 di Puskesmas Gondosari Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan sebanyak 121 responden. Hasil penelitian dari analisis didapatkan Chi-square : X2hitung = 43,048 > X2 0,05; 1 = 3,841 (maka Ho ditolak, berarti H1 diterima) ada pengaruh usia kehamilan terhadap kejadian perdarahan pada persalinan di Puskesmas Gondosari Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Sedangkan koefisien kontingensi yang didapat adalah sebesar 0,512 yang berarti tingkat hubungan antara variabel agak rendah, sedangkan dengan uji odds rasio hasilnya 1,7229 yang berarti setiap tiga ibu bersalin ada yang mengalami perdarahan dua orang. Kesimpulan pada populasi yang terbesar adalah ibu hamil diluar kurun reproduksi sehat, kejadian perdarahan lebih sedikit dibanding persalinan yang tidak terjadi perdarahan. Ada pengaruh usia ibu hamil terhadap kejadian perdarahan pada persalinan. Saran yang disampaikan meningkatkan promosi kesehatan tentang kurun reproduksi sehat. Kata Kunci : usia ibu, perdarahan, postpartum

HAMBATAN PESERTA KB DALAM MENGADOPSI KONTRASEPSI IUD DI DESA CEMENG KECAMATAN DONOROJO KABUPATEN PACITAN TAHUN 2007 Oleh : Ifa Rohmawati

Kecenderungan pilihan kontrasepsi saat ini mengarah pada metode efektif hormonal, hal ini karena anggapan peserta KB pemakaian metode hormonal lebih praktis dan efektif, sehingga peserta KB IUD dari tahun ke tahun semakin menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hambatan peserta KB dalam mengadopsi kontrasepsi IUD. Jenis penelitian adalah diskriptif, menggunakan tehnik sampel jenuh dimana populasinya peserta KB hormonal di Desa Cemeng pada bulan November s/d Desember 2007, adapun besar populasi 156. Metode pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner, analisa data pada penelitian ini berupa distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden berpendidikan dasar 90.4%, pendidikan menengah 6.4% dan pendidikan tinggi 0.6%. Tingkat pengetahuan baik 0%, cukup 19.2% dan kurang 80.8%. Adanya pengaruh suami dalam mengambil keputusan mengadopsi kontrasepsi IUD sejumlah 56.4% dan tidak ada pengaruh suami 43.6%, pengaruh orang tua (61.8%), dari faktor agama tidak ada larangan memakaian kontrasepsi IUD dan dari faktor budaya dalam mengadopsi IUD sebagian besar malu kelaminnya dilihat orang lain saat pemasangan IUD (91%). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta KB memiliki tingkat Pendidikan Dasar, sebagian besar peserta KB memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang kontrasepsi IUD, peserta KB dalam mengambil keputusan mengadopsi kontrasepsi IUD sebagian besar dipengaruhi oleh suami dan juga dipengaruhi oleh orang tua, peserta KB dalam mengadopsi kontrasepsi IUD tidak dilarang oleh agama yang dianutnya, peserta KB dalam mengadopsi kontrasepsi IUD sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya yaitu malu alat kelaminnya dilihat orang lain saat pemasangan IUD. Untuk meningkatkan cakupan IUD diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kelebihan IUD dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal, dengan melibatkan suami, keluarga dan semua elemen masyarakat ditempat pelayanan kesehatan seperti posyandu, polindes, puskesmas serta dapat juga lewat media cetak ataupun elektronik. Kata kunci : Hambatan, Adopsi, Kontrasepsi IUD ABSTRAK Ikterus neonatorum fisiologis seharusnya tidak terdapat pada bayi aterm yang menyusu pada ibunya. Namun kenyataannya di desa Kasihan terdapat 56,25% bayi yang mengalami ikterus neonatorum fisiologis. Ada yang berpendapat asupan ASI yang kurang sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi. Untuk mendapatkan produksi ASI yang optimal dan memenuhi kebutuhan bayi secara cukup ibu postpartum antara lain harus menyusui sedini mungkin, sesering mungkin dan dalam waktu yang lama. Untuk membuktikan bahwa asupan ASI yang cukup dapat mencegah ikterus neonatorum maka ingin diteliti tentang hubungan menyusui dini, frekwensi menyusui dan lama menyusui dengan kejadian ikterus neonatorum. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat prospektif. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 28 responden. Variabel independent adalah menyusui, sedangkan variabel dependent adalah ikterus neonatorum. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Untuk menganalisis adanya hubungan digunakan uji statistik Chi-Square, karena tidak memenuhi syarat maka menggunakan uji Exact Fisher. Hasil penelitian hubungan antara menyusui dini dengan ikterus didapatkan P = 0,023 sedangkan hubungan antara frekwensi menyusui dengan ikterus didapatkan P = 0,003 dan hubungan antara lama menyusui dengan ikterus didapatkan P = 0,306. Dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Dari hasil analisis menggunakan uji Exact Fisher disimpulkan ada hubungan antara menyusui dini, frekwensi menyusui dengan ikterus neonatorum dan tidak ada hubungan antara lama menyusui dengan ikterus neonatorum. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menyusui bayi secara dini dan sesering mungkin atau on demand sangat bermanfaat untuk mencegah timbulnya ikterus neonatorum. Untuk itu disarankan pada ibu-ibu agar menyusui secara dini, lebih sering dan harus secara eksklusif. Kata kunci: Menyusui dini, frekuensi menyusui, lama menyusui, ikterus neonatorum fisiologis

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN USIA IBU SAAT HAMIL PERTAMA (DI DESA KARANGGEDE KEC. ARJOSARI, KAB. PACITAN) Oleh : Ita Rahmawati

Penurunan AKI diperlukan penajaman sasaran agar kejadian “4 terlalu” dapat ditekan serendah mungkin. Tingkat pendidikan rendah akan berpengaruh pada pengetahuan dan perilaku. Penelitian ini dilakukan di Desa Karanggede. Berdasarkan kasus yang ditemukan yaitu usia ibu saat hamil pertama kurang dari 20 tahun dengan tingkat pendidikan tingkat dasar masih banyak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan usia ibu saat hamil pertama di desa karanggede Jenis penelitian adalah analitik, menggunakan rancangan cross sectional, populasi seluruh ibu hamil di Desa Karanggede. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan cara acak sederhana atau sample random sampling. Besar sampel yang ditetapkan 33 responden. Variabel independen penelitian adalah tingkat pendidikan ibu dan variabel dependen adalah usia ibu saat hamil pertama. Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan ibu hamil. Setelah data terkumpul dan ditabulasi, kemudian data dikelompokkan sesuai karakteristik yang diteliti. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan usia ibu saat hamil pertama dilakukan uji koefisien kontingensi dengan tingkat kepercayaan 0,05. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat pendidikan dasar 87,88% pendidikan menengah 12,12% dan pendidikan tinggi 0%. Usia ibu saat hamil pertama kurang dari 20 tahun 60,6% lebih dari 20 tahun 39,4%. Hasil uji koefisien kontingensi dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil 0,80 dengan signifikansi 0,643, sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan usia ibu saat hamil pertama. Diperlukan upaya peningkatan pendidikan masyarakat yang bekerjasama dengan lintas sektor, lebih meningkatkan pengetahuan calon ibu hamil tentang resiko hamil kurang dari 20 tahun dan penyuluhan bervariasi sehingga menambah pengetahuan masyarakat.

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-2 TAHUN DI DESA WONOANTI, KECAMATAN TULAKAN, KABUPATEN PACITAN, 2007 Oleh : Kusrini

Stimulasi merupakan aspek penting bagi perkembangan anak. Di desa Wonoanti belum semua ibu melakukan stimulasi dengan baik pada anaknya. Atas dasar pengertian tersebut, maka peneliti ingin meneliti pemberian stimulasi oleh orang tua sesuai tingkat usia anak. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara stimulasi dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional. Sampel ibu dan anak usia 1-2 tahun, diambil dengan tehnik simple random sampling sejumlah 37 responden. Uji statistic dengan Fisherۥs Exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memperoleh stimulasi baik 92,3 % perkembangannya normal dan 7,7 % perkembangannya suspek. Sedang anak yang mendapat stimulasi kurang 66,7 % perkembangannya normal dan 33,3 % perkembangannya suspek. Dari hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara stimulasi dini dengan perkembangan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara stimulasi dini dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun.

GAMBARAN PESERTA KB DALAM MEMILIH KONTRASEPSI SUNTIK ( Di Pustu Sidoharjo Kecamatan Pacitan Kabupten Pacitan) Oleh : KUSUMANINGSIH WURIHANDAYANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Faktor yang mempengaruhi peserta KB dalam memilih kontrasepsi suntik di Pustu Sidoharjo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan”. Masalah utama penelitian ini adalah semakin banyaknya peminat KB Suntik padahal masih banyak kontrasepsi yang rasional dan efektif. Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk menggambarkan faktor yang mempengaruhi peserta KB dalam memilih kontrasepsi suntik di Pustu Sidoharjo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Populasinya adalah semua peserta KB suntik aktif yang dibina di Pustu Sidoharjo sebanyak 106 peserta KB suntik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara NonProbability sampling dengan tehnik total populasi yaitu seluruh populasi dijadikan subjek penelitian. Variable penelitian ini adalah faktor yang mempegaruhi peserta KB suntik dengan sub variable faktor pendidikan, faktor pengetahuan dan faktor sikap. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang hasilnya diolah dalam bentuk analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas peserta KB suntik di Pustu Sidoharjo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan tingkat pendidikan dasar sebanyak 57%, tingkat pengetahuan peserta KB suntik tentang KB suntik mayoritas cukup 51%, mayoritas memiliki sikap netral terhadap KB suntik 67 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa belum tentu orang yang berpendidikan rendah pengetahuan tentang kontrasepsi suntik juga rendah. Walaupun tingkat pendidikan peserta KB rendah, tetapi mereka mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi suntik dan peserta KB yang menggunakan kontrasepsi suntik tidak selalu mempunyai sikap positif, sebagian besar peserta KB suntik di Kelurahan Sidoharjo memiliki sikap netral terhadap KB suntik. Diharapkan dari penelitian ini petugas memberikan konseling pada peserta KB untuk menggunakan kontrasepsi yang sesuai terutama bagi ibu yang sudah mempunyai anak lebih dari dua dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang lebih efektif dan berdaya kerja lama. Kata kunci : Kontrasepsi KB suntik

FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK BERSALIN DI PUSKESMAS PEMBANTU KALIPELUS Oleh : MURNI SUSIATI

Pemilihan tempat persalinan merupakan salah satu wujud dari perilaku kesehatan. Pemanfaatan puskesmas pembantu sebagai tempat persalinan hanya 11,1%, sedangkan 73,3% masyarakat cenderung memilih bersalin di rumah. Meskipun sudah semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Karena itu perlu digali faktor yang menyebabkan ibu tidak bersalin di Puskesmas Pembantu Kalipelus, yaitu: faktor pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi/budaya, nilai, sumber-sumber/fasilitas serta sikap dan perilaku petugas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan mengetahui faktor yang menyebabkan ibu tidak bersalin di Puskesmas Pembantu Kalipelus. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin di rumah tahun 2006 sejumlah 33 orang. Semua responden dijadikan sampel sehingga tidak memerlukan teknik pengambilan sampel. Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara. Dari hasil penelitian terhadap 33 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden (24,2%) berpendapat faktor nilai sebagai penyebab ibu tidak bersalin di Puskesmas Pembantu Kalipelus, sedangkan faktor pengetahuan (18,2%), sikap (6,1%), tradisi/budaya (15,2%), kepercayaan (12,1%), sumber-sumber/fasilitas (21,2%) serta sikap dan perilaku petugas (3%). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor nilai merupakan faktor yang paling dominan menyebabkan ibu tidak bersalin di Puskesmas Pembantu Kalipelus. Sehingga disarankan adanya promosi kesehatan yang terus menerus agar masyarakat mampu merubah pola pikir bahwa bersalin yang aman adalah di tempat pelayanan kesehatan bukan di rumah. Kata kunci: Faktor bersalin puskesmas pembantu.

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIDAK TERLAKSANANYA KEGIATAN ADMINISTRASI POSYANDU (DI POLINDES DERSONO) Oleh : Musriani

Administrasi posyandu sangat penting untuk diperhatikan mengingat informasi kegiatan posyandu ditentukan oleh kemampuan kader. Pencatatan dan pelaporan kegiatan posyandu yang dilaksanakan oleh kader memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pelatihan. Pencatatan terdiri dari F1 sampai F6, yang dilaksanakan setelah kegiatan posyandu pada setiap bulan; namun tidak semua kader memahami atau trampil dalam mengerjakan administrasi posyandu. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil suatu kasus di Polindes Dersono Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya kegiatan administrasi oleh kader Posyandu. Masalah utama penelitian ini adalah dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan memakai ceklis di Polindes Dersono menunjukkan bahwa dari 35 kader mayoritas perilaku kader masih kurang yaitu sebanyak 45,7% dalam kegiatan pelaporan administrasi Posyandu, khususnya mengenai laporan F2 dan F6 Posyandu. Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pengetahuan ibu tentang hasil pelatihan Posyandu, motivasi kader dan perilaku kader itu sendiri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif survey, dimana populasinya adalah semua kader 7 Posyandu di Polindes Dersono dengan jumlah 35 kader. Besarnya sampel sebanyak 35 orang kader, yang diambil menggunakan teknik sampel jenuh atau total populasi. Variabel penelitian ini menggunakan satu variabel, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya kegiatan administrasi oleh kader Posyandu. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner untuk subvariabel pengetahuan dan motivasi yang dibagikan secara langsung pada semua responden, dan tentang perilaku menggunakan teknik observasi oleh petugas. Untuk menganalisis data menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menggambarkan bahwa, perilaku kader dalam melakukan pencatatan dan pelaporan masih kurang yaitu sebesar 45,7%, sedangkan pengetahuan hasil pelatihan F2 tinggi sebesar 65,7%, F6 tinggi sebesar 71,4%, dan motifasi tinggi yaitu sebesar 85,7%. Faktor yang mempengaruhi perilaku adalah umur, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, motivasi serta lamamya menjadi kader. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku kader dalam kegiatan administrasi khususnya pelaporan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas, sehingga disarankan petugas kesehatan/bidan di desa selalu memantau dan memberi motivasi tinggi kepada kader Posyandu. Untuk menyempurnakan penelitian lebih lanjut diperlukan jumlah responden yang lebih besar dan mengikutsertakan variabel-variabel yang lain. Kata kunci: administrasi Posyandu, kader, pengetahuan, motivasi, perilaku.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN ANGKA KEJADIAN COMMON COLD PADA BALITA USIA 1 – 3 TAHUN DI DESA KETROWONOJOYO KECAMATAN KEBONAGUNG PACITAN

Masalah gizi berakibat gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, ketahanan tubuh, struktur dan fungsi otak serta perilaku anak. Keadaan status gizi kurang pada balita berhubungan dengan angka kejadian common cold. Untuk membuktikannya maka akan diteliti tentang hubungan antara status gizi dengan angka kejadian common cold pada balita usia 1 – 3 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kohort atau case control. Sample diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 77 responden. Variabel independent adalah status gizi sedangkan variabel dependent adalah angka kejadian common cold pada balita usia 1 -3 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, pengukuran berat badan dan tinggi badan pada balita usia 1 – 3 tahun. Untuk menganalisa adannya hubungan digunakan uji statistik korelasi Spearman Rho dengan taraf nyata 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi kurus pada balita usia 1 – 3 tahun menempati urutan tertinggi pada angka kejadian common cold yaitu dari 13 balita penderita common cold tersebut 6 balita (75 %) penderita common cold dengan status gizi kurus. Dari hasil analisis menggunakan Spearman Rho diperoleh kesimpulan adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan angka kejadian common cold pada balita usia 1 – 3 tahun. Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan ada hubungan status gizi kurus dan gemuk ada hubungan dengan angka kejadian common cold pada balita usia 1 – 3 tahun. Untuk itu disarankan pada ibu balita untuk melakukan usaha peningkatan status gizi balita. Kata kunci : Status gizi, angka kejadian common cold pada balita usia 1 – 3 tahun

PERBEDAAN BERAT BADAN PADA BAYI STATUS GIZI KURANG SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN (Di Puskesmas Kebonagung Kabupaten Pacitan) Oleh : NUR WAHYUNI

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan, tanpa mengurangi pemberian makanan dalam keluarga sehari-hari. Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan dikhususkan untuk bayi gizi kurang yang bertujuan untuk merehabilitasi kondisi mereka agar tumbuh secara normal. Masalah utama adalah masih banyak dijumpai bayi gizi kurang yang belum tertangani secara baik. Jenis penelitian ini pra eksperimen dengan rancangan penelitian One-Group Pre tes-Post test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 6 sampai 11 bulan yang mengalami gizi kurang sebanyak 15 bayi di Puskesmas Kebonagung Kabupaten Pacitan. Jumlah sampel 15 bayi diambil total populasi. Variabel independen Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan dan variabel dependen status gizi sebelum dan sesudah Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan. Alat ukur yang digunakan adalah timbangan dacin, lembar observasi dan tabel standar BB/U. Untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan menggunakan uji statistik Paired T-test dan untuk mengetahui perbedaan rata-rata berat badan bayi sebelum dan sesudah Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan menggunakan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berat badan bayi sesudah Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan (mean 7,34) mempunyai nilai lebih tinggi dari rata-rata berat badan bayi sebelum Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan (mean 5,81). Hasil uji Paired T-test menunjukkan nilai t 0,000 < a 0,05 yang berarti H0 ditolak “Ada perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan di Puskesmas Kebonagung Kabupaten Pacitan.” Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan ada peningkatan berat badan bayi status gizi kurang sebelum dan sesudah Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan, disarankan program Pemberian Makanan Tambahan ini dapat dikembangkan sebagai upaya penanganan bayi dengan masalah gizi kurang. Kata kunci : Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan, Berat badan bayi.

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN USIA KURANG DARI 20 TAHUN (DI PUSKESMAS PUNUNG PACITAN) Nurhayati

Kehamilan pada usia muda merupakan hal yang beresiko dan membahayakan bagi seorang ibu maupun janinnya, karena pada usia tersebut pertumbuhan organ-organ reproduksi belum matang dan masih dalam masa pertumbuhan, serta faktor psikologis yang kurang mendukung dapat menyebabkan terjadinya kendala pada saat persalinan. Banyak anak gadis usia belum dewasa dihinggapi rasa takut mati, perasaan bersalah/berdosa, ketakutan riil pada saat melahirkan. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat diketahui tentang karakteristik ibu meliputi umur, diketahuinya gambaran tingkat kecemasan dan lama persalinan pada ibu bersalin yang usianya kurang dari 20 tahun. Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan variabel tingkat kecemasan dan lama persalinan.Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 35 ibu bersalin yang berusia kurang dari 20 tahun, primigravida. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability dengan metode total populasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang mengacu pada teori HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) untuk mengkaji tingkat kecemasan dan data sekunder dari catatan partograf bidan penolong persalinan untuk mengkaji lama persalinan. Data yang telah terkumpul diolah dan diskor menurut teori HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) kemudian ditabulasikan. Penyajian hasil dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar (77,14%) ibu bersalin yang usianya kurang dari 20 tahun mengalami tingkat kecemasan sedang terdapat pada ibu berusia 18 tahun. Lama persalinan yang berlangsung adalah sebanyak 42,86% memerlukan waktu lebih dari 14½jam, keadaan ini sebagian besar dialami oleh ibu bersalin usia 18 tahun. Kata kunci: kecemasan, lama persalinan, ibu usia kurang dari 20 tahun.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PESERTA KB DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL ( Di Desa Sedayu Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan ) Oleh : Pujiati

Pemilihan metode kontrasepsi sekarang cenderung ke metode kontrasepsi hormonal tidak sebanding dengan metode kontrasespi non hormonal. Peserta KB Baru metode non hormonal menurun peminatnya dari 5,88% di tahun 2004 menjadi 2,7 pada tahun 2006. Peminat KB metode hormonal meningkat dari 94,12 pada tahun 2004 menjadi 97,3% pada tahun 2006. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peserta KB dalam pemilihan metode kontrasepsi hormonal, yaitu faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan, keluarga dan pengalaman belajar. Dalam penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor mana di antara komponen yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pemilihan kontrasepsi hormonal yang persentasenya paling tinggi diantara faktor yang ada yang diduga menjadi faktor penentu mengapa peserta KB memilih metode kontrasepsi hormonal. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif. Tempat penelitian di desa Sedayu Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan. Variabel yang diteliti adalah variabel tunggal yaitu faktor yang mempengaruhi peserta KB dalam pemilihan metode kontrasepsi hormonal. Sampel diambil dengan tehnik simple random sampling sejumlah 175 responden. Tehnik pengumpulan data menggunakan data primer dari responden berupa kuesioner dan data sekunder dari catatan peserta KB aktip BKKBN kecamatan. Tehnik analisis data melalui analisis diskriptif dengan persentase meliputi analisis data dari karakteristik responden dan analisis hasil kuesioner untuk mengetahui faktor mana yang nilainya tertinggi sebagai faktor yang paling dominan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang memberikan respon sangat setuju terhadap faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi hormonal, meliputi faktor budaya 12%, faktor tingkat sosial 6,86%, faktor kelompok anutan 0,57%, faktor keluarga 13,71%, dan faktor pengalaman belajar 57,71%. Dari hasil di atas dapat diperoleh gambaran bahwa faktor pengalaman belajar mendapat persentase paling tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi hormonal adalah faktor pengalaman belajar. Sehingga disarankan dalam memberikan pelayanan KB sebelum menentukan keputusan pemilihan metode kontrasepsi didahului dengan pra konseling, edukasi dan pemberian informasi lewat kelompok kerja sosial di masyarakat ( PKK, dasawisma, pengajian). Kata kunci : KB metode hormonal, pemilihan metode kontrasepsi.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN PERILAKU BIDAN DALAM PENCEGAHAN INFEKSI HIV (Di Wilayah Kerja Puskesmas Se-Kabupaten Pacitan) Oleh : Ria Kurniasih

(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) telah menjadi masalah yang serius di dunia dimana harus diwaspadai oleh seluruh manusia khususnya tenaga kesehatan, karena di banyak Negara selama bertahun-tahun banyak tenaga kesehatan yang telah terinfeksi HIV sebagai hasil dari pekerjaan mereka. Tenaga kesehatan seharusnya melaksanakan kewaspadaan umum untuk mencegah tertularnya infeksi HIV/AIDS bagi mereka, terutama bagi bidan yang sering kontak dengan cairan tubuh seperti darah, cairan ketuban ataupun sekret vagina secara intensif, sedangkan sampai saat ini masih banyak bidan yang belum melaksanakan pencegahan infeksi/ kewaspadaan umum sesuai standart. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku bidan dalam pencegahan infeksi HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross-sectional dengan populasi seluruh bidan yang ada di Kabupaten Pacitan. Sampel diambil dengan tehnik cluster random sampling sejumlah 84 responden. Variabel independent pada penelitian ini adalah sikap bidan dalam pencegahan tertular infeksi HIV/AIDS, sedangkan variable dependent adalah perilaku bidan dalam pencegahan tertular infeksi HIV/AIDS. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Untuk menganalisis adanya hubungan, digunakan Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Dari hasil penelitian didapatkan ada responden yang sikap dan perilakunya baik (48 orang), ada responden yang sikap dan perilakunya jelek (2 orang), ada responden yang sikapnya baik tetapi perilakunya jelek (13 orang), dan ada responden yang sikapnya jelek namun perilakunya baik (21 orang). Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku bidan dalam pencegahan tertular infeksi HIV/AIDS dengan tingkat kemaknaan P = 0,219. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku bidan tidak hanya dipengaruhi oleh sikap bidan terhadap HIV/AIDS, sehingga diharapkan ada tindak lanjut untuk meningkatkan kewaspadaan umum bagi bidan dengan cara diadakan pelatihan, seminar, simposium, atau sanksi-sanksi agar kewaspadaan umum dilaksanakan sesuai standart. Kata kunci : HIV/AIDS, pencegahan infeksi, sikap, perilaku.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS MELAKUKAN PANTANG MAKAN (Di Desa Nogosari Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan) Oleh : RUTH ICE MARHENI

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan pantang makan di desa Nogosari Kecamatan Ngadirojo. Masalah utama penelitian ini yaitu karena masih banyaknya ibu nifas yang melakukan pantang makan dengan berbagai alasan tertentu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi semua ibu nifas yang melakukan pantang makan yang ada di Desa Nogosari Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Besar sampel seluruh populasi menjadi responden penelitian. Variabel penelitian merupakan variabel tunggal yaitu faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan pantang makan berdasarkan. Meliputi pendidikan, usia, sikap, alasan pantang makan berdasarkan pengalaman, alasan pantang makan berdasarkan sosial budaya. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner. Waktu penelitian pada bulan November 2007 sampai bulan Pebruari 2008. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) yaitu ada 55%, umur ibu nifas antara 20-25 tahun 50%, sikap ibu nifas terhadap pantang makan setuju ada 90,9%, alasan pantang makan terhadap pengalaman : peranakan licin 63,64%, gatal-gatal 59,09%, luka jalan lahir tidak cepat kering 40,9%, bayi muntah atau diare 18,18%, perut menjadi gendut/tidak langsing 63,64%. Alasan pantang makan terhadap sosial budaya meliputi : akan kualat 27,3%, diganggu makhluk halus 13,6%, cepat mengandung lagi 0%, mengganggu penampilan 31,8%, ASI menjadi amis 77,3%. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa di masyarakat masih banyak ibu nifas melakukan pantang makan. Dengan demikian diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan untuk mengatasi masalah tersebut. Disarankan agar dalam penelitian lebih lanjut populasi diperbesar, perlu ilakukan penelitian terhadap semua variabel dan dilakukan uji statistik. Kata kunci : Pantang makan, nifas.

HUBUNGAN ANTARA MASSASE FUNDUS UTERI PADA PERSALINAN KALA III DAN KEJADIANPERDARAHAN PASCA PERSALINAN (Di BPS “Sri Ikhsan” dan wilayah kerja Puskesmas Bubakan, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan) Oleh : Siti Mualimah

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2002-2003), AKI dari 334 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Lebih dari 90% kematian disebabkan oleh komplikasi obstetric, yang sering tak dapat diramalkan saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada sekitar persalinan (hampir 50% terjadi dalam 24 jam setelah persalinan). Manajemen aktif kala III telah dilaksanakan secara optimal, tapi masih terdapat kejadian perdarahan pasca persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adakah hubungan antara massase fundus uteri pada persalinan kala III dan kejadian perdarahan pasca persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional. Pengambilan besar sampel menggunakan jenis total populasi yaitu sejumlah 34 ibu bersalin. Variabel independent adalah massase fundus uteri pada persalinan kala III, sedangkan variabel dependent adalah perdarahan pasca persalinan. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi. Untuk menganalisis adanya hubungan digunakan uji Spearman Rho dengan nilai P = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 ibu bersalin telah dilakukan massase fundus uteri pada persalinan kala III terdapat 1 orang (2,9%) mengalami kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis statistic Spearman Rho didapatka nilai P = α = 0,026 (P= < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara massase fundus uteri pada persalinan kala III dan kejadian perdarahan pasca persalinan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa massase fundus uteri pada persalinan kala III bermanfaat untuk membangkitkan dan meningkatkan kontraksi uterus setelah plasenta lahir seluruhnya. Dengan demikian massase fundus uteri harus dilakukan pada semua persalinan normal. Kata kunci: massase fundus uteri, kontraksi uterus, perdarahan pervaginam

PERBEDAAN KENAIKAN BERAT BADAN ANTARA PESERTA KB SUNTIK PROGRESTIN DENGAN IMPLANT (DI POLINDES PURWOASRI KEBONAGUNG PACITAN) Oleh : Sri Hariningsih

Upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dianggap sudah berhasil sejalan dengan kesertaan KB pada PUS jenis kontrasepsi yang banyak diminati adalah metode kontrasepsi hormonal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa perbedaan kenaikan berat badan pada peserta KB Suntik Progestin dengan Implant. Dari data pendahuluan didapatkan 51,7 % peserta KB Suntuk Progestin dan 20 % peserta KB Implant mengalami kenaikan berat badan. Lokasi penelitian adalah di Polindes Purwoasri Kebonagung Pacitan. Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta KB Suntik Progestin dan Implant di Polindes Purwoasri dengan sampel 169 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen lembar isian yang diisi sendiri oleh peneliti dengan alat ukur timbangan berat badan. Untuk mengetahui rata-rata kenaikan berat badan peserta KB menggunakan Mann-Whitney U Test. Hasil penelitian tentang karakteristik peserta KB menunjukkan bahwa dari 169 peserta KB berdasarkan umur peserta KB19-25 th 23 peserta KB (13,6%), 26-30 th 43 peserta KB (25,4 %), 31-35 th 37 peserta KB (21,9 %) dan ≥ 36,7 % th 66 peserta KB (39,1 %). Berdasarkan lama pemakaian 1-3 th 62 peserta KB (36,7 %), 4-6 th 53 peserta KB 31,4 %, 7-9 th 35 peserta KB (20,7 %) dan ≥ 10 th 19 peserta KB (11,2 %). Sedangkan distribusi kenaikan berat badan terbanyak adalah sebesar 0,1 – 2,5 kg yaitu peserta KB (27,2 %) sedang kenaikan ≥ 10 kg hanya 8 orang (4,7 %). Adapun rata-rata kenaikan berat badan peserta KB Suntik Progestin adalah 5,83 dan rata-rata kenaikan peserta KB Suntik Implant 5,54. Hasil uji Mann-Whitney U Test. P = 0,864(> 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kenaikan berat badan anatara peserta KB Suntik Progestin dengan Implant. Saran bagi petugas kesehatan diharapkan mau dan mampu memberikan konseling yang efektif sehingga dapat membantu calon peserta KB dalam menentukan metode yang sesuai dengan kondisi dan harapan. Kata kunci : Suntik Progestin, Implant, Kenaikan BB.

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAKUPAN IMUNISASI DASAR 100% (Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalombo Kabupaten Pacitan) Oleh : SUNARTI

Cakupan imunisasi dasar pada bayi di wilayah Puskesmas Tegalombo sampai dengan bulan agustus 2007 rata-rata setiap bulang angka cakupan imunisasi dasar sebesar 100%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mendukung pencapaian cakupan imunisasi dasar 100% yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tegalombo Kabupaten Pacitan. Jenis penelitian deskriptif. Populasi adalah seluruh ibu bayi usia 0-12 bulan yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas tegalombo. Sampel dalam penelitian diambil dengan teknik kuota sampling berdasarkan waktu yaitu bulan Desember 2007. variabel dalam penelitian ini pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, sikap ibu, jarak tempat tinggal, biaya. Analisa dalam penelitian ini secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang berpendidikan rendah 64,6%. Pendidikan tinggi 12,4%, dan menengah 23%. Pengetahuan tentang imunisasi dasar baik 47,4% cukup 42,1%, kurang 10,5%. Sikap ibu positif terhadap imunisasi dasar 89,5% dan negatif 10,5%. Jarak tempat tinggal ibu rata-rata 2 km dari tempatsarana pelayanan kesehatan 43,1%. Imunisasi dasar seluruhnya tidak dipungut biaya (gratis). Kesimpulan dalam penelitian ini ibu bayi mayoritas bersikap positif terhadap imunisasi dasar, jarak tempuh tempat tinggal ibu dari sarana pelayanan kesehatan rata-rata 2 Km, dan imunisasi tidak dipungut biaya. Disarankan agar tetap dilakukan penyuluhan bagi ibu yang memiliki bayi agar mereka mengetahui untung ruginya imunisasi dasar bagi bayi, kondisi yang saat ini sudah baik agar tetap dipertahankan, dan bila memungkinkan dapat dijadikan rujukan bagi puskesmas.

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU TIDAK BERSALIN DI POLINDES DESA WONOSIDI KECAMATAN TULAKAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2007 Oleh : Titis Amujiati

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui “Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak bersalin di Polindes desa Wonosidi Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan tahun 2007“ Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Wonosidi Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan. Masalah utama penelitian ini adalah masih rendahnya persalinan di sarana kesehatan di wilayah Desa Wonosidi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dimana populasi adalah semua ibu bersalin di rumah yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pernah berkunjung ke Polindes. Sampelnya adalah 64 responden yang diperoleh dengan mengambil total populasi. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data yang dipersentasekan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak bersalin di Polindes. Instrumen yang digunakan yaitu lembar kuesioner. Hasil penelitian menggambarkan bahwa faktor geografis yang meliputi jarak antara rumah ibu bersalin dengan Polindes terbanyak lebih 3 km sejumlah 60,94%, keadaan jalan makadam sejumlah 37,50%, alat trasportasi yang digunakan kendaraan roda dua sejumlah 43,75%, dengan waktu tempuh 30 menit-1 jam. Faktor ekonomi, pendapatan rata-rata perbulan Rp 100.000,- sampai Rp 1.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan masih kurang sejumlah 56,25%, biaya persalinan mahal sejumlah 62,50%, keluarga mengatakan tidak mampu membayar. Faktor sosial budaya (tempat melahirkan), yaitu yang merencanakan melahirkan di rumah 79,69%, yang merasa nyaman melahirkan di rumah sejumlah 81,25%. Faktor Polindes yang meliputi keadaan fisik, pelayanan, peralatan yang ada sudah cukup (lebih dari 80 %), sedangkan untuk tenaga mengatakan masih kurang (87 %). Kesimpulan dari penelitian bahwa faktor geografis jarak antara rumah ibu bersalin ke polindes terbanyak berjarak 3 km dengan keadaan jalan makadam, trasportasi yang digunakan kendaraan roda dua dengan waktu tempuh antara 30 menit sampai satu jam. faktor ekonomi rata-rata kurang mampu adalah faktor sosial budaya (tempat melahirkan) mempunyai kebiasaan melahirkan di rumah, keadaan Polindes sudah cukup sedangkan tenaga masih kurang. Disarankan pada tenaga kesehatan khususnya bidan lebih meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat. Kata kunci : faktor-faktor, tidak bersalin di Polindes.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERSALINAN NON TENAGA KESEHATAN (Studi di Desa Sempu Kec. Nawangan Kab. Pacitan )

Penanganan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan cara yang sistematis karena memiliki fasilitas dan prasarana yang cukup lengkap tetapi, di era globalisasi dimana kemajuan teknologi dan informasi demikian pesat masih banyak ibu yang memilih pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan terutama dukun. Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan persalinan non tenaga kesehatan ditinjau faktor : pendidikan, pengetahuan, status sosial ekonomi, kebiasaan keluarga dan keterjangkauan sarana kesehatan, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan persalinan non tenaga kesehatan di Desa Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dimana populasinya adalah semua ibu bersalin di Desa sempu yang ditolong oleh non tenaga kesehatan dari bulan Januari sampai Agustus tahun 2007 Sampel penelitian sebanyak 38 responden. Metode pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner dan dianalisa dengan analisa diskriptif untuk mengetahui gambaran faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor status sosial ekonomi, faktor kebiasaan keluarga dan faktor keterjangkauan sarana kesehatan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa seluruh responden berpendidikan dasar (100 %), responden mempunyai pengetahuan yang baik (50 %) dan cukup (50 %), status sosial ekonomi sebagian besar dalam kategori miskin (52,6 %), sebagian besar responden mempunyai kebiasaan yang tidak baik menurut kesehatan (78,4 %), responden tidak kesulitan dalam mengakses sarana kesehatan karena dapat menjangkau sarana pelayanan kesehatan (100 %). Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan merupakan faktor yang dominan dalam keputusan pemilihan penolong persalinan. Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang pertolongan persalinan yang aman yaitu bidan karena sudah ada bidan di tiap desa.

HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP KEJADIAN RETENSIO PLACENTA (DI WILAYAH PUSKESMAS PUNUNG KEC.PUNUNG KAB. PACITAN) Oleh : Yayuk Sri Rohaya

Anemi ibu hamil Trimester III mempunyai resiko yang paling besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan,dan pasca persalinan, seperti retensio placenta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anemi ibu hamil trimester III dan kejadian retensio placenta. Jenis penelitian ini adalah survey analitik, dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 75 ibu hamil anemi trimester III tahun 2002-2006. Teknik sampling dengan probality sampling dan besar sampel 64 responden dengan simple random sampling. Dan variabelnya anemi ibu hamil trimester III dan kejadian retensio placenta. Instrumen pengumpulan data menggunakan kartu ibu dan catatan partograf bidan penolong persalinan. Data diolah dengan analisa statistik chi-square. Hasil penelitian bahwa sebesar 83,33% anemi ringan mangalami retensio placenta dan anemi berat terjadi retensio placenta 100%. Berdasarkan uji statistik yang tanpa memandang frekuensi harapan yaitu x2 dihitung ≥ x2 (α) = 0,05 = 3,841, dan hasil uji statistik dengan hasil x2 = 4,833 yang berarti nilai lebih besar dari standarnya. Dari hasil penelitian ini disimpulkan ada hubungan anemi ibu hamil trimester III dengan kejadian retensio placenta.

HUBUNGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA 1 – 3 TAHUN DI DESA LOSARI KECAMATAN TULAKAN KABUPATEN PACITAN Oleh : TRIYAS PUJI NAWANGWULAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa hubungan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu dengan status gizi anak balita 1-3 tahun. Lokasi penelitian adalah di posyandu se desa Losari kecamatan Tulakan kabupaten Pacitan. Masalah utama penelitian adalah angka kunjungan ke posyandu berdasarkan D/S setiap bulan, rata-rata 40%, sedangkan targetnya adalah 80 % dari semua balita. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cros sectinal. Populasi adalah semua anak balita umur 1-3 tahun di desa Losari. Jumlah sampel 88 responden yang diperoleh secara probability simple random sampling. Alat ukur menggunakan KMS, untuk pengumpulan data menggunakan alat bantu berupa formulir pencatatan untuk mengidentifikasi nomor responden, alamat, untuk mencatat umur serta hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan balita. Untuk mengetahui hubungan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu dengan status gizianak balita 1-3 tahun menggunakan uji chi square. Hasil penelitian tentang karakteristik responden menunjukkan bahwa dari 88 responden, jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu 49 orang (55,7%) pendidikan ibu yang terbanyak adalah SMP (47,7%) pendapatan keluarga yang tinggi adalah (36,4%). Hasil tabulasi silang antara hubungan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu dengan status gizi balita 1-3 tahun didapatkan dari 88 responden status gizi kurang 8 anak (9,1%), gizi baik 76 anak (86,4%) dan gizi lebih 4 anak (4,5%). Hasil perhitungan uji chi square diperoleh Asymp.Sig = 0,001 <α = 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima ada hubungan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu dengan status gizi balita 1-3 tahun. Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara frekuensi kunjungan ibu ke posyandu dengan status gizi balita 1-3 tahun. Disarankan pada ibu-ibu yang mempunyai anak balita senantiasa memberikan makanan dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan anak dan memantau pertumbuhan anak dengan menimbangkan anaknya di posyandu secara rutin setiap bulannya. Kata kunci : Kunjungan ibu ke posyandu, status gizi balita.

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS NGADIROJO KABUPATEN PACITAN TAHUN 2007 Oleh : Wahyu Pujilestari

Masa janin menjadi dasar bagi kehidupan anak selanjutnya maka sejak saat ibu hamil dituntut senantiasa menciptakan status gizi yang baik. Bila tahap ini kebutuhan tidak terpenuhi dapat menyebabkan kelainan pada tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran status gizi ibu hamil di Puskesmas Ngadirojo Kabupaten Pacitan tahun 2007. Jenis penelitian ini adalah diskriptif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu ibu hamil di Puskesmas Ngadirojo trimester I, trimester II, trimester III yang ada di tahun 2007. Data diperoleh dari data sekunder, kemudian data diolah secara manual. Setelah itu didapatkan persentase rata-rata. Hasil penelitian ini status gizi ibu hamil berdasarkan penambahan berat badan pada trimester I status gizi kurang sebesar 100%, pada trimester II sebagian besar status gizi baik yaitu sebesar 50%, pada trimester III status gizi baik sebesar 47,5%. Sedang status gizi berdasarkan ukuran lingkar lengan atas pada trimester I status gizi nomal 50%, pada trimester II sebagian besar ibu hamil status gizi normal yaitu 72,5%, pada trimester III status gizi normal 90%. Menurut tabel silang berdasarkan penambahan berat badan dengan ukuran LLA pada trimester I BB kurang dengan LLA kurang 50%. Pada trimester II sebagian besar BB baik dengan LLA normal 35%. Pada trimester III BB baik dengan LLA normal 42,5%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu hamil berdasarkan penambahan berat badan pada trimester I semuanya kurang, trimester II dan III sebagian besar status gizi baik, berdasarkan ukuran lingkar lengan atas, pada trimester I kurang dan normal sama banyaknya, trimester II dan III sebagian besar status gizi normal. Berdasarkan penambahan BB dengan LLA sebagian besar BB baik dengan LLA normal. Disarankan untuk petugas meningkatkan frekuensi ANC dan merujuk ibu hamil dengan status gizi kurang juga diharapkan peningkatan PMT untuk ibu hamil dengan status gizi kurang.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU POST PARTUM DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI Oleh: Yeni Irawati

Keluarga berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan, kemandulan dan penjaraan kelahiran. Dalam pelaksaan KB. Atas dasar ini, ingin diketahui bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu post partum dalam memilih metode kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu post partum dalam memilih metode kontrasepsi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah ibu poost partum di Polindes Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan sebanyak 40 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data diolah secara deskriptif menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu post partum dengan kategori cukup 50% baik 50%. Sedangkan sikap itu post partum terhadap pemilihan metode kontrasepsi memiliki sikap negatif 42.5%. Terdapat keterkaitan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi dengan sikap terhadap pemilihan metode kontrasepsi di Polindes Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu post partum memiliki pengetahuan cukup dan baik tentang metode kontrasepsi, oleh karena itu diharapkan petugas kesehatan terus menyampaikan informasi atau penyuluhan kepada ibu post partum tentang metode kontrasepsi. Agar ibu post partum memiliki pengetahuan yang baik tentang metode kontrasepsi dan memiliki sikap yang positif terhadap metode kontrasepsi sehingga menjadi kasar dan kuat dalam menentukan pilihan metode kontrasepsi yang sesuai bagi dirinya. Kata kunci: Ibu post partum, pemilihan metode kontrasepsi

FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN DI BAWAH USIA REPRODUKSI SEHAT (DI DESA CANDI KECAMATAN PRINGKUKU KABUPATEN PACITAN) Oleh : Yuli Kusrini

Pernikahan di bawah usia reproduksi sehat di Desa Candi Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan, menunjukan angka yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor penyebab pernikahan di bawah reproduksi sehat di Desa Candi Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan, dengan melakukan penelitian dari tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, keadaan sosial ekonomi keluarga, budaya dan lingkungan. Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif, dengan populasi ibu yang menikah di bawah usia reproduksi sehat di desa Candi, sample diambil dari total populasi, dengan variabel tunggal, tehnik pengumpulan data dengan kuesioner, analisa secara deskriptif, penyajian data dalam bentuk diagram pie Hasil penelitian menggambarkan ibu yang menikah di bawah usia reproduksi sehat pada tingkat pendidikan dasar 92%, pendidikan menegah 8%, perguruan tinggi 0%. Tingkat pengetahuan baik 88%, cukup 8%, kurang 4%. Sikap mendukung 71%, tidak mendukung 29%. Keadaan sosial ekonomi Keluarga Sejahtera Strata II 49%, KS Strata III 35%, KS Starta I 10%, KS Strata III+ 6% dan pra sejahtera 0%. Budaya mendukung 77%, tidak mendukung 23%. Lingkungan masyarakat mendukung 77%, tidak mendukung 37%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran faktor penyebab pernikahan dibawah usia reproduksi sehat karena pendidikan yang kurang, sosial ekonomi Keluarga Sejahtera Strata II, sikap, budaya dan lingkungan masyarakat setempat mendukung terhadap pernikahan dibawah usia reproduksi sehat, walaupun pengetahuan baik namun tidak berpengaruh pada terjadinya pernikahan dibawah usia reproduksi sehat. Saran bagi pengelola program KRR adalah meningkatkan cakupan KRR sehingga mampu melakukan penundaan usia nikah hinga pada usia 20 tahun, dan bagi pemegang kebijakan untuk melakukan kaji ulang terhadap batasan menikah bagi wanita.

GAMBARAN EFEK SAMPING PESERTA KB IUD DI WILAYAH PUSKESMAS NAWANGAN PACITAN Oleh : YUNI ARININGTYAS

Keluarga Berencana merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi. Metode kontrasepsi IUD memiliki masa yang panjang tetapi juga memiliki efek samping bagi pemakainya. Diantaranya Fluor Albus, Nyeri Perut, Perdarahan dan Erosi. Tetapi masih banyak yang hanya dibiarkan saja dan tidak segera di periksakan. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran efek samping peserta KB IUD di Puskesmas Nawangan Pacitan. Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan populasi seluruh peserta KB aktif IUD di Puskesmas Nawangan Pacitan, jumlah sampel 156 responden. Hasl penelitian yang mengalami efek samping fluor albus 74,4%, nyeri perut 69,3%, perdarahan 53,8%, erosi 37,2% dan penanganan yang kdibiarkan saja untuk efek samping fluor albus 84,5%, nyeri perut 73,2%, perdarahan 66,7%, dan erosi 37,9%. Berdasarkan ha; tersebut diatas diharapkan dari peneliti untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan konseling tentang efek samping dan cara penanganan efek samping pada peserta KB IUD.

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN KONSUMEN DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS KETROWONOJOYO KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN Oleh : YUNI HARIANTI

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti menggunakan metode penelitian analitik. Rancangan penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah sistematik random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kunjungan BPS “S” yang terdiri dari ibu hamil, ibu meneteki, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu peserta KB. Sampel penelitian ini berjumlah 113 pengguna layanan kesehatan ibu dan anak. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu kualitas pelayanan dan variabel terikat yaitu kepuasan konsumen. Pengumpulan data diperoleh dengan membagikan kuisioner kepada responden yang dilaksanakan pada bulan Desember 2007-bulan Januari 2008 selanjutnya dilakukan analisis secara korelasi. Teknik analisis yang digunakan adalah kolerasi Pearson Product Moment dengan taraf signifikasi ά 0,05. Hasil penelitian dari 113 pengguna layanan kesehatan ibu dan anak di BPS“S” menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya berumur 21 tahun-30 tahun sebesar 58,4%, hampir seluruhnya berpendidikan Sekolah Dasar sebesar 70,8 %, hampir seluruhnya memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 96 %, nilai rata-rata dari kualitas pelayanan adalah 33,9, nilai rata-rata kepuasan konsumen adalah 36,97 dan hasil korelasi didapatkan 0,382. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson Product Moment dengan taraf signifikasi ά < 0,05 didapatkan hasil uji adalah r=0,000 bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen di BPS “S”wilayah kerja Puskesmas Ketrowonojoyo.

GAMBARAN EFEKTIFITAS MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT TERHADAP PENJARINGAN KASUS PNEMONIA PADA BALITA SAKIT (Studi di Puskesmas Gemaharjo tahun 2007) Oleh : Nurweni Setyo Pratiwi

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gemaharjo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan dengan masalah penelitian tidak terjaringnya kasus Pnemonia dalam dekade 2 tahun. Adapun tujuan untuk mengetahui efektifitas Manajemen Terpadu Balita Sakit terhadap penjaringan kasus Pnemonia pada balita sakit usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian deskristif untuk menggambarkan efektifitas Manajemen Terpadu Balita Sakit terhadap penjaringan kasus Pnemonia Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita sakit usia 2 bulan sampai 5 tahun dengan keluhan batuk pilek yang datang berkunjung ke Puskesmas Gemaharjo. Dengan jumlah sampel sebanyak 109 subyek. Variabel penelitian adalah penjaringan kasus Pnemonia pada balita sakit usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. Adapun instrumen penelitian menggunakan checklist yang hasilnya diolah dalam bentuk persen yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitian menunjukkan kejadian ISPA pada kelompok usia 2 bulan sampai 12 bulan 40%, Sedang kelompok usia 13 bulan – 5 tahun tercatat 60%. Resiko kejadian ISPA lebih sering dialami oleh anak laki-laki 56% sedang anak perempun hanya 44%, kejadian Pnemonia menurut kelompok umur lebih banyak diderita oleh bayi usia 2 bulan sampai dengan 12 bulan 18,2 %, terutama yang berjenis kelamin laki-laki 13%. Sedang usia 13 bulan – 5 tahun 10,8% yang berjenis kelamin laki-laki 3,3%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan Manajemen Terpadu Balita Sakit sangat efektif dalam penjaringan kasus Pnemonia di wilayah Puskesmas Gemaharjo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Untuk itu perlu peningkatan pengetahuan petugas tentang penatalaksanaan balita sakit menggunakan MTBS sekaligus pelaksanakan kegiatan penanganan balita sakit menggunakan MTBS. Bagi penelitian selanjutnya diperlukan untuk menggali lebih dalam tentang gambaran efektifitas Manajemen Terpadu Balita Sakit terhadap penjaringan kasus Pnemonia dengan hubungan dan variabel yang berbeda sehingga dapat mengetahui gambaran efektifitas MTBS lebih luas lagi. Kata kunci : Efektifitas, MTBS, penjaringan, pnemonia

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI DENGAN PERAN SUAMI DALAM PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI DI WILAYAH PUSKESMAS NGUJUNG MAOSPATI MAGETAN TAHUN 2008 Oleh :Akira Rosaria Arisandi

Kesehatan reproduksi merupakan tanggung jawab bersama pasangan suami istri. Namun diwilayah Puskesmas Ngujung masih ditemui bahwa peran dan keterlibatan suami dalam perawatan kesehatan reproduksi masih rendah, diantaranya partisipasi pria dalam Keluarga Berencana yang merupakan bagian dari kesehatan reproduksi secara umum sementara untuk peran dalam kesehatan reproduksi belum diketahui secara keseluruhan sehingga menarik untuk diteliti. Peran yang rendah ini disebabkan oleh karena pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi dengan peran suami dalam program kesehatan reproduksi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah suami yang memiliki anak 0-1 tahun. Sampel dipilih dengan cluster sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data secara analitik dan dengan menggunakan uji statistik Kendall’s Tau. Hasil jawaban suami terhadap kuesioner mengenai pengetahuan suami tetang hak-hak reproduksi menunjukkan bahwa 29,7% suami memiliki pengetahuan yang rendah tentang hak-hak reproduksi, 32,4% cukup, dan 37, 28% tinggi. Untuk kuesioner tentang peran suami dalam program kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 20,3% suami memiliki peran yang rendah, 29,7% cukup, dan 50% tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi dengan peran suami dalam program kesehatan reproduksi. Semakin tinggi pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi semakin tinggi pula peran suami dalam program kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji (τ)=0,577 dan nilai p=0,000. Berdasarkan uraian sebelumnya maka pengetauan tentang kesehatan reproduksi yang tinggi meningkatkan peran suami dalam kesehatan reproduksi sehingga mendukung terciptanya keluarga yang berkualitas maka disarankan kepada para suami agar selalu meningkatkan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi dan perperan serta aktif dalam program kesehatan reproduksi. Kata kunci : Pengetahuan, peran , hak, kesehatan reproduksi.

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI DENGAN PERAN SUAMI DALAM PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI DI WILAYAH PUSKESMAS NGUJUNG MAOSPATI MAGETAN TAHUN 2008 Oleh : Akira Rosaria Arisandi

Kesehatan reproduksi merupakan tanggung jawab bersama pasangan suami istri. Namun diwilayah Puskesmas Ngujung masih ditemui bahwa peran dan keterlibatan suami dalam perawatan kesehatan reproduksi masih rendah, diantaranya partisipasi pria dalam Keluarga Berencana yang merupakan bagian dari kesehatan reproduksi secara umum sementara untuk peran dalam kesehatan reproduksi belum diketahui secara keseluruhan sehingga menarik untuk diteliti. Peran yang rendah ini disebabkan oleh karena pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi dengan peran suami dalam program kesehatan reproduksi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah suami yang memiliki anak 0-1 tahun. Sampel dipilih dengan cluster sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data secara analitik dan dengan menggunakan uji statistik Kendall’s Tau. Hasil jawaban suami terhadap kuesioner mengenai pengetahuan suami tetang hak-hak reproduksi menunjukkan bahwa 29,7% suami memiliki pengetahuan yang rendah tentang hak-hak reproduksi, 32,4% cukup, dan 37, 28% tinggi. Untuk kuesioner tentang peran suami dalam program kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 20,3% suami memiliki peran yang rendah, 29,7% cukup, dan 50% tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi dengan peran suami dalam program kesehatan reproduksi. Semakin tinggi pengetahuan suami tentang hak-hak reproduksi semakin tinggi pula peran suami dalam program kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji (τ)=0,577 dan nilai p=0,000. Berdasarkan uraian sebelumnya maka pengetauan tentang kesehatan reproduksi yang tinggi meningkatkan peran suami dalam kesehatan reproduksi sehingga mendukung terciptanya keluarga yang berkualitas maka disarankan kepada para suami agar selalu meningkatkan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi dan perperan serta aktif dalam program kesehatan reproduksi. Kata kunci : Pengetahuan, peran , hak, kesehatan reproduksi.

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN POLA MENSTRUASI PADA NARAPIDANA DAN TAHANAN WANITA LAPAS NARKOTIKA KLAS IIA MADIUN Oleh : AMALIA KARTIKANINGRUM

Masalah utama penelitian adalah masih banyaknya wanita yang mengalami gangguan pola menstruasi yang disebabkan karena faktor psikologis (kecemasan). Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dari 18 orang Napi dan tahanan ada 14 orang (77,78%) yang mengalami gangguan pola menstruasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan pola menstruasi pada Napi dan tahanan wanita. Lokasi penelitian di Lapas Narkotika Klas IIA Madiun. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah Napi dan tahanan wanita Lapas narkotika Klas IIA Madiun sebanyak 20 orang dan sampel sebanyak 20 orang dengan kriteria masih mengalami menstruasi, pemilihan sampel dilakukan dengan total populasi. Variabel bebas adalah kecemasan dan variabel terikat adalah pola menstruasi. Alat ukur menggunakan kuesioner, untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan pola menstruasi menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 Dari hasil uji Chi Square didapatkan ada hubungan antara kecemasan dengan pola menstruasi dengan nilai p = 0,028 (< 0,05). Kesimpulan ada hubungan antara kecemasan dengan pola menstruasi pada Napi dan tahanan wanita di Lapas narkotika Klas IIA Madiun. Artinya bila seorang wanita mengalami kecemasan maka akan mengganggu pola menstruasinya. Disarankan pada pihak Lapas agar lebih memperhatikan kesejahteraan Napi dan tahanan wanita. Sedang untuk Napi wanita diharapkan dapat mengatasi kecemasan yang dialami sehingga tidak terjadi gangguan pada pola menstruasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan/acuan untuk melakukan penelitian lain yang berhubungan dengan psikologi wanita. Kata kunci : kecemasan, pola menstruasi, Napi

PERBEDAAN WAKTU PENYEMBUHAN LUKA JAHITAN RUPTUR PERINEUM ANTARA RUPTUR PERINEUM SPONTAN DANEPISIOTOMI Oleh Anggarita Puspita Dewi

Episiotomi dilakukan karena ruptur perineum spontan justru lebih sakit dan lebih lambat sembuh daripada episiotomi yang ditutup dengan jahitan (Anonim, 2008). Penelitian ini ingin mengetahui apakah benar terdapat perbedaan waktu penyembuhan luka jahitan ruptur perineum antara ruptur perineum spontan danepisiotomi di BPS Ny. Endang Nurcahyani-Widodaren. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan rancangan penelitian prospektif di mana populasinya ibu post partum yang bersalin di BPS Ny. Endang Nurcahyani-Widodaren yang sesuai dengan kriteria populasi dan pengambilan sample secara random sampling. Besar sampel 21 responden yang diperoleh secara aksidental. Terdapat 13 responden dengan rupture perineum spontan dan 8 responden dengan episiotomi. Variabel independen adalah ruptur perineumspontan dan episiotomi, sedangkan variable dependen adalah waktu penyembuhan luka jahitan ruptur perineum. Data diperoleh dengan pengisian lembar observasi oleh peneliti. Hasil dari data ditabulasi silang, lalu dilakukan uji hipotesis menggunakan Chi Square test dengan derajat kemaknaan p≤0,05. Hasil penelitian menggambarkan 20% ibu dengan luka jahitan perineumkarena ruptur perineum spontan sembuh dalam 7 hari sedangkan 75% ibu dengan luka jahitan perineum karena episiotomi sembuh dalam 7 hari. Hasil analisis menunjukkan nilai derajat kemaknaan p≤0,05 sebesar 0,006 sehingga Ha diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan waktu penyembuhan luka jahitan ruptur perineum antara ruptur perineum spontan dan episiotomi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyembuhan luka jahitan ruptur perineum karena episiotomi lebih cepat sembuh dibandingkan dengan luka jahitan perineum karena ruptur perineum spontan. Oleh karena itu diharapkan bagi Bidan/petugas kesehatan untuk melakukan episiotomi jika sesuai dengan indikasi dan melakukan pencegahan terjadinya ruptur perineum spontan yang luas. Serta lebih berhati-hati dan teliti dalam memilih tindakan yang akan dilakukan agar sesuai dengan prosedur dan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas pada ibu bersalin. Kata kunci : ruptur perineum spontan, episiotomi, penyembuhan luka jahitanperineum

HUBUNGAN SENAM LANSIA DENGAN TINGKAT NYERI SENDI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BAHAGIA MAGETAN AYU DWI JAYANINGRUM

Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Pada saat proses menua sudah mulai berlangsung maka akan diikuti dengan kemunduran fungsi organ yang salah satunya berupa gangguan nyeri sendi. Apabila ganngguan nyeri yang dirasakan tidak segera diatasi akan berdampak pada pola aktivitas, tidak produktif, sensitivitas emosional meningkat dan penurunan usia harapan hidup. Para lansia yang secara rutin mengikuti senam lansia cenderung tidak nyeri sendi. Untuk membuktikan bahwa dengan mengikuti senam lansia dapat mengatasi tingkat nyeri sendi pada lansia maka diteliti hubungan senam lansia dengan tingkat nyeri sendi. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional dan mengambil lokasi penelitian di Panti Sosial Tresna Wredha Bahagia Magetan. Subyek penelitian adalah seluruh lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Wredha Magetan berusia 60-80 tahun, tidak dalam keadaan sakit berjumlah 52 orang yang merupakan total populasi. Untuk mengetahui hubungan senam lansia terhadap tingkat nyeri sendi menggunakan uji statistik Chi-square dengan taraf nyata 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh x² hitung sebesar 40,140 > X² tabel = 3,841 dengan dk=1 dan tingkat kemaknaan p=0,000 menunjukkan bahwa HO ditolak. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara senam lansia dengan tingkat nyeri sendi. Sehingga disarankan pada panti Sosial Tresna Wredha Bahagia Magetan untuk lebih meningkatkan kegiatan senam lansia agar kualitas kesehatan para lansia juga meningkat. Kata kunci : senam lansia, nyeri sendi.

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KB SUNTIK DI POLINDES NITIKANKECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN DESTY NOVITASARI

Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk mengatur kehamilan dan persalinan. KB suntik merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang diminati oleh banyak orang, karena dianggap benar-benar bisa menunda kehamilan dan efektifitasnya sangat tinggi. Masalah utama dalam penelitian ini adalah KB suntik selalu menduduki peringkat ke 1 untuk metode kontrasepsi yang digunakan oleh perempuan di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan terutama di Polindes Nitikan yang merupakan salah satu Polindes di Magetan yang mempunyai peserta KB suntik tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan KB suntik di Polindes Nitikan Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan jumlah sampel total populasi. Populasi adalah ibu atau wanita usia subur peserta KB suntik, dengan jumlah 98 orang, alat ukur menggunakan kuesioner tertutup kemudian data diolah dengan statistik deskriptif untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan KB suntik. Data disajikan dalam bentuk diagram pie dan tabel. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa responden terbanyak berumur 20-30 tahun 66,32%, paritas 2 orang anak 54,08%, mayoritas tingkat pendidikan dasar 58,18%, pandangan agama mendukung 90,82%, sebagian besar responden pernah mendapat konseling 86,73%, pengetahuan tentang KB suntik baik 80,61%, dan motivasi kuat 63,26%. Disimpulkan mengenai faktor yang terkait dengan pemilihan KB suntik, sebagian besar peserta KB suntik berumur 20-30 tahun, paritas 2 orang anak, mayoritas tingkat pendidikan dasar, pandangan agama mendukung, sebagian besar responden pernah mendapat konseling, pengetahuan tentang KB suntik baik dan motivasi kuat. Saran meningkatkan pemberian konseling KB suntik agar pemilihan dan pemakaiannya benar-benar sesuai dengan indikasi. Kata kunci: Faktor, KB suntik

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 12 – 36 BULAN Oleh : DIAH HINDRAWATI

Dukungan keluarga ternyata sangat menentukan kualitas perkembangan bahasa anak. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perkembangan bahasa anak usia 12-36 bulan di Desa Grobogan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu beserat anaknya usia 12-36 bulan di Desa Grobogan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. Variabel independentadalah dukungan keluarga, sedangkan variable dependent adalah perkembangan bahasa anak usia 12-36 bulan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner formulir Denver II, alat tulis. Untuk menganalisis adanya hubungan digunakan korelasiSpearman Rank dengan P 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,13% pendidikan ibu SMA, 46,15% pekerjaan ayah swasta dan 81,25% perkembangan anak normal, 81,25% dukungan keluarga baik. Hasil uji statistic menggunakan korelasi Spearman Rank diperoleh nilai probabilitas 0,00 < 0,05, dengan koefisien korelasi 0,910, hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perkembangan bahasa, dengan tingkat sangat kuat. Disarankan agar setiap keluarga balita senantiasa memberikan dukungan kepada anak berupa stimulasi, fasilitas, bimbingan, kasih saying agar perkembangan kedepannya lebih optimal. Kata Kunci : dukungan keluarga, perkembangan bahasa

GAMBARAN FAKTOR DARI IBU DAN BAYI YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN Oleh : DINA ANDRIYANA

Penelitian ini dilakukan di Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi berumur kurang dari 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara 6-7 bulan 7,8%. Di Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo terdapat 76,59% bayi yang mendapatkan makanan tambahan pada usia 0-6 bulan. Masalah utama penelitian adalah belum diketahui secara jelas faktor penyebab pemberian MPASI pada bayi usia 0-6 bulan. Tujuan penelitian adalah untuk diketahuinya gambaran faktor dari ibu dan bayi yang menyebabkan pemberian MPASI pada bayi usia 0-6 bulan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif Jumlah sampel adalah 36 responden yang diambil dengan menggunakan total populasi. Variabel penelitian ini adalah faktor dari ibu dan bayi yang mempengaruhi pemberian MPASI pada bayi usia 0-6 bulan. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Analisa data menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan sebagian besar responden berumur antara 20-35 tahun sebanyak 86,11%. Sebagian besar berpendidikan SMP sebanyak 38,89% dan sebagian besar sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 55,56%. Faktor yang menyebabkan pemberian MPASI adalah Ibu mengalami kelainan puting sebanyak 2,78%. Ibu yang ASInya tidak cukup sebanyak 54,55%. Bayi berat lahir rendah sebanyak 5,55% dan bayi yang sering rewel sebanyak 8,33%. Faktor lain yang ditemukan yaitu bayi adopsi sebanyak 2,78%, Ibu bekerja keluar negeri sebanyak 22,22%, persalinan operasi sebanyak 2,78%, bayi agar cepat gemuk sebanyak 5,55%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan adalah Ibu mengalami kelainan puting, ASI tidak cukup, BBLR, bayi rewel, bayi adopsi, Ibu bekerja ke luar negeri, persalinan operasi, bayi agar cepat gemuk. Sehingga disarankan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam memberikan dukungan kepada Ibu untuk menyusui eksklusif. Kata kunci : Faktor dari ibu dan bayi yang mempengaruhi pemberian MPASI pada bayi usia 0-6 bulan.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA (Di Desa Tanjung Sari Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan) Oleh : DINA SETYANINGRUM

Status gizi kurang dan gizi buruk di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan pada bulan Mei tahun 2008 masih melebihi target yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan balita. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah semua balita di di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan sejumlah 87 anak, dengan kriteria: orang tua bersedia anaknya diteliti, anak dalam keadaan sehat, anak tidak mengalami kecacatan mental. Jumlah sampel 73 responden, yang diperoleh secara proportionate stratified random sampling. Variabel bebas adalah status gizi, variabel terikat adalah perkembangan balita. Instrumen penelitian menggunakan timbangan dacin, lembar formulir DDST (Denver Developmental Screening Test) dan tabel BB/U menurut WHO. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan balita menggunakan uji statistik Spearman Ranks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86,30% status gizi balita normal dan 13,70% status gizi kurang. Hasil penelitian tentang perkembangan balita didapatkan 84,93% status perkembangannya normal dan 15,07% status perkembangannyasuspect. Hasil uji statistik didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) dengan koefisien korelasi adalah 0,834. Simpulan penelitian bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara status gizi dengan perkembangan balita. Disarankan pada posyandu dan institusi pelayanan kesehatan agar digalakkan upaya penyuluhan gizi dan upaya pemantauan pertumbuhan status gizi balita sehingga perkembangan balita dapat optimal. Kata kunci: status gizi, perkembangan balita

HUBUNGAN KUALITAS ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN LAMA PERSALINAN DI PUSKESMAS NGUJUNG KABUPATEN MAGETAN Oleh EGA SWASTIKA

Cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1) dan cakupan kunjungan ulang (K4) yang rendah akan mempengaruhi tingkat kematian ibu. Di Puskesmas Ngujung keadaan ibu hamil yang melaksanakan (K1) dan (K4) masih perlu mendapat perhatian khusus, terhitung mulai Januari sampai dengan akhir Desember 2007 ibu hamil yang melakukan (K1) sekitar 180 jiwa (78,56%) dan yang melakukan (K4) hanya 125 jiwa (65,40%). Target yang diharapkan dari PROPENAS mencapai 90%. Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Ngujung menunjukkan bahwa 50% ibu bersalin mengalami masalah dalam persalinan, 16,7% partus lama dan 8,8% perdarahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitasAntenatal Care (ANC) dengan lama persalinan di Puskesmas Ngujung Kabupaten Magetan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 50 responden dengan sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 45 responden. Variabel bebas adalah kualitas ANC, sedangkan variabel terikat adalah lama persalinan. Pengumpulan data menggunakan buku KIA dan lembar partograf. Untuk menganalisis adanya hubungan antara kualitas ANC dengan lama persalinan digunakan Fisher’s exact dengan taraf significan (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan 82,2 % ibu hamil memeriksakan kehamilan secara berkualitas dan 17,8 % ibu hamil memeriksakan kehamilan secara tidak berkualitas, dengan 68,9 % mengalami persalinan secara normal dan 31,1 % mengalami perpanjangan waktu persalinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa x2hitung 8,745 > x2 tabel 3,841 dengan α = 0,05,df =1, karena ada 20% sel denhan nilai nilai fh < 5 maka dilanjutkan dengan Fisher’s exact, dari Fisher’s exactdidapatkan nilai p = 0,007 < α yang digunakan yaitu 0,05, maka Ho ditolak ada hubungan antara kualitas ANC dengan lama persalinan. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kualitas ANC dengan lama persalinan. Kepada petugas kesehatan diharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas ANC karena ANC berpengaruh terhadap lama persalinan. Kata kunci: Kualitas ANC, lama persalinan.

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA (Desa Belotan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun 2008) Oleh : ELLY SETYONINGTYAS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “hubungan motivasi dengan keaktifan lansia datang ke Posyandu lansia Desa Belotan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan “. Masalah penelitian ini adalah masih kurang aktifnya lansia datang ke posyandu lansia. Jenis penelitian ini adalah analitik yang bersifat expost facto dimana populasinya adalah seluruh lansia di Posyandu Lansia Belotan sebanyak 60 orang sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 53 orang, variabel independen penelitian ini adalah motivasi lansia dan variabel dependennya adalah keaktifan lansia datang ke posyandu lansia. Pengumpulan data penelitian diambil saat kegiatan posyandu lansia dengan menggunakan alat ukur lembar kuesioner. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan keaktifan lansia digunakan uji korelasi Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan p < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas motivasi lansia baik sebanyak 28 orang (52,8%), cukup sebanyak 22 orang (41,5 %) sedangkan kurang sebanyak 3 orang (5,7%). Keaktifan lansia datang ke Posyandu lansia diantara tidak aktif sebanyak 31 orang (58,5%), kurang aktif sebanyak 17 orang (32,1%) sedangkan yang aktif sebanyak 5 orang (9,4%). Hasil uji motivasi dengan keaktifan lansia datang ke posyandu lansia menurut uji Spearman Rho diperoleh hasil p = 0,004 (p= < 0,05) artinya Ho ditolak, dengan tingkat hubungan rendah. Kesimpulannya bahwa ada hubungan antara motivasi dengan keaktifan lansia datang ke posyandu lansia. Disarankan pada institusi pelayanan untuk meningkatkan motivasi para lansia di Posyandu Lansia Desa Belotan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan sehingga aktif datang ke Posyandu Lansia agar kesehatannya dapat dipantau secara optimal. Kata Kunci : Motivasi, Keaktifan Lansia

PERBEDAAN TINGKAT KEHADIRAN ANAK ANTARA ORANG TUA DENGAN MOTIVASI MOTIVASI TINGGI, SEDANG, DAN RENDAH DI PAUD TAMAN BERMAIN YAYASAN POSYANDU PKK, DESA CARANG REJO, SAMPUNG, PONOROGO ENDANG LESTARI

PAUD Merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap berikutnya. Tingkat kehadiran anak di PAUD Taman Bermain harus > 75%. Tingkat kehadiran anak di PAUD Taman Bermain Yayasan Posyandu PKK dalam bulan Februari dalam sebelas hari sejumlah 193 orang atau 66%. salah satu sebabnya adalah rendahnya motivasi orang tua. Adapun tujuan dari penelitian adalah diketahuinya perbedaan tingkat kehadiran anak antara orang tua dengan motivasi tinggi, sedang, dan rendah di PAUD Taman Bermain. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi 27 responden, Teknik pengambilan sampel adalah probabilitysampling berjenis simple random sampling dengan jumlah sampel 26 responden. Variabel independen adalah motivasi orang tua, sedangkan variabel dependent adalah tingkat kehadiran. Untuk menganalisis adanya perbedaan digunakan uji T dua sampel bebas dengan taraf signifikan 0,05. Dari hasil penelitian didapatkan motivasi orang tua sedang dan tinggi. Dan tingkat kehadiran anak < 75%. Dari hasil analisis statistik dengan uji T dua sampel bebas didapatkan nilai probabilitas (p) sebesar t” -5,866 (p = 0,000 < 0,05). Hal ini berarti hipotesis alternatif (H1) diterima yang menyatakan ada perbedaan tingkat kehadiran anak antara orang tua dengan motivasi tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kehadiran anak antara orang tua dengan motivasi tinggi, sedang dan rendah di PAUD Taman Bermain. Motivasi orang tua di PAUD Taman Bermain perlu ditingkatkan. Tingkat kehadiran anak bukan hanya dipengaruhi oleh motivasi orang tua, maka, pihak taman bermain perlu menyediakan suasana dan situasi yang menarik saat pembelajaran berlangsung agar anak rajin untuk hadir. Kata kunci : motivasi, tingkat kehadiran

GAMBARAN SIKAP DAN MOTIVASI REMAJA PUTRI DALAM UPAYAPENCEGAHAN ANEMIA DI SMAN 1 JIWAN MADIUN TAHUN 2008 Oleh: FRISTIANA AGUSTIN

Masa remaja merupakan “masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik mental, emosional, sosial, dan fisik”. Individu pada masa tersebut akan mengalami situasi pubertas, yaitu perubahan yang menyolok secara fisik maupun emosional/psikologis. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi yang pada umumnya terjadi saat umur 10-19 tahun. Keadaan ini membuat remaja putri rawan mengalami anemia, karena setiap bulan akan kehilangan darah dan unsur-unsurnya diperkirakan 35-150ml. Oleh karena itu diperlukan sikap dan motivasi yang positif dalam upaya pencegahan anemia pada remaja putri. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran sikap konatif dan motivasi instrinsik remaja putri dalam upaya pencegahan anemia di SMAN 1 Jiwan Madiun tahun 2008. Penelitian ini adalah jenis deskriptif, bentuk survey. Populasi adalah remaja putri di SMAN 1 Jiwan Madiun kelas X A, B, C, D, E sebanyak 150 orang. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi yaitu remaja putri di SMAN 1 Jiwan Madiun kelas X A, B, C, D, E sebanyak 150 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap dan motivasi remaja putri dalam upaya pencegahan anemia. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk gambar dan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja putri dalam upaya pencegahan anemia yaitu sebanyak 53,33 % mempunyai sikap yang negatif dan sebanyak 46,67 % mempunyai sikap yang positif. Motivasi remaja putri dalam upaya pencegahan anemia yaitu sebanyak 53,33 % mempunyai motivasi yang negatif dan sebanyak 46,67 % mempunyai motivasi yang positif. Berdasarkan hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa sikap dan motivasi remaja putri dalam upaya pencegahan anemia yaitu sebagian besar negatif. Sehingga disarankan pada remaja putri di SMAN 1 Jiwan Madiun untuk dapat meningkatkan sikap dan motivasinya dalam upaya mencegah anemia dengan 4 hal, yaitu konsumsi bahan makanan hewani dan nabati, perilaku makan pagi, pemilihan jananan yang bergizi, konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) secara teratur. Selain itu bagi institusi hendaknya lebih ikut serta melakukan upaya pencegahan anemia misalnya dengan penyediaan makanan bergizi di kantin, penyediaan TTD di ruang UKS, meningkatkan informasi melalui penyuluhan sejak dini tentang upaya pencegahan anemia oleh tenaga kesehatan khususnya bidan kepada remaja putri, penyediaan buku-buku di perpustakaan yang terkait dengan anemia. Kata kunci: sikap, motivasi, remaja putri, anemia

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PENYELENGGARAAN POSYANDU (Studi di Desa Panggung, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan) Oleh :GUNTUR INGGIT LYGASWORO

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), kader adalah pemegang utama dalam kegiatan posyandu, maka menjadi sangat penting untuk meningkatkan keaktifan kader dalam penyelenggaraan posyandu. Namun hanya 40% posyandu yang menjalankan fungsinya dengan baik, sedangkan kader posyandu yang terlatih hanyalah 30%, hal ini kemungkinan karena motivasi kader terhadap keaktifan kader dalam penyelenggaraan posyandu kurang. Berdasarkan kenyataan ini, peneliti ingin meneliti tentang hubungan motivasi kader dengan keaktifan kader dalam penyelenggaraan posyandu. Penelitian dilaksanakan di Desa Panggung, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan. Jenis penelitian yang digunakan survey analitik dengan rancangan penelitiancross sectional dan pengambilan sampel dengan teknik total populasi dengan 20 kader posyandu. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Variabel bebas adalah motivasi kader, sedangkan variabel terikat adalah keaktifan kader. Untuk menganalisa hubungan antara kedua variabel menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kesalahan α = 0,005 dan df = 1. Hasil penelitian menunjukkan faktor motivasi ibu sebagian besar cukup (65%), sedangkan keaktifan kader sebagian besar aktif ( 75%). Terbukti melalui uji analisis Chi-Square dengan derajat kesalahan ρ>0,005 didapatkan hasil 0,083 berarti HO diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi kader dengan keaktifan kader dalam penyelenggaraan posyandu. Oleh karena itu disarankan pada pemilihan kader posyandu tidak dilihat dari tingkat motivasi tetapi juga menggali karakteristik dan faktor kader yang lain. Kata kunci: Motivasi kader, keaktifan kader posyandu

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGANPRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 WUNGU MADIUN TAHUN 2008 Oleh : INDAH SULISTIARINI

Kadar hemoglobin (Hb) dapat mempengaruhi prestasi belajar. Anak yang anemia berpotensi mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, daya ingat rendah, serta kapasitas pemecahan masalah rendah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Wungu Madiun. Penelitian analitik, dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah semua siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Wungu Madiun sejumlah 240 siswa.Jumlah sampel 150 siswa yang diambil secara simple random sampling, dengan kriteria tidak sedang sakit malaria, mempunyai orangtua yang lengkap, dan tidak sedang menstruasi untuk perempuan. Variabel bebas adalah kadar Hb. Variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Instrumen penelitian adalah catatan hasil pemeriksaan Hb Sahli dari skrining Puskesmas dan rapor sekolah, menggunakan ujiChi Square dan uji Fisher Exact. Hasil uji statistik yaitu X2 hitung 7,699 dengan taraf signifikan a = 0,05 dan df = 1, koefisien kontingensi 0,220 sehingga ada hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Wungu Madiun dengan tingkat hubungan rendah. Simpulan penelitian bahwa siswa yang mempunyai kadar Hb normal lebih banyak daripada yang mempunyai kadar Hb tidak normal. Prestasi belajar siswa lebih banyak yang baik daripada yang tidak baik. Ada hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Wungu Madiun dengan hubungan tingkat rendah. Disarankan pihak sekolah dan keluarga dapat bekerja sama dalam menurunkan kejadian anemia serta dapat memberikan lingkungan yang kondusif sehingga dapat menunjang prestasi belajar siswa. Bagi pelaksana gizi Puskesmas hendaknya membantu keberhasilan program tablet tambah darah. Kata kunci : Kadar Hb, prestasi belajar

PERBEDAAN PERKEMBANGAN BAHASA ANTARA ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN USIA 2-4 TAHUN DI KPR ASABRI MAGETAN Oleh INDRA KUSUMA PRATIWI

Kemampuan berbahasa merupakan indikator penting perkembangan balita karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan. Pada dasarnya tingkat perkembangan adalah sama dan berkesinambungan, menurut penelitian masalah keterlambatan bicara terjadi 5 sampai 10 % pada anak usia pra sekolah lebih cenderung dialami oleh laki-laki daripada perempuan.Pada penelitian ini bertujuan menganalisa perbedaan perkembangan bahasa pada anak laki-laki dan perempuan usia 2-4 tahun. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 45 anak dan semua dilakukan penelitian. Untuk mengukur variabel perkembangan bahasa menggunakan lembar DDST pada sektor bahasa dan observasi untuk menentukan jenis kelamin. Analisis perbedaan perkembangan bahasa antara anak laki-laki dan perempuan usia 2-4 tahun menggunakan chi square dengan taraf significance (α= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan 16 anak perempuan dengan hasil skrining DDST suspek pada sektor bahasa dan tidak ada anak laki-laki dengan hasil skrining suspek pada DDST sektor bahasa. Hasil analisis disimpulkan ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak laki-laki dan perempuan usia 2-4 tahun. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki tidak selalu tertinggal dalam aspek bahasa karena ada banyak faktor lain yang mempengaruhi. Untuk itu perhatian dan monitoring perkembangan bahasa oleh orang tuan dan tempat pelayanan kesehatan sejak dini sangat membantu menurunkan resiko gangguan perkembangan bahasa yang lebih lanjut. Kata Kunci: Laki-laki dan perempuan, perkembangan bahasa.

HUBUNGAN KEJADIAN PARTUS PRETERM DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMSI DI RSUD dr. SOEROTO NGAWI TAHUN 2007 MUKTI SETIYA RINI

Partus preterm merupakan penyebab utama kematian perinatal. Salah satu penyebab partus preterm adalah pre eklamsi. Kejadian partus preterm di RSUD dr. Soeroto Ngawi pada tahun 2007 meningkat 4,4% dari tahun 2006 dan kejadian pre eklamsi 14,7% dari kasus patologis kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian partus preterm dengan kejadian pre eklamsi serta dibuktikan berapa kali resiko ibu hamil pre eklamsi mengalami partus preterm. Jenis penelitian survey analitik dengan rancangan case control. Populasi adalah data sekunder ibu yang melahirkan di RSUD dr. Soeroto Ngawi dari 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2007. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sebanyak 305 orang. Variabel bebas adalah kejadian pre eklamsi, variabel terikat adalah kejadian partus preterm. Analisis menggunakan uji statistik ”chi-square” dengan taraf signifikasi 0,05. Kejadian partus preterm 19,67% dan partus aterm 80,33%. Kejadian pre eklamsi 15,74% dan ibu hamil normal 84,26%. x2 hitung 24,672 sedangkan x2 tabel 3,841, sehingga disimpulkan ada hubungan antara kejadian partus preterm dengan kejadian pre eklamsi. Didapatkan OR 4,88 maka ibu hamil pre eklamsi beresiko lima kali untuk mengalami partus preterm dibanding ibu hamil normal. Ada hubungan antara partus preterm dengan pre eklamsi. Ibu hamil pre eklamsi beresiko lebih besar untuk terjadi partus preterm. Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pencegahan pre eklamsi melalui pendidikan kesehatan dan meningkatkan pelaksanaan strategi program ANC (Ante Natal Care) pada sasaran serta pemeriksaan kehamilan secara teratur agar pre eklamsi dapat dideteksi secara dini, sehingga akibat pre eklamsi yaitu partus preterm dapat ditekan. Kata kunci: partus preterm, ibu hamil pre eklamsi.

PENGARUH CARA MENJAGA KEBERSIHAN DAERAH VAGINA TERHADAP JENIS KEPUTIHAN YANG TERJADI PADA IBU RUMAH TANGGA (Di Desa Pingkuk, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan) MULYATRI NOVIANA RARANTIKA

Keputihan normal terjadi pada ibu yang baik dalam menjaga kebersihan daerah vagina, sedangkan keputihan abnormal terjadi karena banyak hal dan salah satunya adalah cara menjaga kebersihan daerah vagina yang kurang baik. Masalah utama penelitian adalah sebanyak 55% ibu rumah tangga di Desa Pingkuk mengalami keputihan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh cara menjaga kebersihan daerah vagina terhadap jenis keputihan yang terjadi pada ibu rumah tangga. Jenis penelitian ini adalah analitik korelatif dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah ibu rumah tangga di Desa Pingkuk yang mengalami keputihan, yaitu sebanyak 70 orang. Besar sampel adalah 60 orang dengan menggunakan tekniksimple random sampling. Variabel bebas adalah cara menjaga kebersihan daerah vagina dan variabel terikat adalah jenis keputihan yang terjadi pada ibu rumah tangga. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Untuk menganalisis adanya pengaruh positif cara menjaga kebersihan daerah vagina terhadap jenis keputihan yang terjadi pada ibu rumah tangga menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% ibu rumah tangga sudah baik dalam menjaga kebersihan daerah vaginanya dan sebanyak 53,33% ibu rumah tangga mengalami keputihan normal. Hasil uji statistik chi-square dengan dk 1 dan taraf signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa X² hitung (16,975) lebih besar daripada X² tabel (3,481) berarti Ha diterima, artinya ada pengaruh cara menjaga kebersihan daerah vagina terhadap jenis keputihan yang terjadi pada ibu rumah tangga. Kesimpulan penelitian bahwa ada pengaruh cara menjaga kebersihan daerah vagina terhadap jenis keputihan yang terjadi pada ibu rumah tangga. Disarankan pada ibu rumah tangga untuk selalu menjaga kebersihan daerah vagina dengan baik sehingga akan terhindar dari keputihan abnormal. Kata kunci : kebersihan daerah vagina, keputihan

HUBUNGAN ANTARA LAMA PERSALINAN KALA II DENGAN KONDISI BAYI BARU LAHIR NANIK WIJAYANTI

Asfiksia neonatorum ialah keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Salah satu penyebab asfiksia yaitu persalinan Kala II yang memanjang. Masalah utama penelitian adalah pada bulan Desember 2007 terdapat 46,7% ibu bersalin primigravida melahirkan bayi dalam kondisi asfiksia di BPS Titik Hariningrum, Madiun. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara lama persalinan Kala II dengan kondisi bayi baru lahir. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah ibu bersalin primigravida yang berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 103 orang. Besar sampel adalah 82 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Variabel bebas adalah lama persalinan Kala II dan variabel terikat adalah kondisi bayi baru lahir. Instrumen yang digunakan adalah data sekunder berupa partograf persalinan. Untuk menganalisis adanya hubungan antara lama persalinan Kala II dengan kondisi bayi baru lahir menggunakan uji statistikSpearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% ibu bersalin primigravida mengalami lama persalina Kala II dalam batas normal dan sebanyak 8,5% bayi lahir dalam kondisi normal. Hasil uji statistik Spearman Rank adalah 0,81. Karena n lebih dari 30, maka uji signifikansi menggunakan rumus t dengan df = n-2 dan taraf signifikansi 0,05. Hasil uji menunjukkan bahwa t dihitung (12,35) lebih besar daripada t tabel (1,99) berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara lama persalinan Kala II dengan kondisi bayi baru lahir. Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara lama persalinan Kala II dengan kondisi bayi baru lahir. Disarankan bagi bidan untuk meningkatkan keterampilan dalam penanganan terhadap asfiksia neonatorum dan persalinan lama serta dalam pengambilan keputusan klinik. Kata Kunci : Lama persalinan kala II, kondisi bayi baru lahir, asfiksia.

PERBEDAAN KELANGSUNGAN PEMBERIAN ASI SAMPAI ANAK USIA 2 TAHUN PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA DI PUSKESMAS NGUJUNG MAOSPATI Oleh NIA PRIMADASA

Berdasarkan SDKI tahun 2002 pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu antara 1997-2002 sebesar 10,8% menjadi 32,4%. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah ibu bekerja. Dari studi pendahuluan didapatkan masih banyak ibu bekerja dan tidak menyusui anaknya sampai usia 2 tahun dan meningkatnya pemberian susu formula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kelangsungan pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun pada ibu bekerja dan tidak bekerja. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 2 tahun berjumlah 38 dengan sampel 35 orang diambil dengan propotionate stratified random sampling. Untuk mengukur variabel kelangsungan pemberian ASI dan status ibu bekerja digunakan kuesioner. Analisis perbedaan kelangsungan pemberian ASI pada ibu bekerja dan tidak bekerja digunakan uji statistik Mann-Whitney Testdengan taraf signifikan α : 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sejumlah 45,71% sedangkan yang tidak bekerja 54,29%, ibu memberikan ASI sampai usia 2 tahun 25%, memberikan ASI usia kurang dari 2 tahun 56,25%, yang tidak memberikan ASI sama sekali 18,75%. Pada ibu yang tidak bekerja memberikan ASI sampai usia 2 tahun 68,42%, memberikan ASI usia kurang 2 tahun 26,31%, tidak memberikan ASI sama sekali 5,26%. Dari hasil analisis dengan Mann Whitney test didapatkan hasil p : 0,012 (kurang dari α 0,05) maka Ho ditolak berarti ada perbedaan kelangsungan pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun pada ibu bekerja dan tidak bekerja. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang tidak bekerja cenderung menyusui anaknya sampai usia 2 tahun, sedangkan yang bekerja cenderung tidak menyusui anaknya sampai 2 tahun. Disarankan untuk mendukung kelangsungan pemberian ASI sampai usia 2 tahun keluarga memotivasi ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya. Ibu bekerja bisa tetap menyusui anaknya. Kantor-kantor atau perusahaan seharusnya menyediakan pojok laktasi agar ibu bekerja yang sedang menyusui dapat memberikan ASI kepada anaknya sehingga kelangsungan pemberian ASI sampai usia 2 tahun bisa berjalan. Kata kunci : Pemberian ASI, ibu bekerja dan ibu tidak bekerja

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM KONSUMSI TABLET Fe di BPS NY. PRANTI UTAMI

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan. Rendahnya dukungan suami menyebabkan 20% kematian ibu hamil disertai dengan defisiensi besi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan dukungan suami terhadap perilaku ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe. Lokasi penelitian di BPS Ny. Pranti Utami desa Grogol, Sawoo Ponorogo tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional.Populasi pada penelitian ini sebesar 65 orang, sedangkan sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 56 responden. Variabel independen adalah dukungan suami terhadap istri dalam konsumsi tablet Fe sedangkan variabel dependen adalah perilaku ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Untuk menganalisis adanya hubungan dilakukan uji chi square dengan taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian ini didapatkan dari 56 suami terdapat 76,1% suami yang mendukung istri dalam mengkonsumsi tablet Fe sehingga istri berperilaku baik, 23,9% suami mendukung tetapi istri tidak berperilaku baik. Serta terdapat 30% suami tidak mendukung akan tetapi istri mempunyai perilaku yang baik, dan sisanya 70% suami tidak mendukung akibatnya istri berperilaku tidak baik. Hasil penelitian p(0,008) <α (0,05), maka H0 ditolak. Ada hubungan antara dukungan suami dan perilaku ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar suami memiliki dukungan yang baik dan istri berperilaku baik dalam mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan penelitian tersebut sebaiknya dukungan suami lebih ditingkatkan agar perilaku ibu lebih baik lagi. Kata kunci: dukungan, perilaku ibu, tablet Fe

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL (Di Yayasan Penyantun Anak Cacat Panca Bhakti Magetan ) Oleh: NURHASANAH

Penelitian dengan judul Hubungan pola asuh orang tua dengan rasa percaya diri pada anak dengan retardasi mental. Masalah utama dalam penelitian ini adalah rasa percaya diri, hal ini terbukti 20% anak penyandang retardasi mental tidak memiliki rasa percaya diri yang ditunjukkan dengan malu, menyendiri serta menarik diri dari pergaulan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan rasa percaya diri pada anak dengan retardasi mental.Penelitian ini dilakukan di Yayasan Penyantun Anak Cacat Panca Bhakti, Magetan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua dan anak penyandang retardasi mental di Yayasan Penyantun Anak Cacat Panca Bhakti yang berjumlah 30 orang, semua anggota populasi dijadikan subyek penelitian (total populasi). Variabel independen adalah pola asuh orang tua, variabel dependen adalah rasa percaya diri pada anak dengan retardasi mental. Alat ukur menggunakan kuesioner, selanjutnya dianalisa dengan uji statistik Chi Square dengan bantuan komputer Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ha diterima, diketahui df(1) pada taraf kesalahan 5% (0,005) atau kepercayaan 95% diperoleh signifikasi <0,001 (signifikasi ≤ 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan rasa percaya diri pada anak dengan retardasi mental. Kesimpulan hasil penelitian adalah ada hubungan antara pola asuh dengan percaya diri pada anak dengan retardasi mental di Yayasan Penyantun anak Cacat Panca Bhakti, Magetan. Disarankan hendaknya orang tua lebih memperhatikan pola asuh yang diberikan pada anaknya sehingga nantinya anak tumbuh dengan memiliki rasa percaya diri. Kata Kunci : Pola asuh, percaya diri, retardasi mental

GAMBARAN MOTIVASI IBU PRIMIPARA DALAM PERAWATAN NEONATUS DI RSUD dr. HARDJONO, PONOROGO Oleh : PRISA RUNIZAR PUTRI, SUBAGYO, S.Pd., M.M.Kes., ASTUTI SETIYANI, SST.,M.M.Kes. PRODI KEBIDANAN MAGETAN

Neonatus atau bayi baru lahir memiliki kebutuhan yang kompleks, sehingga kebutuhan neonatus handaknya dipenuhi oleh ibu. Ibu primipara atau ibu yang baru pertama kali melahirkan perlu mengenal kebutuhan bayi, karena ibu tersebut baru pertama kali akan melakukan perawatan terhadap bayi. Dalam memenuhi kebutuhanneonatus ini, ibu primipara perlu memiliki motivasi intrinsik yang kuat agar kebutuhan bayinya terpenuhi. Tentu dalam hal motivasi ibu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik ibu. Penelitian ini menggambarkan bagaimana motivasi intrinsik ibu primipara dalam perawatan neonatus tentang personal hygiene, pemenuhan nutrisi (ASI) dan pemenuhan kebutuhan psikis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel diambil dengan teknikquota waktu, hingga mendapatkan 38 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi intrinsik ibu primipara dalam perawatan neonatus. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif yang hasilnya disajikan dalam bentuk grafik dan diagram lingkaran. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki motivasi intrinsik yang kuat dalam merawat neonatus. Separuh lebih ibu memilik motivasi intrinsik yang kuat dalam merawat personal hygiene neonatus dan hanya 2% yang motivasinya lemah. Sebanyak 53% ibu memiliki motivasi intrinsik kuat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi neonatus, hanya 5% ibu yang motivasinya lemah. Motivasi yang kuat juga dimiliki ibu dalam pemenuhan kebutuhan psikis neonatusdan hanya 3% ibu memiliki motivasi yang lemah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum motivasi intrinsik ibu primipara kuat dalam melakukan perawatan personal hygiene,pemenuhan nutrisi (ASI), dan pemenuhan kebutuhan psikis neonatus. Diharapkan bagi ibu primipara dapat meningkatkan lagi motivasi intrinsiknya dengan dibantu dan didukung oleh bidan, suami, maupun masyarakat. Kata kunci : motivasi, primipara, perawatan neonatus

GAMBARAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SDN 03 MADIUN LOR Oleh : Putri Pradita

Menarche (menstruasi pertama) merupakan peristiwa penting pada Remaja putri berupa perdarahan pertama dari uterus. Menstruasi yang datangnya sangat awal, dalam artian anak gadis tersebut masih muda usianya, maka umumnya kurang mampu dalam pemenuhan kebutuhan diri saat menarche meliputi aspek personal hygiene, gizi, asupan Fe, upaya kebugaran fisik. Pemenuhan personal diri saatmenarche dapat timbul karena sikap masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran sikap remaja putri dalam menghadapi menarche, pada siswi kelas 6 SDN 03 Madiun Lor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang populasinya adalah siswi kelas 6 SDN 03 Madiun Lor sebanyak 32 siwi yang selanjutnya dijadikan sampel (total populasi). Variabel penelitian ini adalah sikap dalam menghadapi menarche. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner bentuk tertutup. Analisa data dengan menggunakan skor T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata siswi SD klas 6 yang belum haid 12 tahun, dan sebagian besar responden bersikap positif yaitu sebanyak 21 orang (65,625 %) meliputi aspek personal hygiene, gizi, asupan Fe, dan upaya untuk kebugaran fisik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran sikap siswi klas 6 SDN 03 Madiun Lor dalam menghadapi menarche adalah sebagian besar sikap positif. Namun demikian, pada Remaja putri diharapkan untuk sebaiknya memperoleh lebih banyak informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja khususnya tentang Menarche. Kata kunci : sikap, remaja putri, menarche

HUBUNGAN MOTIVASI IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 6 BULAN SAMPAI 2 TAHUN (Studi di Posyandu Pilangbango, Madiun) OLEH : RENDRA HUMA YASHINTA

ASI eksklusif adalah program pemerintah untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan pada bayi dan anak. Namun ternyata pencapaian program ini masih rendah hanya 30% sedangkan jangkauan target program ASI ditetapkan 80%, hal ini kemungkinan karena motivasi ibu lemah terhadap pemberian ASI eksklusif, berdasarkan kenyataan ini, peneliti ingin meneliti tentang hubungan motivasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan penelitiancross sectional dan pengambilan sampel dengan teknik sampling probability sampling berjenis propotional simple random sampling dengan 124 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Variabel bebas adalah motivasi ibu, sedangkan variabel terikat adalah ASI eksklusif. Untuk menganalisa hubungan antara kedua variabel menggunakan uji Spearman dengan derajad kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan faktor motivasi ibu sebagian besar cukup 68 responden (54,84%), sedangkan pemberian ASI sebagian besar ASI eksklusif 86 responden (69,35%). Terbukti melalui hasil uji korelasi dengan analisis statistikSpearman Rank didapatkan hasil 0.000 (α<0,05) dengan demikian HO ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi ibu dengan pemberian AI eksklusif. Oleh karena itu disarankan peningkatan KIEM kepada masyarakat luas khususnya ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki serta masyarakat pada umumnya mengenai ASI eksklusif untuk mendukung program ASI eksklusif. Kata kunci: Motivasi ibu, Pemberian ASI eksklusif

HUBUNGAN STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 24-36 BULAN (Di Desa Widorokandang, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan) Oleh : Rini Setyowati

Perkembangan usia dini merupakan hal yang penting dalam masa tumbuh kembang anak. Seorang anak harus mampu mencapai seluruh aspek perkembangan. Pada kenyataannya di lapangan masih ditemukan balita yang mengalami keterlambatan motorik halus. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik halus ini adalah stimulasi, karena stimulasi pada perkembangan motorik halus kurang mendapat perhatian dibanding perkembangan motorik kasar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 24-36 bulan yang mengambil tempat di Desa Widorokandang, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan. Jenis penelitian adalah analitik, dengan rancangan cross sectional. Populasinya adalah 32 ibu dan anak usia 24-36 bulan di Desa Widorokandang Kecamatan Sidorejo Kabupaten Magetan. Jumlah sampel 30 yang memenuhi kriteria anak lahir aterm, anak sehat, dan ibu bersedia untuk diteliti, yang diperoleh secara simple random sampling. Variabel bebas adalah stimulasi, variabel terikatnya adalah perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus diukur dengan DDST Denver II yang hasil akhirnya menggunakan modifikasi penilaian interpretasi Denver II, sedangkan stimulasi diukur dengan kuesioner stimulasi perkembangan motorik halus menurut umur 24-36 bulan. Untuk mengetahui hubungan stimulasi dengan perkembangan motorik halus menggunakan uji statistik Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dengan tingkat hubungan rendah stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 24-36 bulan dengan perolehan tingkat kemaknaan p = 0,034 (p<0,05). Untuk koefisien korelasi didapatkan 0,387 jadi mempunyai tingkat hubungan rendah. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan positif dengan tingkat hubungan rendah stimulasi dengan perkembangan motorik halus usia 24-36 bulan, artinya semakin baik stimulasi diberikan maka semakin baik perkembangan motorik halusnya. Disarankan bagi masyarakat agar memberikan stimulasi yang baik, agar tercapai perkembangan yang optimal. Kata kunci : stimulasi, motorik halus

GAMBARAN IBU TIDAK MEMILIH KB IUD DI BPS SURATI TAWUN PADAS NGAWI 2008 Nurwening Tyas Wisnu S. Kep Ners, M.M. Kes, Sulikah S.S.T, M.M. Kes Tutus Rohana

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Ada tiga fase dalam mencapaia sasaran tersebut yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, dan fase mengakhiri kehamilan. Tetapi pada kenyataannya masih banyak ibu dengan jumlah paritas 3 atau lebih dan umur lebih dari 35 tahun masih menggunakan KB hormonal. Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Widiastuti Amd.Keb Magetan pada bulan Februari 2008 67,47% ibu dengan jumlah paritas lebih 3 dan umur lebih dari 35 tahun masih menggunakan KB hormonal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ibu tidak memilih KB IUD di BPS Ny. Surati Tawun Padas Ngawi tahun 2008. Jenis penelitian ini adalah diskriptif, besar sampel 61 orang yang di dapat dari perhitungan dengan rumus Nursalam dengan teknik accidental sampling dari jumlah populasi 271. Penelitian ini di lakukan dengan memberikan kuesioner pada semua peserta KB non IUD yang memenuhi kriteria sampel kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil penelitian gambaran ibu tidak memilih KB IUD yaitu sebanyak 33 orang (54,09%) memiliki jumlah paritas >3, umur terbanyak 36-40 tahun 26 orang (45,90%) pendidikan terbanyak adalah pendidikan dasar 23 orang (57,37%) dan yang telah mendapat konseling pra pemilihan kontrasepsi dan tidak memilih KB IUD sebanyak 45 orang (73,77%) Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar peserta KB non IUD mempunyai jumlah paritas > 3 orang anak, jumlah terbanyak peserta KB non IUD berumur 36-40 tahun, sebagian besar peserta KB non IUD berpendidikan dasar, sebagian besar peserta KB non IUD sudah mendapat konseling pra pemilihan KB. Saran bagi petugas kesehatan yang ada di lapangan hendaknya dapat memberikan konseling pra pemilihan kontrasepsi yang efektif, penyuluhan yang aktif sehingga pemakaian kontrasepsi dapat rasional sesuai paritas, umur, dan kondisi kesehatan calon peserta KB, bagi institusi hendaknya meningkatkan SDM dengan diadakannya pelatihan-pelatihan sehingga bidan di lapangan lebih terampil, bagi peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dalam penelitian selanjutnya. Kata Kunci : KB, IUD

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN RESPON WANITA DALAM MENGHADAPI PREMENOPAUSE (Di Desa Nglanduk, Kec. Wungu, Kab Madiun) Oleh: UMI LATIFAH

Premenopause adalah masa di mana tubuh mulai bertransisi menuju menopause. Respon wanita dalam menghadapi premenopause ada yang menerima yang ditunjukkan dengan sikap menganggap dan menerima premenopause sebagai suatu kewajaran, tetap berpikir positif, mampu mengendalikan emosi dan tetap aktif bersosialisasi dengan masyarakat. Sedangkan yang menolak ditunjukkan dengan sikap mudah tersinggung, sering marah-marah dan melakukan manipulasi untuk mencegah datangnya premenopause. Tingkat pendidikan dan pekerjaan turut mempengaruhi respon wanita dalam menghadapi premenopause. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan respon wanita dalam menghadapi premenopause yang dilaksanakan di Dusun Sumurbur Desa Nglanduk Kec Wungu Kab Madiun tahun 2008. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif dengan rancangan penelitianCross sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi yakni semua wanita premenopause usia 40-49 tahun sejumlah 46 orang. Variabel independen adalah tingkat pendidikan dan pekerjaan sedangkan variabel dependen adalah respon wanita dalam menghadapi premenopause. Data diperoleh melalui wawancara terpimpin dengan responden. Hasil dari data ditabulasi silang, lalu dilakukan uji hipotesis menggunakan Chi square dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pendidikan terbanyak adalah pendidikan dasar sebesar 69,57%, pekerjaan terbanyak adalah pekerjaan tidak terampil sebesar 58,7% dan respon wanita terbanyak adalah menolak premenopause sebanyak 52,17%. Hasil uji Chi Square untuk hubungan tingkat pendidikan dengan respon wanita dalam menghadapi premenopause didapatkan hasil X2 hitung (6,651) > X2 tabel (3,841). Sedangkan untuk hubungan tingkat pekerjaan dengan respon wanita dalam menghadapi premenopause didapatkan hasil X2 hitung (6,002) > X2 tabel (5,991). Adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan respon wanita dalam menghadapi premenopause diharapkan bidan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa premenopause dan cara mengatasinya sehingga dapat memberikan penyuluhan tentang persiapan para wanita menghadapi premenopause. Kata kunci : Respon Premenopause, Pendidikan, Pekerjaan

HUBUNGAN ANTARA GAKY DENGAN PRESTASI BELAJAR (Di SD Kerek, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi) VITA RATNANINGRUM

GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Berdasar hasil survey form GAKY 2007, kejadian GAKY di SD Kerek meningkat. Dan berdasar data hasil prestasi belajar semester ganjil tahun ajaran bahwa yang menderita GAKY mengalami keterlambatan dalam bidang akademik dibanding teman-temannya yang tidak menderita GAKY. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa hubungan antara GAKY dengan prestasi belajar pada anak SD. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan penelitian case control. Populasinya adalah anak SD Kerek yang menderita gondok. Jumlah populasi 32 orang yang diambil dengan cara total populasi. Variabel bebasnya adalah GAKY pada anak sekolah dasar kelas I-VI SD Kerek, Kabupaten Ngawi. Variabel terikatnya adalah prestasi belajar anak SD Kelas I-VI di SD Kerek, Kabupaten Ngawi. Alat ukur yang digunakan adalah pemeriksaan palpasi untuk mengetahui grade gondok dan rapor semester ganjil tahun ajaran 2007/2008 untuk mengetahui hasil prestasi belajar. Untuk mengetahui hubungan GAKY dengan prestasi belajar digunakan uji Spearman rank. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara GAKY dengan prestasi belajar di SD Kerek, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi dengan tingkat kemaknaan p = 0,000 ( p < 0,05) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara GAKY dengan prestasi belajar di SD Kerek Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. Yaitu semakin besar grade gondok yang diderita maka akan semakin berpengaruh pada prestasi belajar. Saran bagi pemerintah yaitu diharapkan dapat melakukan pemantauan penggunaan garam beryodium sebaik-baiknya, melakukan pencegahan dan pengobatan Gondok di daerah endemik Gondok. Sedang untuk pihak SD diharapkan dapat memantau keadaan murid-muridnya dalam menjaga kesehatannya, sehingga dapat segera melapor pada pelayanan kesehatan jika ada keadaan kesehatan yang kurang mendukung, diharapkan juga untuk ikut serta dalam pemberantasan GAKY. Kata kunci : GAKY, prestasi belajar

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MASA KLIMAKTERIUM DI DESA BARON MAGETAN Oleh : VOLLYN AFUANTI

Tiap wanita pada usia tertentu akan mengalami klimakterium dimana terjadi perubahan alamiah yang berbeda bagi setiap wanita. Penyebabnya adalah akibat menurunnya fungsi generatif atau pun endokrinologi dari ovarium. Perubahan hormon estrogen dan progesteron yang terjadi akan menimbulkan perubahan fisik maupun psikologik yang jika wanita tersebut kurang mengerti dan kurang mengetahui, maka akan menyebabkan kecemasan. Berdasarkan uraian tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian, dan adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran tingkat kecemasan ibu dalam masa klimakterium. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu klimakterium di Desa Baron Magetan sejumlah 398 responden, instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang diambil dari skala HARS. Hasil kuesioner selanjutnya dilakukan proses analisa data dengan menggunakan distribusi frekuensi guna menentukan tingkat kecemasan yang dialami responden. Hasil penelitian berdasarkan umur klimakterium yaitu umur 40-45 tahun 44,45 % tidak mempunyai kecemasan, umur 46-50 tahun 44.37 % mempunyai kecemasan sedang, 51-55 tahun 65,10 % mempunyai kecemasan sedang, 56-65 tahun 62,86 % mempunyai kecemasan ringan. Tingkat pendidikan yaitu pendidikan dasar 44,50 % kecemasan ringan, pendidikan menengah 44,17 % kecemasan sedang, dan pendidikan tinggi 42,86 % kecemasan ringan Pekerjaan ibu rumah tangga 36,71 % mempunyai kecemasan ringan, tani/dagang 43,84 % mempunyai kecemasan ringan dan sedang, dan sebagai PNS 41,02 % kecemasan ringan. Sedangkan status marital terbanyak emngalami kecemasan ringan yaitu yang tidak menikah 100% dan menikah 48,49 %. Dari penelitian ini selanjutnya dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu-ibuklimakterium yang menjadi subyek penelitian sebagian besar adalah berumur 51-55 tahun dan berpendidikan menengah yang mempunyai kecemasan sedang, ibu rumah tangga dan menikah yang mempunyai tingkat kecemasan ringan. Untuk itu sebagai petugas kesehatan diperlukan peran aktifnya untuk memberikan penyuluhan tentangklimakterium sehingga wanita tersebut lebih siap untuk menghadapi masaklimakterium. Kata Kunci : Tingkat kecemasan, klimakterium

GAMBARAN PERILAKU PACARAN SISWA SMK KOTA DAN PINGGIRAN DI KABUPATEN TRENGGALEK Oleh: WULAN PUSPITA

Pacaran yang seharusnya digunakan sebagai wahana untuk belajar melakukan peran sesuai dengan jenis kelamin maupum keterampilan sosial yang berguna untuk penyesuaian diri pada fase perkembangan berikutnya, seringkali disalahgunakan. Masa pacaran tidak jarang digunakan remaja sebagai ajang untuk menyalurkan dorongan seksual, perilaku hubungan seksual sebelum menikah semakin sering dipraktikan oleh para remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pacaran siswa SMK Kota dan Pinggiran di Kabupaten Trenggalek. Jenis penelitian ini adalah diskriptif, teknik pengambilan sample siswa dalam penelitian ini adalah total populasi dengan jumlah 804 siswa. Dalam penelitian ini sample yang digunakan adalah siswa SMK Kota dan SMK Pinggiran di Kabupaten Trenggalek dengan jumlah 523 siswa. Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Penyajian data yang digunakan pada penelitian ini adalah diagram batang. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 535 siswa SMK Kota di Kabupaten Trenggalek diperoleh 364 siswa yang berpacaran, dan 171 siswa yang tidak atau belum pernah berpacaran. Sedangkan dari 269 siswa SMK Pinggiran diperoleh 159 siswa yang berpacaran, dan 110 siswa yang tidak atau belum pernah berpacaran. Perilaku berpacaran seperti kissing, necking, petting banyak dilakukan oleh siswa SMK Kota, tetapi Making Love lebih banyak dilakukan oleh siswa SMK Pinggiran. Berdasarkan uraian sebelumnya maka didapatkan kenyataan bahwa perilaku making llove lebih banyak dilakukan oleh siswa SMK Pinggiran meskipun perilaku berpacaran lebih banyak dilakukan oleh siswa SMK Kota. Sehingga disarankan kepada orang tua agar lebih memperhatikan lingkungan pergaulan anak. Kata Kunci: Perilaku, siswa, berpacaran.

TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANANANTENATAL CARE DI POLINDES KLURAHAN,KECAMATAN NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK YENI ANDIKAWATI

Polindes merupakan suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai kelengkapan dan pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA dan KB. Polindes dikelola oleh bidan desa bekerja sama dengan dukun bayi serta di bawah pengawasan dokter puskesmas. Ada pun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pendekatan dan perilaku petugas, mutu informasi yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum, fasilitas klien, outcome terapi dan perawatan yang diterima, serta seluruh pelayanan yang ada di Polindes Klurahan, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripitf, populasinya adalah seluruh ibu hamil yang melakukan ANC di Polindes Klurahan, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk pada 23 Mei sampai 23 Juni yaitu sebanyak 25 orang. Analisa data menggunakan persentase berdasarkan tabulasi perolehan data angket (deskriptif kualitatif). Hal ini sesuai karena skala pengukuran variabel ini adalah skala ordinal. Hasil penelitian ini didapatkan untuk tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pendekatan dan perilaku petugas 72% menyatakan tidak puas, mutu informasi yang diterima 56% menyatakan tidak puas, prosedur 64% menyatakan tidak puas, waktu tunggu 56% menyatakan puas, fasilitas klien 48% menyatakan puas, fasilitas umum 68% menyatakan tidak puas, outcome terapi dan perawatan 64% menyatakan tidak puas serta untuk seluruh pelayanan 76% menyatakan tidak puas, terhadap pelayanan ANC di Polindes Klurahan, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan uraian diatas ada beberapa saran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan di Polindes Klurahan Misalnya dengan cara meningkatkan KIP & K, mengatur menejemen pada waktu tungg agar lebih efektif dan efisien, menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanan klien, memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan. Kata kunci : kepuasan, ANC, Polindes.